Chapter 6 - Lie

Author's POV

"Di rumah sakit?!"

Seruan itu memecahkan keheningan di dalam rumah (Y/n). Ibu gadis itu tampak terkejut saat mendengar kabar dari Chieko tentang anak perempuan satu-satunya. Dengan ponsel di tangannya dan raut wajah yang panik, wanita itu memasukkan beberapa lembar uang ke dalam tasnya dan langsung segera menuju rumah sakit yang telah diberitahukan oleh Chieko.

"(Y/n), semoga kau baik-baik saja, Nak," ujarnya lirih.

***

(Y/n) membuka matanya. Cahaya yang menyilaukan menusuk matanya membuat ia menutup kembali kelopak matanya sebelum membukanya lagi sambil membiasakan diri dengan cahaya itu. Bau khas dari obat-obatan memasuki indra penciumannya. Rasa mual seketika menghampiri dirinya. Namun, ia harus menahannya saat ini.

Pandangan (Y/n) menyapu ruangan itu. Tidak ada siapa-siapa di sana. Namun, dari luar ia bisa mendengar suara samar seseorang yang tengah berbicara dengan seorang yang lain.

(Y/n) kembali lagi ke rumah sakit. Padahal ia sudah bersusah payah menghindari bangunan bercat putih dengan bau khas obat-obatan itu. Meskipun ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindarinya, tetap saja penyakit di dalam tubuhnya menolak. Justru kini membuat dirinya berakhir tergeletak tak berdaya di tempat yang paling ingin ia hindari.

"Nee-chan! Kau baik-baik saja kan?!" Hiro masuk ke dalam lebih dulu disusul oleh Chieko di belakangnya. Ia langsung menghampiri (Y/n). Ia menatapnya khawatir.

"Um, aku baik-baik saja. Jangan khawatir, Hiro-kun." Ia melemparkan senyum simpul padanya.

"Nee-chan, sebenarnya apa yang terjadi pada tubuhmu?" tanyanya dengan wajah khawatir bercampur bingung.

"Ah, tidak ada hal berbahaya di tubuhku. Tenang saja, Hiro-kun!" (Y/n) tersenyum sambil memamerkan giginya yang tersusun rapi.

"Nee-chan tidak bohong kan?" Hiro menatapnya dengan tatapan yang berkaca-kaca. Membuat (Y/n) merasa tega di saat itu juga.

"Um. Aku jujur padamu, Hiro-kun," jawabnya.

(Y/n) melirik pada Chieko yang berdiri di sudut ruangan. Tatapan gadis itu menyiratkan rasa bersalah di saat Chieko menatapnya. Wanita itu pun hanya menggeleng. Membiarkan gadis itu melakukan apa yang ia mau.

"Nee, Nee-chan. Setelah Nee-chan keluar dari rumah sakit, jangan lupa untuk main lagi ke rumahku ya!" serunya sambil tersenyum dengan matanya yang berbinar-binar.

"Siap, Komandan!" (Y/n) memasang gestur tangan yang sedang hormat di pelipisnya.

Hiro terkekeh melihat tingkah (Y/n). Setidaknya ia percaya jika kakaknya baik-baik saja. Atau setidaknya ia merasa demikian.

***

"(Y/n), sudah Kaa-san katakan kau harus check up ke rumah sakit secara rutin. Tetapi mengapa kau melanggarnya? Inilah yang terjadi saat ini," omel Kaa-san.

"Gomen, Kaa-san. Aku tidak melakukannya dengan sengaja. Belakangan ini aku sibuk dengan sekolahku. Ah, dan juga pacarku." (Y/n) terkekeh di saat ia mengatakan kalimat yang terakhir.

Ibunya menghela napas. Ia sudah lelah dengan sifat keras kepala milik (Y/n). Sifat yang secara tidak sengaja diwariskan dari ayahnya yang tegas namun keras kepala. Sama seperti (Y/n).

"Kaa-san, apakah kau membawa pesanan yang kukirimkan lewat LINE ta—"

"Cokelat, bukan? Kaa-san tidak membawanya. Kau tidak boleh makan sembarangan, (Y/n)," tandas ibunya bahkan sebelum (Y/n) menyelesaikan perkataannya.

"Ayolah, Kaa-san. Tolong turuti permohonan anakmu ini. Aku janji setelah ini aku akan rutin check up ke rumah sakit!" mohon (Y/n) dengan wajah memelas. Biasanya triknya ini cukup ampuh pada ibunya maupun ayahnya.

"Baiklah, baiklah. Kaa-san akan belikan dulu. Tidak apa-apa bukan jika kau seorang diri di sini?" Ia memastikan.

(Y/n) menggeleng. "Um, tidak apa-apa. Aku ingin dark chocolate ya, Kaa-san."

"Kaa-san akan kembali secepat mungkin."

Pintu pun tertutup. (Y/n) menatap pada jendela di sisi kirinya. Langit malam tanpa bintang menyambut matanya. Ia menatap bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Lampu-lampu jalan sudah dinyalakan sejak tadi. Seketika pemandangan itu terlihat indah di mata (Y/n).

"Apa yang sedang Giyuu-Senpai lakukan ya?" gumamnya.

Pandangannya mulai menerawang. Tak lama, hujan mulai turun membasahi bumi. Menyadarkan (Y/n) dari lamunannya. Dalam waktu sekejap ia merasa khawatir dengan ibunya.

"Apakah Kaa-san membawa payung?" gumamnya sambil berharap ibunya tidak kehujanan di luar sana.

Suara pintu yang diketuk membuat (Y/n) menoleh ke arah pintu. Ibunya menampakkan dirinya dari balik pintu. Di tangannya, terdapat kantung yang terbuat dari kain yang terlihat tidak terlalu berat.

"Ini pesananmu, (Y/n)."

Kaa-san menyerahkan kantung itu kepada (Y/n). Gadis itu pun menerimanya dengan senang hati sambil tersenyum.

"Terima kasih, Kaa-san!" sahutnya bersemangat sambil membayangkan bagaimana rasa cokelat yang akan ia makan.

Ia membuka kantung kain berwarna putih tersebut. Beberapa bungkus cokelat batang tampak di depan wajah (Y/n). Gadis itu mengambil salah satunya. Ia membukanya lalu menggigitnya dalam satu gigitan besar.

"Umai!" (Enak)

"Syukurlah jika kau suka, (Y/n). Tetapi, tetap saja, Kaa-san tidak membiarkanmu memakan banyak cokelat itu," ujar ibunya mengingatkan.

Masih sambil mengunyah, (Y/n) bertanya, "Lantas, mengapa Kaa-san membeli cokelat sebanyak ini?"

"Itu untukmu nanti." Wajah (Y/n) berubah ceria dan antusias. "Namun, setelah kau sembuh," lanjut Kaa-san yang memupuskan harapan (Y/n).

Ya, sudahlah. Yang terpenting saat ini (Y/n) sudah bisa menikmati rasa makanan kesukaannya meskipun ia berada di tempat yang paling ia benci sekarang.

***

Giyuu memperhatikan apa yang ditulis oleh sensei-nya yang tengah mengajar Bahasa Inggris. Ia memindahkan semua yang ditulis di sana ke atas buku tulisnya. Tangannya bergerak-gerak menulis dengan cepat.

Sesaat, Giyuu menengadahkan kepalanya. Lalu, ia pun menoleh ke arah luar jendela. Di luar sana, terdapat pohon maple dengan daunnya yang berguguran. Memenuhi lapangan sekolahnya.

Hari ini ia belum melihat (Y/n) sama sekali. Biasanya gadis itu sudah menyapanya dengan bersemangat di pagi hari. Namun, hari ini tidak. Bahkan tidak ada kabar juga darinya.

Tetapi, Giyuu tidak ambil pusing. Menurutnya, gadis yang merupakan pacarnya itu mungkin sedang membutuhkan waktu sendiri. Dan, ia juga merasa tenang karena tidak ada suara berisik milik (Y/n) di sekitarnya. Lagi pula, hubungan di antara dirinya dan gadis itu hanyalah berstatus pacar saja. Tidak ada perasaan khusus yang Giyuu berikan padanya.

Ya, ia yakin kenyataannya seperti itu.

***

Yo minna!

Maaf bangettt Wina baru bisa up sekarang😭

Beberapa hari yang lalu masih sibuk nugas dan teman-temannya. Mohon pengertiannya ya minna...🥺

Terima kasih banget ada yang mau baca dan juga vomment di cerita ini🤧💖

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top