Chapter 4 - Melodi Kebahagiaan
Warning! Ada beberapa hal yang bisa membuat puasamu batal. Tapi tenang saja. Bukan mature content kok🗿
Happy reading, minna💃✨
──────
Author's POV
"Sudah selesai?"
(Y/n) yang baru saja keluar dari toilet disapa oleh Giyuu. Lelaki itu tengah berdiri di hadapannya.
"Um. Sudah."
Mereka kembali berjalan mengitari area Tokyo Disneyland yang sangat luas. Sebuah toko souvenir mereka lalui. (Y/n) berhenti sejenak. Ia menatap berbagai barang-barang unik dan lucu yang hanya bisa mereka beli di Disneyland dari balik kaca transparan. Tanpa babibu, (Y/n) langsung menarik tangan Giyuu masuk ke dalam. Yang ditarik hanya bisa pasrah dengan wajah datarnya.
"Ini lucu sekali!" seru gadis itu dengan wajah sumringah. Tatapannya tertuju pada bando bertelinga Mickey dan Minnie Mouse di tangannya.
(Y/n) menoleh pada Giyuu. Giyuu hanya menatapnya dengan datar tanpa mengerti apa maksud tatapan dari gadis itu. Gadis itu pun mendekat. Sedikit berjinjit, lalu memakaikan bando bertelinga Mickey Mouse ke kepala Giyuu. Lalu, ia sendiri memakai bando bertelinga Minnie Mouse.
Ia hanya menekap mulutnya. Tak kuasa menahan dirinya melihat pemandangan yang ada di depan matanya. Ya, Giyuu dengan bando bertelinga Mickey di kepalanya.
"Kau terlihat kawaii, Senpai!" ucapnya sambil tersenyum lebar dengan mata berbinar-binar.
Mendengar apa yang (Y/n) katakan, sontak muncul rona merah samar di wajah lelaki itu. Ia menutup mulutnya tanpa menatap (Y/n) sambil berkata, "J-Jangan berkata seperti itu, (Y/n)..."
(Mirip Giyuu gk woi?!😭😭 Asli, takut kagak mirip :") Ini adalah Giyuu versi rambut pendeck ya, minna ehe🗿✨)
"Eh?" Wajah (Y/n) ikut memerah. Ia menatap ke arah lain. Reaksi Giyuu di luar ekspetasinya. Ia sama sekali tak menduga jika lelaki berwajah datar itu bisa memerah juga. Ah, ia lupa jika Giyuu juga manusia biasa. Meskipun lelaki itu selalu berwajah datar.
"Ayo kita foto bersama!" seru (Y/n) tiba-tiba. Ia mendekatkan dirinya pada Giyuu. Lalu, mengarahkan ponselnya ke depan wajah mereka berdua. Momen itu pun terabadikan di ponsel (Y/n).
"Apakah kau tidak merasa lapar?"
Pertanyaan itu mengalihkan perhatian (Y/n) yang tengah melihat hasil foto mereka tadi. Ia menoleh pada Giyuu yang wajahnya sudah kembali normal.
"Ya. Aku lapar," jawab (Y/n) cepat.
"Bagaimana jika kita makan dahulu?" ajak Giyuu.
"Um. Baiklah."
***
Setelah berkeliling mencari restoran yang sesuai selera—padahal mereka banyak menemukan restoran, hanya saja (Y/n) menolak ke semua tempat itu—akhirnya mereka bisa duduk untuk menikmati makan siang mereka.
(Y/n) duduk berhadapan dengan Giyuu. Mereka memesan menu makanan yang sama, yaitu Mouse Eggs.
(Inget, lagi puasa)
"Whoa! Ini terlihat lezat!" seru (Y/n) senang.
Giyuu hanya mengangguk. Sementara itu, (Y/n) kembali bising membicarakan tentang rasa makanan itu ketika masuk ke dalam rongga mulutnya. Giyuu hanya bisa menegur gadis itu agar tidak makan sambil berbicara. (Y/n) pun menurutinya meskipun masih sesekali ia langgar.
"Ah, aku kenyang." (Y/n) mengusap-usap perut datar miliknya. Prinsipnya sederhana. Saat makan siang, makanlah yang banyak. Itulah prinsip yang selama ini ia tanamkan di dalam dirinya dan membuatnya hidup hingga saat ini.
"Kita akan ke mana lagi setelah ini?" Giyuu bertanya sesaat setelah ia meneguk air mineral.
(Y/n) memasang gestur berpikir. "Aku tidak tahu. Tetapi, jika memungkinkan, aku ingin naik Big Thunder Mountain yang tadi kita naiki," ucapnya yang seketika membuat makanan yang telah masuk ke dalam lambung Giyuu naik ke kerongkongannya.
"Lebih baik jangan."
"Eh? Ah, gomen. Aku lupa jika kau tidak bisa naik wahana seperti itu," ujarnya baru ingat.
Syukurlah dia ingat, batin Giyuu lega meskipun wajahnya tetap datar.
"Kalau begitu, kita berkeliling saja! Lagi pula, kita sudah menaiki banyak wahana tadi," celetuk (Y/n) yang kemudian disetujui oleh Giyuu.
Mereka pun berakhir mengelilingi taman hiburan yang ramai pengunjung itu. (Y/n) sesekali meminta Giyuu untuk mengabadikan momen antara dirinya dengan tokoh Disney di sana. Intinya, Giyuu yang menjadi sang fotografer dan (Y/n) adalah modelnya.
"Aku ingin itu!" seru (Y/n) tiba-tiba. Membuat Giyuu menoleh pada apa yang (Y/n) tunjuk.
"Kau ingin mochi?" tebak lelaki itu.
(Y/n) mengangguk bersemangat. Mereka pun mendekati si penjual dan memesan dua cup mochi. Mochi itu terlihat unik dengan bentuknya yang seperti alien di film Toys Story.
(Inget, lagi puasa pt. 2)
(Y/n) menggigit setengah bagian dari mochi berwarna hijau itu. Rasa manis memenuhi rongga mulutnya. Yang membuatnya ingin memakan mochi itu lagi.
"Bagaimana menurutmu? Apakah rasanya enak?"
Giyuu mengangguk menanggapi pertanyaan (Y/n). "Hm."
"Apa arti 'hm' itu? Jangan memberiku jawaban ambigu seperti itu, Giyuu-Senpai." (Y/n) menatapnya datar.
"Ya. Ini enak," sahutnya lebih jelas.
Sebuah senyuman terbit di wajah (Y/n). Gadis itu tampak menikmati kencan pertamanya dengan lelaki berwajah datar di sampingnya yang tengah memakan mochi itu.
***
"Perutmu sakit lagi?"
(Y/n) mengangguk sambil mengernyit kesakitan. Ia berbaring di atas tempat tidurnya. Ibunya duduk di tepi ranjangnya seraya mengusap perut putrinya.
"Kapan terakhir kali kau melakukan check up?" tanyanya lagi. Pasalnya, wanita paruh baya itu sudah lama tak melihat anaknya pergi ke rumah sakit. Ia hanya melihat (Y/n) terus mengonsumsi obat ketika rasa nyeri di perutnya datang menyerangnya.
"Entahlah. Aku tak ingat."
Jawaban (Y/n) membuat ibunya menghela napas. Sifat tak peduli tentang dirinya sendiri masih saja melekat pada diri (Y/n). Membuat ia harus memberikan perhatian yang ekstra padanya.
"Kau harus segera pergi ke rumah sakit, (Y/n). Apa kau mau Kaa-san temani?" ajak ibunya sambil mengelus surai (h/c) gadis itu.
(Y/n) menggenggam tangan ibunya yang berada di pucuk kepalanya. Rasa hangat terasa dari bawah telapak tangannya.
"Nanti saja ya, Kaa-san? Aku tidak ingin pergi ke rumah sakit. Bau dari obat-obatan di sana membuatku mual," bujuk gadis itu sambil memasang wajah memelas ke arah ibunya.
"Tetapi, kau harus pergi ke sana secepatnya, ya? Kau tahu, (Y/n). Kaa-san sangat khawatir pada penyakitmu itu," ucap sang ibu sambil menahan tangisnya.
(Y/n) pun bangkit dari posisi tidurnya secara perlahan karena masih tersisa sedikit rasa nyeri di bagian perutnya. Ia pun memeluk tubuh wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya hingga saat ini.
"Tenang saja, Kaa-san. Aku akan baik-baik saja," ucapnya menenangkan dari balik punggung ibunya.
"Kau selalu saja membuat Kaa-san khawatir, (Y/n). Kaa-san hanya ingin kau sembuh. Itu saja."
Ibunya membalas pelukannya sambil terisak. (Y/n) menepuk-nepuk punggung wanita yang paling ia sayangi itu dengan lembut.
"Jangan khawatir, Kaa-san. Aku pasti akan baik-baik saja," kata gadis itu sambil mengeratkan pelukannya.
Atau setidaknya kuharap demikian.
***
Yo minna!
Wina sengaja gambar rambutnya Giyuu jadi pendek. Karena di sini dia masih sekolah, dan peraturan di sekolah tidak mengizinkan muridnya berambut panjang.
Jadilah kang Giyuu dengan versi rambut pendek🗿✨
Semoga gambar Wina tidak mengecewakanಥ‿ಥ
Yang puasa, jangan sampe batal setelah baca chapter ini ya. Tadinya Wina mau update setelah buka puasa. Tapi, apa daya, tangan udah gatel pengen update😭
Semangat puasanya hari ini!💃✨
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top