Chapter 3 - First Date

Author's POV

Kehidupan dari seorang gadis bernama (Y/n) telah berubah seratus delapan puluh derajat. Semenjak gadis itu memiliki seorang pacar bernama Tomioka Giyuu, kehidupan sehari-harinya dipenuhi oleh kebahagiaan. Setiap ia membuka aplikasi LINE, ia selalu menunggu balasan dari lelaki itu. Meskipun hanya sekedar "ya" atau "baiklah" saja. Namun, (Y/n) sudah merasa senang setengah mati.

"Kau terlihat senang sekali, (Y/n)," ujar Kaa-san kepada putri kesayangannya itu.

(Y/n) terkekeh. "Apakah terlihat jelas, Kaa-san?"

Kaa-san bergumam setuju. "Sangat jelas. Apakah ada sesuatu yang membahagiakan terjadi belakangan ini?" Tatapan ibunya menatapnya penuh arti.

"Aku baru saja punya pacar, Kaa-san."

Ibu (Y/n) tersenyum semakin lebar. Dugaannya memang benar. Insting seorang ibu memang tidak boleh diremehkan begitu saja.

"Jika sudah tepat waktunya, ajak dia kemari, (Y/n)." Kaa-san tersenyum.

"Dengan senang hati!" sahut (Y/n) bersemangat.

(Y/n) kembali menyantap makan siangnya ditemani oleh sang ibu. Meskipun tanpa sosok seorang ayah, mereka masih tetap bisa bahagia. Meskipun saat ibu dan ayah (Y/n) baru saja bercerai, ia memang terlihat sedih. Tetapi, kini sebaliknya. Ia pun merasa bahagia bersama ibunya.

"Omong-omong, bagaimana kondisi kesehatanmu belakangan ini?" Raut wajah Kaa-san berubah serius dan tampak khawatir.

"Aku baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda akan menjadi semakin buruk," jelas (Y/n) sambil melemparkan senyuman pada ibunya. Tentu saja, ia tidak ingin ibunya khawatir dengan dirinya.

"Syukurlah jika begitu." Ia menghela napas lega. Tidak ada yang lebih penting daripada kesehatan anaknya itu.

"Habiskan makananmu, (Y/n). Apakah kau ingin tambah?"

***

(Y/n) tengah berbaring di atas tempat tidurnya. Sedari tadi, tatapannya tertuju pada layar ponselnya. Ia menggigiti bibirnya. Rasa cemas dan khawatir seketika menyelimuti dirinya. Pasalnya, ia mengirim sebuah pesan pada Giyuu yang kini telah menjadi pacarnya. Hanya lima kata saja, namun sudah cukup membuatnya gelisah sambil menunggu balasan dari lelaki itu.

LINE!

Bunyi pesan baru yang masuk seketika mengejutkan dirinya. Hampir saja gadis itu menjatuhkan ponselnya dari genggaman tangannya. Sepertinya ia harus mengganti nada dering ponselnya dengan yang lain agar tidak terkena serangan jantung mendadak.

Kencan?

Seketika setelah (Y/n) membaca balasan itu, ia merasa kecewa. Tak ingin hanya membaca pesan itu, ia langsung menjawabnya.

Ya, kencan! Jangan bilang padaku jika kau tidak tahu apa definisi dari kencan_-

Bisa saja hipotesis (Y/n) adalah kebenaran. Namun, pesan baru masuk lagi ke dalam ponselnya.

Aku tahu. Kau tidak perlu menjelaskannya. Kapan kau ingin kencan itu dilakukan?

Rasa khawatirnya langsung tergantikan oleh perasaan bahagia. (Y/n) bahkan langsung bangkit dari posisi tidurnya saat ia membaca kalimat itu. Ibu jarinya bergerak mengetik di atas layar.

Hari ini. Bagaimana?

Berbeda dengan sebelumnya, Giyuu segera membalasnya.

Baiklah jika itu keinginanmu.

(Y/n) berseru senang sambil mengepalkan tangannya ke udara. Ia melompat-lompat di dalam kamarnya. Awalnya ia ingin terus melompat. Namun, karena tiba-tiba kakinya tak sengaja menghantam kaki meja, ia pun limbung dan terjatuh ke atas tempat tidur.

"Ittai!"

Tetapi, rasa sakit itu kemudian menghilang dan diganti oleh pemikiran tentang pakaian apa yang harus ia kenakan untuk kencan pertama bagi dirinya dan Giyuu.

***

Sudah sebanyak tiga kali Giyuu melirik jam tangannya. Namun, (Y/n) masih belum memunculkan batang hidungnya. Ah, ini juga merupakan salahnya karena datang terlalu cepat dari waktu yang mereka janjikan.

"Tomioka-Senpai!"

Sambil berlari, (Y/n) mendekati Giyuu yang tengah menunduk sambil menatap layar ponselnya. Ketika mendengar suara gadis itu, Giyuu langsung menengadahkan kepalanya.

"Apakah kau sudah menunggu lama?" tanya (Y/n) khawatir jika dirinya terlambat.

"Tidak. Aku tiba terlalu cepat. Kau datang tepat waktu," jawab Giyuu.

"Ah, syukurlah jika begitu." (Y/n) mulai berjalan. Giyuu ikut berjalan di sisinya.

"Apakah ada tempat yang ingin kau kunjungi?" tanya gadis itu seraya menoleh pada Giyuu.

"Tidak ada tempat yang spesifik ingin kukunjungi. Aku serahkan padamu tentang itu," ujarnya dengan nada bicaranya yang seperti biasa.

"Baiklah dengan senang hati!" serunya sambil tersenyum.

***

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya (Y/n) dan Giyuu tiba di tempat yang (Y/n) inginkan. Mereka berdiri di depan pintu masuk Tokyo Disneyland.

Sejak tadi, (Y/n) terus menatap takjub pada kondisi luar taman hiburan itu yang selalu ramai oleh pengunjung. Bahkan, ia baru saja berdiri di pintu masuknya dan (Y/n) sudah merasa bersemangat.

"Kita akan masuk ke dalam?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki di sampingnya membuat (Y/n) menoleh. Ia pun tersenyum lebar sedetik setelahnya.

"Tentu saja! Kau pasti pernah ke sini sebelumnya kan?" tanya (Y/n) meskipun ia merasa sangsi.

"Belum pernah," jawabnya lugas sambil menggeleng.

Seketika tatapan (Y/n) berubah datar dan tak percaya. "Kau serius?"

"Ya."

Tanpa berlama-lama lagi, (Y/n) pun langsung menarik tangan Giyuu untuk masuk ke dalam. Di dalam sana, banyak pengunjung yang juga sedang berjalan-jalan ataupun mengantri di suatu wahana.

"Ayo naik itu!" seru (Y/n) sambil menunjuk ke sebuah wahana roller coaster yang bernama Big Thunder Mountain.

Melihat wahana itu dan mendengar teriakan orang-orang yang menaikinya, seketika perut Giyuu seperti diaduk-aduk. Ia pun hanya menghela napas panjang dan mengikuti langkah gadis itu ke antrian.

Tibalah giliran mereka. (Y/n) duduk di baris kedua dari depan. Giyuu duduk di sampingnya. Awalnya (Y/n) ingin duduk di baris paling depan. Namun, ketika ia melihat wajah Giyuu yang tampak pucat, maka ia mengurungkan niatnya.

Setelah pengaman diturunkan, roller coaster itu mulai berjalan perlahan. Awalnya pelan, namun lama-lama semakin cepat. Hingga akhirnya mereka tiba-tiba meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. Sontak (Y/n) berteriak kegirangan. Sementara itu, tersirat keterkejutan di wajah datar milik Giyuu.

Seusai menaiki wahana yang berhasil merebut setengah nyawa Giyuu, mereka pun memutuskan untuk istirahat sebentar. Wajah lelaki itu masih tampak pucat. Sementara, (Y/n) masih ceria dengan senyum di wajahnya.

"Ini. Minumlah."

(Y/n) menyodorkan sebotol pocari sweat ke arah Giyuu. Ia pun menerimanya, membuka tutupnya, lalu menenggaknya hingga tandas seperempatnya.

"Sudah lebih baik?" tanya (Y/n) khawatir.

"Hm."

(Y/n) hanya tersenyum melihat reaksi Giyuu yang berada di luar ekspetasinya. Ternyata wajah datarnya itu bisa berubah jika sedang menaiki roller coaster.

Namun, senyum di wajah (Y/n) tidak bertahan lama. Rasa nyeri di perutnya tiba-tiba muncul. Membuatnya membungkuk sambil meremas bagian perutnya dan berharap sakitnya segera hilang.

"Ada apa?" Giyuu menatapnya khawatir.

"A-Aku ke toilet dulu!" (Y/n) langsung berlari ke arah toilet. Meninggalkan Giyuu dengan tatapan bingung serta herannya.

***

(Y/n) masuk ke dalam salah satu ruangan yang kosong. Ia masih meremas perutnya yang terasa nyeri. Sementara itu, tangannya sibuk mengaduk-aduk isi tasnya. Mencari keberadaan obat yang selama ini selalu ia bawa ke manapun.

Setelah menemukannya, ia langsung memakannya. Gadis itu duduk sambil bersadar. Kepalanya ia letakkan pada kedua lututnya yang menyatu. Rasa nyeri di perutnya sudah mulai menghilang seiring berjalannya waktu.

Ia terkadang berpikir dan bertanya-tanya pada dirinya.

Kapan ini semua akan berakhir?

***

Yo minna!

Sepertinya ide Wina udah gak stuck untuk cerita ini. Atau semoga saja begitu🗿

Yang udah baca, vote dan comment, terima kasih banyak!!❤✨

Semangat puasanya hari ini!!ᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top