Chapter 1 - Perasaan Ini

Author's POV

Gadis itu sudah tak ingat berapa kali ia menghembuskan napasnya. Kedua tangannya menopang dagunya. Pandangannya lurus ke luar jendela. Menatap pada segerombolan lelaki dari kelas lain yang sedang bermain bola basket di lapangan.

(Y/n), nama gadis itu. Ia jadi berpikir mengapa mereka merebutkan sebuah bola. Padahal mereka bisa membelinya untuk diri mereka masing-masing tanpa perlu lelah untuk saling merebut satu sama lain.

Setelah bosan memandang pada mereka yang sedang bermain bola basket, (Y/n) mengalihkan pandangannya ke papan tulis di hadapannya. Lalu ia menaikkan sedikit pandangan miliknya ke atas. Tepat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore.

Helaan napas keluar dari mulutnya ketika ia melihat teman-temannya yang sibuk melakukan piket. Menghapus papan tulis yang sebenarnya sudah bersih, menyapu lantai, serta merapikan meja dan kursi. Namun, (Y/n) hanya diam di sana. Hari ini bukanlah jadwal piketnya.

"(F/n)-san, tolong menyingkirlah. Aku tidak bisa membersihkan bagian bawah mejamu," ujar salah satu teman sekelas (Y/n) yang sedang melakukan piket.

"Hai, hai," sahutnya sambil berdiri.

Pada akhirnya (Y/n) pun keluar dari kelasnya sambil membawa tas sekolahnya di pundak.

Segelintir siswa maupun siswi masih berada di sepanjang koridor sekolah. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Setelah menempuh sejauh beberapa meter, (Y/n) berbelok ke kanan. Ke arah loker-loker yang berdiri sejajar dengan rapi. Ia berjalan ke arah lokernya sendiri. Membuka pintunya, mengeluarkan sepatu miliknya, lalu mengenakannya. Kemudian tak lupa ia menutup loker itu lagi.

Setibanya di luar bangunan sekolahnya, hujan turun membasahi Bumi. Banyak orang yang panik ketika hujan yang semula rintik menjadi deras dalam hitungan detik selanjutnya.

Lagi-lagi gadis itu menghela napasnya. Ia mengeluarkan payung dari dalam tas sekolahnya. Membukanya lalu berjalan melewati hujan dengan payung transparan di tangannya.

Manik (e/c)nya menatap lurus ke depan. Melewati kerumunan orang-orang dan berlindung dari hujan dengan payung di tangan.

Ia berjalan cepat hingga tak lama kemudian gadis itu tiba di depan rumahnya. Tangannya bergerak membuka pintu pagar rumahnya sebelum halaman yang cukup luas menyambutnya. Ia berlari kecil menapaki jalan setapak hingga ke depan pintu rumah. Dengan segera (Y/n) menggeser pintu rumahnya sebelum masuk ke dalam.

"Tadaima!"

Seorang wanita paruh baya yang melewati depan pintu rumah langsung tersenyum ketika ia melihat anak semata wayangnya baru saja pulang. (Y/n) yang tengah menunduk melepaskan sepatunya tidak menatap ke arah ibunya.

"Okaeri, (Y/n)," sahut sang ibu. "Cepat ganti seragammu lalu makanlah," pesannya sebelum berlalu ke dapur.

"Hai."

(Y/n) berjalan menuju tangga. Menaikinya perlahan menuju kamarnya. Setibanya di kamarnya, ia segera mengganti seragamnya dengan pakaian andalannya. Celana selutut dan kaos tak bermotif.

Selesai mengganti pakaiannya, (Y/n) segera berjalan menuju ruang makan di bawah. Ketika tiba di sana, ibunya sedang menuangkan sup miso ke dalam mangkuk untuk dirinya sendiri dan (Y/n).

"Bagaimana sekolahmu hari ini, (Y/n)?" tanya ibunya membuka percakapan seperti biasa.

"Lancar," jawabnya singkat.

Ibunya (Y/n) kini menuangkan nasi ke mangkuk untuk gadis itu. Lalu, ia pun duduk di hadapannya.

"Makanlah, (Y/n). Dihabiskan ya," ucap Kaa-san seraya tersenyum ke arah (Y/n) yang duduk di hadapannya.

"Hai, terima kasih, Kaa-san."

***

(Y/n) duduk merenung di kursi meja belajar di kamarnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Kepalanya ia dongakkan ke atas. Menatap ke arah langit-langit kamarnya yang dicat warna putih.

Setelah terlalu lama menatap ke atas dan lehernya mulai sakit, (Y/n) pun kembali menatap ke depan. Ke arah jendela yang berada tepat di depannya. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan. Tatapannya tertuju pada kumpulan awan di langit sana. Melihat langit yang berwarna biru, ia jadi teringat dengan seseorang.

Seseorang yang selama ini selalu berada di dalam hatinya.

Lelaki itu selalu mengenakan atribut dengan warna biru setiap pergi ke sekolah. Entah itu jam tangannya, hoodie-nya, maupun syal yang dikenakannya ketika musim dingin tiba. Itu semua menjadikan dirinya memiliki ciri khas yang unik di mata (Y/n). Dan membuat (Y/n) memperhatikannya dari kejauhan.

Juga menghasilkan perasaan yang bernama "cinta" di dalam hatinya.

"Apakah aku harus mengutarakan perasaanku padanya?" gumam gadis itu masih sambil tetap menatap langit yang telah berubah cerah setelah hujan tadi.

Ia menunduk dan menatap pada meja belajarnya yang terbuat dari kayu. "Sepertinya lebih baik jangan," gumamnya lagi.

(Y/n) memiringkan kepalanya dengan tangan sebagai tumpuannya. Ia jadi merasa dilema sekarang. Perasaannya ini telah mengganjal lama di dalam hatinya. Tersimpan rapi di sudut hatinya yang paling dalam. Namun, ia tak pernah sekalipun melupakan bagaimana perasaan itu.

Helaan napas keluar dari bibir ranumnya. Tatapannya kini tertuju pada sebuah poster anime yang tertempel di dinding kamarnya. Poster bergambar ( your favorite anime) itu menarik perhatiannya. Tak lama, ia mengalihkan pandangannya lagi.

"Tapi..."

Lagi-lagi, ia menghela napas. Perasaannya saat ini membuat dirinya dilema dan resah di saat yang bersamaan. Namun, gadis itu akhirnya mendongak dan membulatkan tekadnya. Tatapannya yang menyala-nyala tertuju ke arah langit kamarnya.

"Aku harus melakukannya."

***

Yo minna!

Gimana puasanya? Semoga lancar dan gk batal ya😊✨

Makasih bangett kalian mau baca serta vomment di cerita ini🥺❤💗💞💕

Stay safe ya minna!o(〃^▽^〃)o

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top