Bag 34. Sudah Dimulai
Keesokan harinya, aku mondar-mandir di kamar, gelisah tak menentu. Ada sesuatu yang lebih penting daripada menghadiri kelas seperti biasa. Pikiranku terus-menerus kembali pada dua benda di atas meja: gagang pedang yang patah dan token kayu dengan ukiran bunga kamboja.
Wise tidak mungkin menghilang begitu saja.
Sepertinya dia telah menemukan sebuah petunjuk yang merujuk pada Raja Silitisin, mungkin rahasia gelapnya atau apalah. Tapi, dengan para pengawal kerajaan yang setia, mereka jelas takkan membiarkan Wise pergi dengan memegang informasi itu.
Apakah dia ditangkap dan disekap? Aku sebenarnya bisa meminta tolong pada angin untuk menunjukkan di mana Wise saat ini, namun aku harus berpikir dua kali jika dia benar-benar diculik. Takutnya aku malah salah langkah dan membahayakan semuanya. Aku harus hati-hati memikirkan rencana yang tidak memperburuk situasi.
Aku mengusap permukaan benda itu, mencocokkannya dengan lencana yang pernah diberikan Wise saat kami terjebak di penjara budak. Gambarnya sama persis.
Apa ini artinya Raja Silitisin berkecimpung dengan dunia bawah, sama seperti Raja Timoruru dan Raja Baratab? Bagaimana dengan Raja Uatura? Apakah dia juga memiliki sesuatu yang berhubungan dengan bunga kamboja atau Haberit of Oath?
Bagaimana arti dari Haberit of Oath itu adalah simbol perjanjian para raja? Jika benar, maka keempat kerajaan di klan ini lebih kotor dari yang kubayangkan.
Wise mengetahui titik terangnya, maka tak heran dia sekarang menghilang.
Sekelas Wise saja dikalahkan begitu mudah, pengawal kerajaan tidak bisa diremehkan. Mereka dilatih bukan hanya untuk melindungi, tapi untuk membungkam siapa pun yang tahu terlalu banyak.
Aku berhenti mondar-mandir tak jelas, menggenggam gagang pedang patah itu dengan perasaan berat. Menyadari bahwa ini bukan sesuatu yang bisa kutangani sendirian. Tidak ada pilihan lain. Aku harus memberitahukan semuanya pada Encore dan lainnya, meminta bantuan mereka.
Tatapanku berpindah ke gulungan dari Clara semalam. Mungkin di dalamnya ada petunjuk lain yang bisa membantuku memahami jejak yang ditinggalkan Wise atau rahasia gelap apa yang sedang kami hadapi. Perlahan, kutarik tali pengikatnya.
Saat gulungan terbuka, deretan nama tercetak rapi di atas kertas itu. Kumpulan nama murid-murid yang menghilang dari dua jurusan. Semuanya tersusun dalam urutan waktu. Mantra spesial milik Penyihir Data memang luar biasa. Ini sangat detail!
Aku fokus membacanya. Sejauh ini, ada 87 murid yang menghilang. 53 murid jurusan penyihir, sisanya murid jurusan pedang. Lalu 3 orang staf akademi, termasuk Spica, dan seorang guru bidang sihir pertahanan.
Ada pola yang langsung terlihat di mataku. Rata-rata mereka semua terakhir kali berbicara dengan si kembar Lusa dan Esok. Bahkan Reason dan Saran juga sedang bersama dua orang itu sebelum lenyap.
Aku menurunkan tangan, merenung. Apa maksud dari semua ini? Lusa dan Esok. Apakah… apakah mereka terlibat langsung dalam kasus penghilangan ini?
Tunggu, aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Setengah dari korban di dalam gulungan ini bisa jadi menghilang karena cacophony. Tapi, jumlah korban yang bersama Lusa dan Esok juga banyak. Dan mereka semua murid dengan level tinggi.
Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Wise entah bagaimana kabarnya sekarang, aku mengkhawatirkannya. Haruskah kutunggu dulu untuk mencari tahu lebih banyak atau bertindak sekarang?
Ibu, aku harus bagaimana...
Aku menggelengkan kepala. Tidak! Ini bukan waktunya untuk bimbang, Kala. Ingatlah kata Ibu: sekarang atau tidak pernah.
Dengan tekad yang sudah membulat, aku menyambar jubahku yang tergantung, lalu menoleh ke Sinyi yang asyik menyantap makanannya. "Hei, berubahlah jadi sapu. Aku harus segera menemui Encore."
Sinyi tampak enggan. "Sekarang? Tapi—"
"Tidak ada tapi-tapian!"
🌙🌙🌙
Harusnya Encore yang kaget, bukan aku.
"Apa? Harmon... menghilang?"
Rinascita mengangguk, matanya sembap dan hidungnya kedat. "Cacophony muncul tiba-tiba, dan dia tersedot ke dalamnya. Aku tidak sempat menolong."
Sial, aku sudah punya masalah di piringku saat ini. Lalu kini teman dari temanku juga menjadi korban. Padahal Harmoniel penyihir yang kuat. Cocoon of Cacophony jauh lebih berbahaya daripada tacet karena kita tak bisa berbuat apa-apa begitu ia muncul.
Kutatap Rinascita yang tertekan. Bukan hanya kehilangan teman, namun gadis itu tampak merasa bersalah karena tidak dapat berbuat lebih. Namun, kami tidak bisa berlama-lama larut dalam kesedihan. Semakin cepat kami melakukan sesuatu, semakin tinggi peluang mereka selamat.
"Teman-teman, dengarkan aku..."
Aku menceritakan semua yang kualami—dari penangkapan penculik, pengalaman di penjara budak, hingga penemuan tentang Haberit of Oath. Aku juga menjelaskan kecurigaan kami terhadap empat raja yang mungkin terlibat dalam semua ini.
Diadia menutup mulut. "A-ada sesuatu seperti itu di negeriku...? Sulit dipercaya. Tidak ada laporan tentang perbudakan..."
Rahang Encore mengeras. "Kalau benar para raja terlibat, mungkin saja mereka menutupinya darimu dan Master Ulti. Tapi Wise menemukan petunjuk lalu menghilang. Dia membutuhkan pertolongan."
Aku melangkah maju. "Makanya aku akan pergi menolongnya sekarang juga."
Encore menggeleng cepat. "Tunggu! Kalau Wise dikalahkan begitu saja, itu berarti musuhmu kuat. Aku akan ikut denganmu."
"Tidak, En, kau bersama Rina. Mencari bukti lalu melaporkannya ke Tuan Magistrate. Ini adalah misi penyelamatan, jadi aku akan menghindari pertarungan tak perlu."
Aku tahu ini akan berbahaya, makanya aku tidak mau mengajak siapa pun. Mereka teman-temanku dan aku tidak mau mereka terluka. Toh, lagipula aku seorang spirit dan sudah menguasai mantra tingkat Suci. Aku tidak akan kalah semudah itu.
"Omong-omong, Encore..."
Kusodorkan gulungan yang kubaca tadi, tersenyum misterius. "Jika terjadi sesuatu padaku atau aku juga menghilang, baca saja itu. Niscaya kau mendapat jawaban."
Dan aku pun terbang bersama Sinyi sebelum Encore sempat bertanya. Aku mengikuti arahan dari angin, bukan segera mencari keberadaan Wise. Melainkan Esok dan Lusa. Aku harus bertemu mereka.
Oke! Aku tepat waktu. Dua orang itu tengah bercakap-cakap dengan Daon di bawah naungan pohon besar di halaman. Sebelum mendarat, aku mengeluarkan kartu tarot yang pernah diberikan Daon. Kurasa aku sudah paham apa maksud kartu ini. Ada kebohongan di sekitarku.
"Hei, Esok! Lusa! Apa yang kalian bicarakan sampai tampak serius sekali?" sapaku dengan nada ceria, berusaha menyamarkan kegugupan yang ada di dalam hati.
"Yo, Kala! Daon meminta bantuan—"
"Aku tidak pernah melakukan itu," sanggah Daon memanggil sapu terbang. "Berhentilah mengusikku, oke?" katanya melirikku lewat ekor mata. Menghela napas berat. Sebuah desahan yang menandakan dia tahu.
Hening sesaat setelah kepergian Daon. Tanganku terkepal. Ekspresiku berubah serius, menghadap si kembar. "Langsung saja. Itu kalian, kan? Penyebab mereka menghilang bukan hanya karena cacophony."
Esok bersedekap. "Aku tidak paham apa yang kau katakan," katanya santai dengan intonasi nada yang terdengar dingin.
"Jangan berpura-pura bodoh. Aku sudah tahu kalian berdua adalah mata-mata dari Kerajaan Baratab. Di mana kalian menyekap Reason, Saran, dan Wise?"
Esok menggaruk kepala, dengan berani melangkah maju ke depanku. Sedangkan Lusa masih bergeming di belakangnya. "Kal, sepertinya ada yang kau lupakan..."
Aku siap merapalkan mantra. Hanya diam.
Raut wajah Esok berubah. "Kami bukan sekadar mata-mata. Kami lah penculiknya."
Mataku terbelalak. "Apa—"
Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, selarik mantra menembak ke arah kepalaku dari belakang. Hah? Aku menoleh, seketika terkejut. Bukankah Lusa ada di sana? Sejak kapan dia berpindah? Aku sama sekali tidak merasakan keaktifan sihirnya!
"Lusa itu Penyihir Ilusi tingkat Suci. Tidak mudah lepas dari mantra buatannya."
Aku terhuyung mengantuk. Sial...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top