Bag 22. Cocoon of Cacophony

Sudah kuduga ada yang salah.

Cocoon of Tacet masih bisa dihancurkan oleh cahaya bulan dan hanya memuntahkan monster. Sedangkan benda ini, tidak mempan diapa-apakan. Sudah permanen, mengeluarkan aura negatif yang berat, baunya busuk lagi. 

Tuan Magistrate sendiri yang langsung turun meneliti apa itu sebenarnya. Dia tidak mau mengambil risiko bawahan atau guru akademi mendekati benda tersebut setelah mendengar laporan bahwa itu mampu menelan orang.

Masalahnya tidak berakhir di sana.

Ketika masih dalam tahap penelitian, benda serupa muncul di tempat lain. Kali ini di pusat kota, menggemparkan penduduk. Lebih buruk lagi, ada tujuh korban yang menghilang.

Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah pertanyaan yang menggelayuti pikiran semua orang. Benda aneh dengan kekuatan aneh itu mampu menelan orang hidup-hidup, muncul tanpa peringatan dan tidak bisa dihancurkan.

Banyak yang mulai berspekulasi, apakah ini pertanda ramalan yang selama ini mereka anggap kabar burung akan segera terjadi? Tapi ramalan itu seharusnya tentang bulan, bukan benda hitam yang menelan orang.

"Kondisi Ibu Kota Tovenar benar-benar kacau," kata Wise membaca koran. Kami sedang berada di kantin untuk sarapan. Suasananya lengang dan sunyi. "Kiamat telah tiba. 900 tahun berlalu semenjak ramalan diturunkan, pertanda pertama akhirnya muncul juga."

Aku mengunyah roti dengan ekspresi malas. Siapa yang menulis artikel itu sih? Lebay banget. Dari sekian banyaknya kosakata, tidak harus memakai kata yang mengerikan.

Encore duduk di sampingku, mengoles rotinya dengan mentega, mencibir. Suaranya penuh sarkasme. "Sungguh ironis. Selama ini penduduk tak pernah mengganggap serius ramalan. Kini, karena satu peristiwa, situasinya jadi geger."

Mungkin akhirnya mereka peduli karena ada sesuatu yang berbeda kali ini. Benda itu, bulan sabit terbalik, muncul entah dari mana lalu memakan siapa pun yang berada di dekatnya. Penduduk merasa gelisah sebab kemunculan tanda itu tidak dapat diprediksi.

Kantin sepi 'pagi' ini merupakan dampak dari berita yang dilebih-lebihkan. Beberapa murid dari kalangan bangsawan kembali ke istana cantik mereka. Merasa terancam.

Mereka pasti ketakutan setengah mati. Sedikit drama dan langsung pulang kampung ke rumah megahnya. Jadi titel bangsawan itu apa gunanya? Mereka sangat membanggakan kualitas magia karena keturunan konglomerat, seharusnya mereka lah yang paling berani.

Akademi didirikan untuk melahirkan pahlawan, huh? Aku meragukan prinsip itu.

Wise menutup koran, menyantap sarapannya. "Para Raja masih belum memutuskan tindakan penanggulangan. Sepertinya mereka akan menunggu hasil penelitian Kepala Sekolah."

Aku menopang dagu, memainkan sosis dan daging di piring dengan malas. "Ini membuatku penasaran sejak lama. Kedudukan tertinggi di Klan Penyihir adalah descender, kan? Raja di sini bagaikan menteri yang mendukung sistem pemerintahan. Tapi kulihat-lihat, setiap ada suatu masalah, selalu Tuan Magistrate yang mengerjakannya. Apa karena beliau naga?"

"Bukan soal dia seorang naga. Lebih tepatnya Tuan Magistrate itu ibaratkan kaki tangan Yang Mulia Paijo. Sebelum memecahkan dirinya menjadi sosok shade, Sang Descender menunjuknya memainkan peran wakil."

Aku menatapnya intens. "Maksudmu?"

"Misalkan, Para Raja ingin melakukan sesuatu untuk Ibu Kota atau semacam itulah, mereka harus mendapatkan izin dari Tuan Magistrate dahulu. Kemudian beliau meminta izin ke Shade of Flora. Begitulah hierarkinya," jelas Encore.

"Lho, itu artinya semua keputusan kembali ke Yang Mulia Paijo dong??" Wise menceletuk. Kukira dia fokus menghabiskan isi nampannya, ternyata Wise menyimak obrolan serius kami.

"Tentu saja. Lagipula kalian pasti sudah tahu kan, Empat Kerajaan menyokong pemerintahan hanyalah simbolis. Padahal sebenarnya itu tidak diperlukan karena Yang Mulia Paijo dapat mengurus negerinya sendiri kalau dia memang mau. Bangsawan lah yang sibuk menjilatnya."

Aku menghela napas panjang. Betapa rumit dan panjang alur kekuasaan di tempat ini, meski pada akhirnya semua bermuara pada satu figur tertinggi. Tuan Magistrate mungkin terlihat seperti yang berkuasa, tapi dia sendiri harus tunduk pada satu sosok di puncak.

"Tidak kusangka kau sangat tahu sejarah Tovenar," goda Wise. Perangai playboy-nya kambuh. "Apa kau sering mengikuti kelas Madam Pedestrian sebelum kami datang?"

Encore mengedikkan bahu cuek. "Aku sangat tertarik dengan Klan Penyihir, kau tahu."

Aku menyimak sambil setengah tersenyum. Saat mereka saling menggoda, mataku tertarik ke arah pintu depan. Dua penyihir melangkah masuk, lalu menilik makanan di etalase. Aku langsung mengenali mereka—Esok dan Lusa. Sepertinya Esok berhasil menemukannya.

"Ke mana adikmu keluyuran kemarin?"

Merasa terpanggil, Esok menoleh dengan senyum lebar dan langsung memukul lengan Lusa dengan gaya sok akrab. "Iya nih. Dia keluyuran selama seharian. Karena sudah merepotkan kita, aku memberinya hukuman yaitu pengawasan ketat selama 48 jam!"

Aku menahan tawa melihat ekspresi Lusa yang pasrah, sementara Wise dan Encore tampak merinding mendengarnya. Dasar brocon!

"Jadi, apa saja yang kau lakukan sama Saran?" tanyaku begitu mereka duduk di meja kami.

Esok menyikut pinggang Lusa, mengodenya untuk menjawab pertanyaanku karena dia keburu lapar. Lusa menggaruk kepala. "Ah, itu... Dia masih meneliti Cocoon of Tacet. Kami berpisah karena Kak Esok memarahiku."

"Apa? Penelitiannya masih belum selesai? Dia tidak mendengar berita kemarin? Dekat-dekat dengan CoT saat ini sangat berbahaya." Aku beranjak bangkit. "Biar kusamperi dia..."

Tapi baru saja berdiri, tubuhku tiba-tiba terasa berat seperti ada kekuatan tak terlihat menarikku untuk kembali ke kursi. Eh, apa ini? Rasanya aku habis dimantrai seseorang...

Sebelum aku sempat berdiri lagi, terdengar suara dari pengeras suara di sudut ruangan.

"Perhatian kepada seluruh murid akademi, mohon segera berkumpul di aula Court of Elder. Pengumuman penting akan disampaikan. Sekali lagi, segera berkumpul ke aula utama."

Aku, Wise, dan Encore saling tatap.

Selang beberapa saat, halaman aula sumpek oleh kerumunan penyihir dan ksatria. Meskipun beberapa bangsawan memutuskan pulang lebih awal karena peristiwa baru-baru ini, jumlah murid di akademi masih sangat banyak.

Aku menatap ke depan. Semua guru berbaris dengan raut wajah serius. Dimulai dari Madam Flya, Master Side, Madam Pedestrian, Master Spellias (guru mantra), Madam Kemia (guru pemeliharaan hewan dan tumbuhan sihir), dan beberapa guru yang belum pernah kulihat. Pokoknya semua intrik akademi lengkap.

Apakah pengumuman ini sangat penting?

Bola kristal yang dipegang oleh patung raksasa, Court of Elders, mendadak bersinar terang membuat silau sesaat. Dengan embusan angin yang kuat, Tuan Magistrate mendarat dengan epik ke depan kami. Guru-guru refleks memegang dada, melakukan pose menyambut.

Suara baritonnya menggema di aula yang hening, membawa kekuatan dan kewibawaan. "Wahai penyihir-penyihirku, terima kasih atas kehadiran kalian di sini. Langsung saja, kita berada di tengah situasi darurat. Cocoon of Tacet telah berkembang menjadi sesuatu yang berbahaya bagi Klan Penyihir, yaitu..."

Semua orang menunggu lanjutannya.

"Cocoon of Cacophony. Dimana kita akan diteleportasi paksa ke dunia bawah, tempat tinggal para Flawed alias tanah Katastrofi!"

Aku berbinar-binar. Apa...?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top