Bag 19. Ramalan
Sungguh rumit sekali sistem di Klan Penyihir.
Madam Pedestrian menjelaskan bahwa hanya Memori-Ri dan Paijo-Jo yang keberadaannya diketahui dengan pasti. Shade of Memokeeper mendirikan menara untuk penyihir peneliti di Kerajaan Timoruru dan Shade of Flora aktif menjaga akademi. Dua sisanya entah di mana.
Secara pribadi, aku tertarik pada Shade of Fate. Berbeda dengan tiga pecahan descender, hanya dia yang tidak meninggalkan jejak kehidupan. Hanya namanya yang tercatat dalam legenda. Kenapa dia sangat tidak ingin dicari?
Di sisi lain, Shade of Life juga menambah lapisan misteri yang sulit dijabarkan. Dia tidak memiliki banyak informasi, hampir sama kaburnya seperti Shade of Fate. Kata Madam Pedestrian, dia yang paling dominan mendapatkan sisi manusiawi.
Tidak ada ilustrasi mengenai Life-Fe. Tapi entah kenapa aku merasa dia orang yang hangat...
Karena terlalu tenggelam dalam pikiran, aku yang sedang melukis diagram sihir di atas kertas perkamen, tak sadar sikutku menyenggol botol ramuan pengubah wujud yang dalam tahap uji coba. Ramuan itu harusnya aku serahkan ke Master Side besok. Botol itu terguling, lalu jatuh ke sapu yang kusandarkan di dekat meja.
“Ah, gawat!” seruku, terlambat menyadari bencana kecil yang baru saja terjadi.
Ramuan itu tumpah dan meresap ke dalam sapu. Dalam hitungan detik, sapu itu bergetar, memancarkan cahaya aneh yang berkilauan. Aku terpaku, mulutku ternganga saat bulu-bulu sapu mulai berubah, perlahan-lahan membentuk wujud yang lebih kecil, lebih halus, hingga akhirnya...
"Hei! Apa-apaan ini?!" Sebuah suara cerewet menyapa dari balik kamuflase asap. "Sudah seabad lamanya aku dalam wujud sapu. Betapa tidak sopannya mengganggu hibernasiku!"
Aku memandang tak percaya. Sapu terbangku kini berubah menjadi peri kecil dengan selendang transparan berbentuk huruf M mengambang di punggung. Wajahnya cemberut, kedua tangannya terlipat ke dada. Rambutnya klimis.
Dia menyipit ke arahku, mendengus. "Jadi kau yang seenaknya mengubah bentukku, penyihir awam? Aku tahu kau. Pemilik baru yang kasar."
"AAAA, TIDAK! Apa yang terjadi?!" Aku berteriak panik, hampir merobek diagram sihir yang tadi kugambar. "Sapuku berubah cerewet!"
"Kau yang melakukannya, bocah!"
Sial, aku membuat ramuan itu demi nilai bukan untuk mengubah sapuku. Aku tidak pernah peduli pada sapu itu; aku hanya menggunakannya sebagai formalitas. Tapi jika dia berubah jadi entitas yang memiliki akal, itu akan merepotkan.
Aku membolak-balikkan buku ramuan, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantuku mengembalikannya. Apa pun yang terjadi, aku harus membuat peri sapu ini kembali ke bentuk semulanya. Aku enggan sekamar dengan makhluk yang kemungkinan suka mengeluh.
Sementara itu, dia masih melayang di sampingku, dengan ekspresi penuh ketidakpuasan. "Hei, jangan acuhkan aku!" protesnya sebal.
Aku mengabaikan keluhannya, menggigit bibir. Jika aku tidak menemukan cara untuk mengubahnya kembali, aku akan terjebak berurusan dengan peri sapu ini selamanya!
Masalahnya, seperti yang kukatakan, ramuan pengubah yang kupelajari dari Encore masih dalam tahap percobaan dimana khasiatnya masih belum teruji sepenuhnya. Aku tidak tahu berapa lama efeknya akan berlangsung.
Pipiku ditariknya. "Beraninya kau mengabaikan orang yang lebih tua darimu, Brengsek."
"K-kau bahkan bisa mengumpat...?"
BRAK! Tanpa pikir panjang, aku keluar dari kamar, kemudian lari terbirit-birit mencari Encore. Pikiranku dipenuhi dengan satu tujuan: menemukan dia secepat mungkin lalu mengubah benda ini sebelum membuatku gila.
Encore sedang berada di kebun saat itu, mencari tumbuhan untuk ramuan—dia memang sangat suka meracik ramuan. Aku menemukan dia tengah membungkuk, mencabuti beberapa tanaman dengan hati-hati, mengawasi setiap batang dan daun yang dia ambil dengan perhatian penuh.
"Tolong aku, Encore!" seruku sambil berlari mendekatinya. Napasku terengah-engah.
Gadis itu berhenti mengotes dedaunan, menatapku malas. "Apa yang terjadi, Kala? Kenapa kau selalu terlihat dikejar monster sih."
"Lebih buruk dari itu!" kataku, berusaha menarik napas dalam-dalam. "Sapu terbangku berubah jadi peri cerewet! Dia terus mengeluh dan mengganggu! Aku butuh bantuanmu!"
Encore ber-oh ria, tidak tertarik. "Jadi kau akhirnya mencoba resepku ya. Sudahlah, biarkan saja. Nanti juga kembali normal kok."
"T-tapi ramuanku belum sempurna!" Aku tidak terima jawaban yang mengecewakan itu.
"Ya, itu berarti takdirmu. Deritamu," kekehnya tersenyum santai. "Sudah ya. Aku sibuk. Selamat bersenang-senang dengan perimu~"
🌙🌙🌙
Tidak pelak lagi, Encore sudah terkontaminasi dengan sikap Wise—cuek, konyol, dan selalu memberikan respons tidak tepat di saat genting. Aku bahkan bisa membayangkan Wise di sini, dengan wajah polosnya, berkata, "Tenang saja, itu hanya takdir yang main-main denganmu,” sambil mengangkat bahu tanpa peduli.
Si peri sudah menungguku, mengambang beberapa meter dari meja belajarku dengan kaki bersilang seolah-olah dia menunggu bawahannya datang menghadap. Ih! Geramnya aku! Apa dia benar-benar sedang berpose seperti bos?!
"Lama sekali kau, bocah. Kupikir kau lari dari tanggung jawabmu," sindirnya mencemooh.
Aku menatapnya dengan wajah kesal. "Jangan mengatakan hal ambigu seperti itu."
Peri itu tertawa kecil, matanya menyipit licik. "Ambigu, ya? Kurasa tidak. Kau mengubahku, jadi sekarang kau bertanggung jawab atas diriku. Sama seperti pemilikku yang sebelumnya~"
"Aku bahkan tidak sengaja melakukannya!"
"Tidak masalah," katanya, melayang-layang santai di udara. "Sekarang kau milikku."
Aku hendak melontarkan protes, namun tertegun mendengar kalimatnya. "Tunggu, kau punya pemilik sebelumnya?"
"Tentu saja," jawabnya tersenyum angkuh. "Begini-begini umurku 120 lebih. Namaku Sinyi, dan aku adalah sapu tertua. Karena aku sudah pindah di tangan penyihir bocah sepertimu, itu berarti dia sudah meninggal, huh?"
"Siapa penyihir yang memakaimu kali pertama?"
Sinyi menatapku lewat ujung mata. "Namanya Kooka-Ka. Dia seorang elf kerdil dimana usianya hanya bertahan 600 tahun. Si bodoh itu terlalu terobsesi dengan ramalan dan rela mengurangi umurnya untuk mencari mantra atau gulungan yang bisa menanggulangi musibah."
Oke, kutarik ucapanku tadi. Aku terlalu meremehkannya. Sinyi jelas punya informasi.
"Kau..., kau tahu tentang ramalan?!"
"Yeah. Bulan Akan Segera Jatuh, bukan? Kooka percaya itu bukan hanya kabar burung dan akan segera terjadi sewaktu-waktu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top