Bag 11. Asal Muasal Asfalis

Aku menyimak dengan serius. Ibu hanya menceritakan tentang enam region, bukan asal usul pembentukan Asfalis. Penting bagiku memahami sejarah dunia sendiri.

"Tidak ada yang tahu siapa nama dan dari mana asal sosok misterius ini. Dia juga tidak berniat memberitahu identitasnya. Penduduk yang ramah menyambutnya dengan tangan terbuka. Karena dia terus bergerak tanpa menetap, mereka pun memberinya julukan The Outlander atau kerap disebut Nomad.

"Waktu itu, tidak ada satupun yang sadar bahwa Nomad tidak hanya berkelana dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Dia orang yang licik dan manipulatif. Ke mana pun dia pergi, dia menyebarkan ideologi bahwa dewa-dewi itu nyata bukan sekadar mitos secara kasak-kusuk. Menurut ajarannya, mereka lah yang menciptakan Katastrofi."

Wise mendesis. "Itu sama dengan ajaran sesat. Mengatakan eksistensi dewa-dewi ke dunia yang tidak memiliki tuhan, apa yang dia pikirkan? Dia hanya orang sinting!"

Aku mengeluarkan suara sst pelan, menyuruh Wise diam. Berkomentarnya nanti saja. Aku penasaran dengan lanjutannya.

"Ajaran Nomad mengguncang kepercayaan banyak orang pada waktu itu, memaksa mereka untuk mempertimbangkan kembali pandangan mereka tentang dunia. Tapi pada akhirnya mayoritas penduduk tidak percaya. Ribuan tahun lamanya Katastrofi dipimpin oleh garis enam raja secara turun-temurun, melindungi daratan dari monster hutan, virus, dan musibah. Dewa? Dewi? Omong kosong! Rakyat hanya menganggap mereka dongeng yang terlalu jauh dari kenyataan.

"Nomad tidak gentar. Dia terus menyebarkan ajarannya dan menyakini bahwa siapa yang menciptakan monster serta memberi bencana pada Katastrofi kalau dewa-dewi itu tidak nyata? Mereka ada. Tinggal di atas langit. Mengawasi kehidupan manusia, memberi takdir kepada manusia, dan segalanya.

"Perlahan, kehadirannya mulai memengaruhi cara berpikir penduduk. Beberapa mulai mempertanyakan apakah yang dikatakan Nomad mungkin ada benarnya. Sedikit demi sedikit ajaran itu semakin menyebar luas hingga akhirnya kepercayaan pada adanya tuhan tidak lagi dianggap sebagai khayalan.

"Lantas sampai di telinga kerajaan."

Suasana kelas yang tegang berubah muram begitu Madam Pedestrian mengatakan kerajaan. Aku tolah-toleh. memperhatikan reaksi teman-temanku. Mereka terlihat tidak ingin mendengar lanjutannya. Termasuk Encore yang memasang tudung jubahnya.

"Para raja, yang selama ini terjebak dalam rutinitas Katastrofi yang membosankan, tergoda oleh ajaran Nomad. Mereka melihat ide-ide Nomad adalah kesempatan untuk mengubah keadaan. Dalam upaya mencari inovasi untuk masa depan yang lebih baik, enam raja memutuskan untuk menjalin aliansi sementara dengan prospek merancang sebuah revolusi demi Katastrofi tercinta.

"Mereka mengundang Nomad ke kerajaan dan mempelajari lebih lanjut tentang ajarannya, bagaimana hal itu bisa diterapkan untuk membawa perubahan. Nomad dengan senang hati mengungkapkan langkah-langkah memicu kedatangan Dewi Dunia dimana mereka harus memberi persembahan yang layak.

"Persembahan pertama adalah pengorbanan kekayaan yang melimpah. Awalnya para raja ragu, namun tidak ada salahnya mencoba karena emas bisa dicari kembali di tambang. Maka harta kerajaan, perhiasan, benda-benda berharga di seluruh wilayah dikumpulkan dan dibakar dalam upacara besar di alun-alun.

"Apa yang terjadi? Setelah ritual tersebut, langit yang tadinya bersih berubah total. Muncul sebuah bulan sabit dengan ukuran tak masuk akal dan tampak berbeda dari bulan yang biasanya. Itu terang benderang dan berwarna merah darah, menggantung di langit dengan aura yang mengerikan. Rakyat melihatnya dengan takut sekaligus takjub karena fenomena ini belum pernah terjadi.

"Menyaksikan fenomena ajaib ini, keyakinan warga dan enam raja semakin kokoh. Mereka percaya bahwa benar-benar ada kekuatan yang jauh melampaui pemahaman manusia tersembunyi di luar sana. Bulan sabit merah di langit dianggap sebagai bukti nyata dari pertanda tak terbantahkan adanya sang Dewi Dunia. Bahkan Nomad yang hanya memegang keyakinan itu tanpa dasar, menyeringai puas karena buah pikirnya mengandung faktual."

Aku menahan napas. Entah kenapa, semakin lama arah cerita ini semakin menyeramkan. Jika mereka menginginkan revolusi, tidak seharusnya menggunakan langkah ekstrem.

"Persembahan kedua adalah pengorbanan jutaan hewan. Enam raja memerintahkan perburuan tanpa henti, mengumpulkan hewan di seluruh penjuru hutan. Darah mereka ditumpahkan ke altar yang sama, tempat ritual sebelumnya dilakukan. Saat genangan darah menyentuh tanah, langit sekali lagi menunjukkan fenomena yang menakutkan.

"Kali ini bukan bulan sabit yang terlihat melainkan rekah tanda tambah panjang seperti retakan menjalar di seluruh langit seolah ada yang sedang mengintip. Tidak ada yang bisa bersuara, angin pun tidak berdesir. Katastrofi dilanda keheningan total akibat pertanda kedua yang dinamakan Cocoon of Tacet oleh kerajaan. Enam raja dibutakan ambisi dan senewen karena mereka berpikir berhasil memicu kedatangan Dewi Dunia."

Dari segi mana pun aku melihatnya, sudah jelas bahwa pertanda-pertanda yang muncul adalah peringatan. Seharusnya para raja menyadarinya. Apa mereka sudah begitu jauh tenggelam dalam ambisi sesat Nomad?

"Persembahan ketiga yang paling mengerikan yaitu mengorbankan anak-anak. Enam raja percaya hanya darah paling murni, darah anak kecil yang belum ternoda oleh dunia, yang bisa memanggil Dewi Dunia seutuhnya.

"Tentu saja para orang tua tidak membiarkan anak-anak mereka dibunuh begitu saja. Saat perintah itu turun, dunia menjadi kacau. Era pembantaian telah dimulai. Tentara kerajaan menyeret paksa dan menculik anak-anak. Orang tua menangis histeris. Beberapa berani melawan bahkan rela kehilangan nyawa demi melindungi anak-anaknya. Mereka sangat tak berdaya di hadapan pasukan bersenjata.

"Tanah Katastrofi menjadi lautan darah dan air mata. Tubuh-tubuh kecil tak bersalah digiring menuju altar untuk dikorbankan. Nomad berhasil mengubah dunia damai ini menjadi dunia yang tercekik kekejaman."

Aku dan Wise terdiam. Murid-murid di kelas menghela napas kasar, seakan tak sanggup mendengar kisahnya sekali lagi. Kulirik Esok yang mulai terisak—Lusa mengusap bahunya, menenangkan. Itu hanya cerita masa lalu.

"Apa yang terjadi setelahnya? Apakah... apakah Dewi Dunia sungguh turun ke dunia?" Wise bertanya dengan suara lirih.

Madam Pedestrian menggeleng. "Pertanda ketiga tidak muncul. Ketika ritual selesai, Katastrofi mengalami gempa. Cocoon of Tacet yang permanen di langit, bergetar mengeluarkan suara gemuruh seperti gunung meletus seolah merespons tindakan kejam para raja. Ukurannya semakin melebar, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan Dewi Dunia. Langit kelam berwarna merah. Tidak ada lagi cahaya terang. Rakyat meringkuk dalam keheningan dan kegelapan.

"Nomad yang kesal pertanda ketiga tidak muncul segera menghasut enam raja, bilang boleh jadi persembahannya kurang. Belum semua anak-anak dikorbankan. Masih ada anak-anak yang hidup, disembunyikan oleh orang tuanya atau para orang dewasa.

"Tebakan Nomad benar apa adanya. Seorang bocah berumur 8 tahun bernama Luca, disembunyikan di suatu desa terpencil. Dia lah satu-satunya anak kecil yang hidup."

Sosok yang akan menjadi Dewa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top