9. Song [Heru]

Heru sebenarnya merasa bersalah pada Tiyo. Tidak seharusnya dia melimpahkan seluruh beban tugas kelompok pada anak baru itu. Namun, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah menghabiskan waktu di ruang musik dengan semaksimal mungkin. Dan dia juga berbohong. Penyebabnya bukanlah karena pekan seni yang semakin dekat. Dia harus minta maaf pada Tiyo nanti.

"Maaf aku terlam--loh? Yang lain belum datang?"

Petikan gitar Heru berhenti begitu mendengar suara itu. Dia menoleh ke pintu ruang musik dan tersenyum ke arah gadis berambut ikal sebahu yang baru saja datang.

"Bang Ivan katanya mau makan siang dulu. Kak Riki izin bikin tugas kelompok sebentar."

Lagi-lagi rasa bersalah Heru muncul begitu ingat betapa bertolak belakangnya dia dengan Riki. Setidaknya alasan dia melakukan itu sekarang sudah berada di sana. Dalam hati dia bersyukur dua orang rekan band-nya itu sedang tidak ada di tempat.

"Kukira sudah terlambat." Gadis itu mengembuskan napas lega dan melangkah masuk. Dia mengambil sebuah kursi dan menyeretnya ke samping Heru. "Ngomong-ngomong, aku bawakan jus alpukat sama sandwich."

"Thanks." Heru menerimanya dengan senang hati. "Kamu tahu aja aku belum makan."

"Aku tahu kebiasaan burukmu."

Heru tertawa, tapi lama-kelamaan ada rasa pahit yang menyelinap di hatinya. Tawanya perlahan berubah hambar.

"Aku bakalan rindu sama suasana ini," gumam Heru seraya memandangi sandwich di tangannya. "Nanti siapa lagi yang rutin mengingatkan buat makan."

Gadis itu terdiam cukup lama. "Kalau bisa aku juga nggak mau kita LDR-an." Dia tersenyum tipis. "Aku beneran berniat merayu papi supaya aku nggak ikut pindah ke Malaysia."

"Jangan. Kasihan papimu."

Bulan depan, gadis itu akan ikut ayahnya pindah ke luar negeri. Band ini akan kehilangan vokalisnya dan Heru akan kehilangan perempuan yang disayanginya. Makanya festival sekolah tahun ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk tampil bersama di satu panggung.

"Eh, barusan kamu mainin lagu apa?" Gadis itu sepertinya berniat mengalihkan topik.

"Itu … lagu ciptaanku," ungkap Heru malu-malu.

"Aku mau dengar!" Lawan bicaranya terdengar antusias.

"Suaraku nggak sebagus suaramu. Jadi jangan ketawa, ya." Dan sesuai permintaan gadis itu, Heru kembali memetik gitarnya. Sebuah melodi lembut dengan tempo sedang mulai mengisi ruangan.

You gave it all for love
What a thing to be loved
You gave it all for love
What a thing to be loved

And I remember every little thing
That made you fall in love with me

Love standing still, huh love stand strong
Love standing still, love stand though the nations rise
Love standing still, love stand strong
And I saw it in her eyes

Heru berhenti bernyanyi dan gadis itu bertepuk tangan heboh.

"Keren bangen, Her! Aku udah tahu kalau kamu emang berbakat."

Heru tersenyum tipis. Seandainya gadis itu tahu bahwa Heru menciptakan lagu barusan seraya memikirkannya. Sebenarnya lagu itu masih ada lanjutannya, tapi dia merasa tidak bisa menyanyikannya terang-terangan.

Let go of my love
Let go for tonight
Let go of my love
I cannot let you leave

Bagaimana mungkin dia bisa meminta gadis itu untuk tinggal? Heru mungkin memang orang yang tega memaksakan tanggung jawabnya pada orang lain. Tapi dia tidak akan sanggup bersikap egois dengan memaksa gadis itu tetap di sisinya.

***

TEMA 9:

Aku merasa ini absurd ಥ‿ಥ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top