24. Pretending [Romeo]

Romeo refleks mengumpat saat mendengar pintu kamar asramanya dibuka. Sembari merutuki kebodohannya yang lupa mengunci pintu, dia buru-buru menyembunyikan kucing persiaㅡyang tadinya sedang pulas di atas pahanyaㅡke kolong tempat tidur.

"Ngapain, Rom?" Cowok berpeci yang baru saja masuk langsung menatapnya curiga. "Kok kelihatannya panik?"

"Enggak kok, Bang." Romeo menjawab pertanyaan teman sekamarnya sambil cengengesan. "Tumben Bang Imam udah balik? Nggak tadarusan?"

Imam menutup pintu di balik punggungnya dan melangkah ke meja belajar di sudut ruangan. "Nggak dulu," tukasnya seraya menaruh peci dan menyampirkan sarung di sandaran kursi. "Capek banget habis belajar sore."

Di saat yang sama, Romeo melihat sekelumit bulu putih muncul dari bawah tempat tidur. Cepat-cepat dia mengubah posisi duduknya yang tadinya bersila di atas tidur jadi bersila di atas karpet. Sukses, punggungnya berhasil menutupi kolong tempat tidurnya.

"Wah, derita anak tingkat akhir." Romeo menggelengkan kepalanya prihatin. "Stay strong ya, Bang."

"Kamu nyembunyiin sesuatu ya, Rom?" Namun, Imam ternyata tidak semudah itu dikecoh. Kakak kelasnya itu mulai membungkuk demi bisa melihat ke bawah tempat tidur. "Cewek, ya? Parah kamu, Rom! Istighfar, Rom! Istighfaar!"

Tentu saja Romeo terkejut mendapat tuduhan yang tidak main-main itu. "Bukan, Bang! Sumpah demi Allah! Masa' iya aku tega nyembunyiin cewek di kolong."

"Berarti nyembunyiinnya di tempat lain?" Imam memasang ekspresi horor dan juga jijik. "Di mana? Kamar mandi? Lemari?"

"Bang!ㅡ"

"Miaaw."

"Kucing?" Imam menatap tak percaya pada buntelan bola bulu berwarna putih yang baru saja meloloskan diri dari kurungan dadakan buatan Romeo. "Kamu bawa kucing ke asrama? Ya Allah, Rooom!"

Dibanding ngeongan kucing, Romeo lebih mencemaskan suara membahananya Imam. Dalam hati dia berharap tidak ada penghuni lain yang mendengar mereka.

"Bang! Dengar dulu, Bang!" Romeo membungkuk untuk meraih kucing putih tersebut. "Aku terpaksa bawa Bobby ke sini. Di rumah lagi nggak ada orang."

"Bobby?" Sebelah alis Imam terangkat.

"Bang Imam, ini Bobby." Romeo menunjukkan kucing di pangkuannya. "Bobby, ini bang Imam."

Bobby kembali mengeong pelan.

"Orang tuaku ke Malaysia selama seminggu, kakak perempuanku ada di luar kota, om tetangga sebelah punya alergi kucing, lalu pet shop langgananku lagi tutup, dan tidak," Romeo menggeleng tegas. "aku nggak percaya sama pet shop lain."

"Jadi ... dia bakalan tinggal di sini?" Imam bertanya lambat-lambat dan dibalas Romeo dengan anggukan.

"Cuma dua hari, kok. Sampai kakakku pulang."

"Tapi, Rom. Kalau ketahuan petugas komdis, kita bakalan dihukum nyapu taman asrama seminggu penuh!"

"Tenang saja, Bang! Bobby anaknya tenang kok. Nggak berisik."

"Bukan begituㅡ"

"Dia bahkan ahli pura-pura mati." Romeo menyela. Dia kembali menaruh Bobby di atas lantai dan membentuk pistol dengan jempol dan telunjuk kanannya. "Bobby, dor!"

Kucing persia putih itu langsung mengubah posisinya jadi duduk dan kemudian berguling ke samping. Selama beberapa detik kemudian, dia tidak bergerak sedikit pun. Sepasang matanya ikut terpejam. Benar-benar akting yang sempurna. Tidak sia-sia Romeo mempercayakan pelatihan Bobby ke tetangga sebelahnya yang artis papan atas.

"Oke. Lalu? Korelasinya?" Imam masih terlihat bingung.

"Worst case scenario, kalau nanti kita ketahuan komdis, tinggal suruh Bobby pura-pura mati. Ntar aku bakalan berakting histeris, nuduh si komdis ngebunuh kucingku dan dia nggak ada pilihan selain ngebiarin kita lolos, laluㅡ"

Kepalanya langsung dihadiahi toyoran oleh Imam yang semakin naik darah.

"Kamu pikir komdis itu sebodoh apa, hah?"

***

Tema 24:
"Memalsukan kematian."

***

Makasih buat Bobby yang bersedia jadi bintang tamu (dadakan) di chapter kali ini
//kasih whiskas

See ya,
Tia

Jakarta, 24 Februari 2021
17:45 WIB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top