1. Failed [Sanny]

Sanny sudah tahu semuanya akan berakhir seperti ini.

Oke. Dia memang sudah tahu, tapi tetap saja rasanya menyakitkan.

"Pahit." Komentar dari Liona--gadis berambut pendek di sebelahnya--malah makin meluruhkan semangat.

Sanny mendesah berat dan memandangi kue cokelat yang ada di atas meja dengan tatapan sendu. Padahal tampilannya sudah begitu menggugah selera. Mengembang sempurna, tidak gosong ataupun bantat seperti percobaan-percobaan gagal sebelumnya. Sembari menelan ludah berat, dia kembali menyendoki kue tersebut, sedikit berharap kalau yang pahit hanyalah bagian tertentu saja dan bukan keseluruhannya.

Namun, belum apa-apa rasa pahit kembali memenuhi rongga mulutnya dan Sanny buru-buru menelan--membatalkan niatnya untuk mengunyah.

"Listi bilang orang itu lagi suka banget sama cokelat." Tangannya terulur meraih ponsel yang ada di samping gula, memastikan info yang diterimanya. Informan dan biang gosip paling terpercaya di seantero yayasan Arthawidya tidak mungkin salah. Listi tahu semua berita terkini di lingkungan TK hingga SMA, jadi yang ini pun mustahil bisa keliru. Kalau Listi bilang 'dia' suka cokelat, that's it then.

"Ya bukan berarti kamu bisa masukin cokelat banyak-banyak." Liona meminggirkan piring kuenya. "Pantas saja pahit."

Sepertinya diam-diam Liona mulai menyesali keputusannya mengiyakan permintaan spesial untuk menjadi pencicip. Well, Sanny tidak menyalahkannya. Entah sudah berapa banyak ciptaan gagal yang masuk ke perutnya Liona. Dia berjanji dalam hati akan mentraktir gadis itu es krim kapan-kapan.

"Tapi cokelat kan enak. Banyak cokelat seharusnya bikin kue jadi tambah enak."

"San, that's not how it works." Liona tertawa. "Tapi masih ada cukup waktu sebelum Valentine. Pas hari-H, kamu pasti sudah bisa menciptakan masterpiece!"

Sanny mengangguk pelan, mencoba untuk mengumpulkan rasa percaya dirinya yang sempat berhamburan karena kue yang pahit.

Terdengar suara pintu terbuka dan diiringi suara orang berteriak.

"AKU KEMBALI!"

Sanny buru-buru mengemasi tepung, gula, mixer, dan semua printilan pembuat kue yang bisa diraihnya. Sementara itu, Liona mengambil kue malapetaka ciptaan Sanny dan menyembunyikannya di balik punggung. Hari ini seharusnya hanya ada mereka berdua di asrama lantai 3. Semester baru akan dimulai minggu depan dan para penghuni lantai tersebut masih berada di rumah masing-masing. Kondisi inilah yang membuat Sanny merasa aman ketika menggunakan dapur. Seandainya dia ketahuan sedang berusaha membuat kue untuk gebetan, dia bisa jadi bahan ceng-cengan selama satu tahun ajaran.

"Wah, lagi bikin kue?" Orang yang baru datang itu kembali menyeletuk.

"Starla?" Sanny akhirnya mengenali suara milik teman sekamarnya. Detik berikutnya, dia mengembuskan napas lega. "Bikin kaget saja."

"Gimana? Berhasil?" Starla melangkah mendekat dan memposisikan dirinya di antara Sanny dan Liona. Sepasang mata sipit gadis itu berbinar tertarik.

"Kok sudah balik?" Sanny balas mengajukan pertanyaan. "Katanya mau memaksimalkan waktu di rumah?"

"Bosan," jawab gadis itu sekenanya. Pandangannya berpindah ke kue di tangan Liona. "Jadi, ini kuenya? Aku coba, ya!"

Sebelum Sanny sempat menghentikannya, Starla sudah memotong kue tersebut dan memasukkannya ke mulut. Sejurus kemudian, ekspresinya berubah jijik.

"Idih! Apaan nih, San? Kamu masukin brotowali ke adonan?"

Rasa percaya diri yang baru saja dikumpulkan Sanny dengan susah payah kembali hancur lebur berantakan.

***

Tema 1:
"Penciptaan"

***

Oke. Nggak ada masalah berarti buat tema hari ini. Tema selanjutnya, tolong berbaik hati padaku :")

Fyi, Starla sama Sanny juga pernah muncul di "Yestoday" chapter 2~

Love,
Tia

Jakarta, 1 Februari 2020
15.05 WIB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top