Chapter 2 - Rudita Tanpa Suara

(Y/n) menguap lebar kala sensei di depan kelasnya tengah menjelaskan tentang sejarah negara kelahirannya, Jepang. Gadis itu membuka bukunya lalu mulai mencatat. Setidaknya ia harus mencatat agar tidak mengikuti remedial saat ulangan nanti.

Masih sambil mencatat, tiba-tiba Mitsuri yang duduk di depannya menoleh. Sontak (Y/n) menengadahkan kepalanya untuk menatap langsung lawan bicaranya itu.

"Psst... (Y/n)-chan!" panggilnya sambil berbisik.

"Ada apa?" sahut (Y/n) dengan volume yang kecil pula.

"Apakah aku boleh meminjam penghapusmu?" tanyanya setelah (Y/n) menyahut.

"Um, boleh." (Y/n) langsung memberikan penghapusnya pada Mitsuri yang menerimanya seraya tersenyum simpul.

"Terima kasih, (Y/n)-chan! Nanti akan kukembalikan, ya."

(Y/n) mengangguk paham. Lalu, ia pun kembali mencatat.

Pelajaran Sejarah kali ini membuat (Y/n) cukup mengantuk. Masalahnya, Sejarah merupakan pelajaran yang menceritakan tentang kisah di zaman dahulu. Dan, jujur saja, semua kisah itu membuat (Y/n) ingin tertidur. Namun, jika tak ada dorongan agar ia tak remedial di ulangan nanti, akhirnya gadis itu pun selalu mengurungkan niatnya untuk tidur di saat pelajaran itu dimulai.

Beberapa puluh menit kemudian, akhirnya pelajaran-yang-mendongengkannya-untuk-tidur itu usai. (Y/n) bergegas merapikan benda-benda yang berserakkan di atas mejanya. Juga memasukkan penghapus yang sebelumnya Mitsuri pinjam. Beruntung, temannya itu masih ingat untuk mengembalikan penghapus yang ia pinjam. Namun, (Y/n) pun tidak akan mempermasalahkannya jika Mitsuri tidak mengembalikannya.

"(Y/n)-chan! Ayo ke kantin!" Mitsuri langsung mengajak (Y/n) ke kantin tepat dua detik setelah bel istirahat berbunyi.

"Um. Baiklah. Ayo."

Mereka pun beranjak dari kelas dan berjalan beriringan menuju kantin. Suasana kantin yang ramai menyambut mereka kala mereka menginjakkan kaki di sana. (Y/n) dan Mitsuri sama sekali tidak protes tentang keramaian di ruangan bernama kantin itu. Justru mereka menikmatinya sambil melakukan aktivitas mereka masing-masing.

"Hari ini kau ingin makan katsudon?" tanya Mitsuri ketika ia melirik nampan yang dibawa oleh (Y/n). Di atasnya terdapat semangkuk nasi dan beberapa potongan ayam.

(Y/n) mengangguk. "Aku sedang ingin makan makanan yang membuatku seratus persen kenyang," jawabnya.

"Um, begitu rupanya." Mitsuri tampak paham.

"Kau sendiri? Apakah kau masih melakukan diet?" tanya (Y/n) balik seraya memasukkan nasi dan sepotong ayam ke dalam mulutnya.

"Tidak. Iguro-san bilang padaku jika aku tak perlu diet apapun itu. Ia menyukaiku apa adanya," jelas Mitsuri sambil tersenyum san mengingat bagaimana wajah Obanai ketika lelaki itu berkata demikian.

Gadis itu menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. "Ah, enaknya," komentar (Y/n) setelahnya.

Meskipun (Y/n) tampak senang, namun hatinya tidak demikian. Ia merasa jika dirinya seharusnya bisa bahagia juga seperti Mitsuri. Tetapi, (Y/n) tidak ingin terlihat seperti itu di mata temannya itu. Ia juga menginginkan Mitsuri bahagia. Mungkin ini adalah kebahagian bagi Mitsuri.

"(Y/n)-chan? Mengapa kau melamun?" tanya Mitsuri yang seketika membuyarkan lamunan (Y/n).

Sontak (Y/n) salah tingkah karena tertangkap basah tengah melamun. Ia hanya tersenyum kikuk dan memperbaiki posisi duduknya.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Lebih baik kau habiskan makananmu, Mitsuri-san," ujar (Y/n) setelahnya.

Mitsuri hendak bertanya lebih lanjut tentang apa yang (Y/n) sedang lamunkan. Namun, ia urung melakukannya dan memilih untuk dipendam dalam diam.

***

Netra (e/c) itu berulang kali membaca tulisan yang tersusun dari beberapa kata pada layar ponselnya. Pesan yang dikirim dari pihak sekolahnya beberapa saat yang lalu itu sudah dibaca berkali-kali oleh (Y/n). Setelah mengetahui jika tulisan di sana tidak akan berubah, (Y/n) pun menghela napas panjang.

Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Mitsuri yang sedang merapikan buku-bukunya di kursi depannya. (Y/n) berniat untuk memanggilnya. Namun, ia kalah cepat dengan Mitsuri yang lebih dulu menoleh padanya dan memanggil asmanya.

"(Y/n)-chan, apakah kau ingin ikut dengan aku dan Iguro-san?" tawar Mitsuri tiba-tiba.

Kebingungan sontak melanda diri (Y/n). "Ikut kalian? Ke mana?" tanyanya.

"Ke sebuah café yang baru buka di dekat sekolah Iguro-san! Apakah kau ingin bergabung?" Meskipun Mitsuri menanyakan apakah (Y/n) ingin ikut atau tidak, namun wajahnya menyiratkan bahwa (Y/n) harus ikut dengannya.

Seketika (Y/n) teringat dengan fakta yang saat ini ada. Fakta yang mengatakan bahwa meskipun dirinya pulang ke rumahnya, kesunyian serta kesendirian akan menyambutnya. Namun, lagi-lagi gadis itu teringat dengan Mitsuri dan Obanai. Ia tidak ingin kehadirannya di sana menjadi pengganggu di antara hubungan mereka.

"Apakah kau baik-baik saja jika aku ikut? Maksudku, kau seharusnya pergi bersama Iguro-san, tetapi kau justru mengajakku juga. Apakah keberadaanku di sana tidak akan mengganggu kalian?" (Y/n) tampak ragu untuk mengatakannya. Namun, pada akhirnya ia berhasil mengatakannya kepada Mitsuri.

Sebuah senyum lebar justru tersungging pada bibir Mitsuri. Ia menepuk-nepuk tangan (Y/n) yang diletakkan di atas meja. "Tidak akan! Percayalah padaku, (Y/n)-chan."

***

Di sinilah (Y/n) dan Mitsuri berada sekarang. Mereka tidak langsung pergi menuju café yang dijadikan tujuan utama mereka. Melainkan mereka menunggu kedatangan Obanai terlebih dahulu. Mengingat lelaki itu tidak tahu di mana letak café yang Mitsuri maksud walaupun sebenarnya berada dekat dengan sekolahnya sendiri.

(Y/n) bersandar pada dinding yang membatasi area sekolah dengan trotoar yang ia pijak. Bunga-bunga sakura yang bermerakan di sekitarnya menjadi objek yang ia pandang sejak tadi. Sesekali sang bayu berhembus dari arah utara. Meniup surai (h/c)nya mengikuti iramanya.

Kakinya hendak dilangkahkan menjauh dari area sekolah. Melihat banyaknya siswa maupun siswi yang berhamburan keluar dari gerbang di dekat dirinya. (Y/n) tidak ingin menjadi penghambat bagi mereka.

Mengetahui jika bel pulang sekolah telah berdering, Mitsuri sontak menoleh ke sana dan ke sini. Mencari keberadaan Obanai di antara para murid yang lain. Berbeda dengan (Y/n) yang hanya menatap mereka sekilas.

Manik (e/c)nya seketika terhenti pada seorang lelaki. Lelaki itu tidak seorang diri. Di sebelahnya terdapat seorang gadis yang tengah bergelayut pada lengannya. Sebuah senyum bahagia tercetak dengan jelas di paras ayu milik gadis itu.

Seketika dunia di sekitar (Y/n) berhenti berputar. Bahkan panggilan dari Mitsuri pun tak ia gubris. Fokusnya hanya satu; ke arah lelaki bersurai putih itu dan seorang gadis di sebelahnya.

***

Makasih bangett karena kalian masih nungguin cerita ini update (ू˃̣̣̣̣̣̣︿˂̣̣̣̣̣̣ ू)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top