Chapter 1 - Ilusi dari Nirbana
Ketika matahari sudah berada di ufuk timur, orang-orang sudah mulai beraktivitas. Menyambut pagi dengan sarapan lalu bersiap ke sekolah ataupun bekerja.
Berbeda dengan (Y/n).
Ia hanya berdiri termenung di balkon kamarnya. Menatap ke arah langit dengan kedua tangannya yang bertopang pada pagar hitam pembatas.
Pikirannya melayang ke kejadian beberapa tahun yang lalu. Di saat bunga-bunga di musim semi mulai bermekaran. Sembilan tahun yang lalu.
Saat di mana janji itu diikrarkan. Janji yang merupakan hanya sebuah bualan belaka. Seperti kata-kata bermakna jenaka yang diucapkan hanya untuk kejahilan.
"Sudah berapa banyak musim semi yang berlalu sejak hari itu?" gumam (Y/n) sambil menatap ke arah kumpulan awan di cakrawala.
Ia jadi bertanya-tanya. Apa yang sedang lelaki itu lakukan? Apakah sekarang tubuhnya lebih tinggi dari (Y/n)? Dan, yang paling penting, apakah sifatnya masih tsundere?
Berbagai pertanyaan mulai muncul di dalam benaknya. Berkumpul menjadi satu hingga menimbulkan rasa penasaran. Oh, juga rasa rindu yang membuncah.
***
"Aku pergi dulu," pamit (Y/n) setelah selesai mengenakan sepatunya.
Seketika gadis itu tertegun. Ah, ia lupa jika di rumahnya tak ada siapapun selain dirinya sendiri. Mengucapkan pamit sebelum pergi memang sudah menjadi kebiasaannya. Bahkan setelah kedua orang tuanya meninggal.
Tak ingin berlarut dalam kesedihan, (Y/n) langsung menuju garasi rumahnya. Mengeluarkan sepedanya dari sana, menaikkinya, lalu segera beranjak dari rumahnya. Rumahnya yang penuh dengan kenangan.
Angin tidak berhembus terlalu kencang. Terasa hangat dan sejuk ketika menyapu permukaan kulitnya. Menimbulkan bayangan tentang dirinya yang tengah berbaring di atas padang rumput sambil menikmati senja.
"Mengapa jarak sekolahku terasa lebih jauh dari biasanya ya?" komentarnya sambil bertanya-tanya. Ah, mungkin saja itu hanyalah perasaannya.
Setelah tiba di sekolahnya, (Y/n) langsung mengarahkan sepeda yang dikendarainya menuju ke area parkir sekolah. Di sana banyak sepeda yang berjajar rapi. (Y/n) mengayuh sepedanya menempati salah satu tempat di antara sepeda-sepeda lainnya. Setelah itu, ia pun turun dan beranjak menuju kelas.
Bunga-bunga sakura yang bermekaran terlihat indah dan enak dipandang. Warnanya yang merah muda terlihat cantik dan rupawan. Namun, (Y/n) tidak sempat berhenti di sana dan memandangi mereka. Ia harus segera menuju kelasnya.
Sambil bersenandung ria, ia berjalan ke arah kelasnya. Hanya tersisa beberapa meter sebelum ia tiba di sana.
"(Y/n)-chan!"
Mendengar namanya dipanggil, (Y/n) pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kelas. Ia pun berhenti dan menoleh.
"Ohayou, (Y/n)-chan!" sapa Mitsuri antusias.
"Ohayou, Mitsuri-san," balasnya disertai senyuman.
Mitsuri memperhatikan wajah (Y/n) selama beberapa saat. "Are? Kau terlihat berbeda hari ini," komentarnya.
"Berbeda bagaimana maksudmu?" tanya (Y/n) bingung.
"Bagaimana menjelaskannya ya? Tapi, intinya kau terlihat berbeda," jawab Mitsuri ambigu.
"Aku tak paham maksudmu, Mitsuri-san." (Y/n) pun membuka pintu kelasnya. Ia dan Mitsuri masuk ke dalam. Mereka segera menuju meja mereka masing-masing.
"Sudahlah jangan kau pikirkan! Saat jam istirahat nanti, kau ingin makan apa?" Mitsuri duduk di kursinya. Lalu, ia memutar posisi kursinya menjadi berhadapan dengan (Y/n).
"Hari ini aku membawa bento. Jadi, aku akan memakannya saat jam istirahat nanti," jawabnya sambil mengeluarkan ponselnya.
"Nanti kita makan bersama ya!" seru Mitsuri terlalu bersemangat.
(Y/n) mengangguk sambil tersenyum lebar. Dengan keberadaan Mitsuri di sampingnya, (Y/n) sudah merasa senang. Setidaknya, ia tidak perlu sendirian di sekolah. Hanya cukup di rumah saja.
***
"Iguro-san?"
"Ya. Bagaimana hubunganmu dengannya?" tanya (Y/n) di sela-sela makan siang bersama mereka.
"Kami baik-baik saja! Aku selalu merasa senang saat menghabiskan waktuku bersamanya!" serunya antusias.
Mitsuri seketika tersadar tentang kalimat yang ia ucapkan. Ia menoleh dan menatap (Y/n) dengan gelagapan. "A-Aku juga senang menghabiskan waktuku denganmu, (Y/n)-chan!" tambahnya panik.
(Y/n) terkekeh melihat Mitsuri. "Tidak apa-apa, Mitsuri-san. Jika kalian ingin menghabiskan waktu lebih sering, aku sama sekali baik-baik saja. Tidak apa-apa," ujarnya sambil tersenyum.
Mitsuri hanya bisa menatap (Y/n). Ia merasa jika sahabatnya itu tidak benar-benar baik-baik saja.
"Ada apa, Mitsuri-san?" tanya (Y/n) bingung ketika Mitsuri terus menatapnya sejak tadi.
"Ah, tidak. Bukan apa-apa!"
(Y/n) menatap Mitsuri sejenak. Menunggu jika ada yang ingin gadis itu katakan. Lalu, ia kembali mengalihkan pandangannya ke depan. Tak lupa sambil menghabiskan bento-nya.
"Oh ya, (Y/n)-chan."
"Hm? Nani?" (Y/n) menoleh dengan sumpit di mulutnya.
"Apakah kau sudah bertemu dengan temanmu itu? Teman yang pernah membuat janji denganmu dulu."
(Y/n) kembali menatap ke depan. Lalu, ia menggeleng kemudian menunduk. "Belum. Aku belum bertemu dengannya."
"Jika kau bertemu dengannya, apakah kau akan langsung menerima dia sebagai pacarmu?" Mitsuri bertanya lagi.
"Ya. Karena itulah janji yang telah kita buat," sahut (Y/n) sambil mendongak dan menatap Mitsuri yakin.
Mitsuri hanya bisa diam. Ia menatap (Y/n) dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Sudahlah. Jangan bahas tentangnya, oke?" ujar (Y/n) menyudahi pembicaraan yang tak ingin ia bahas.
"Um. Baiklah."
Mereka berbincang sambil sesekali tertawa. Mitsuri memang teman yang menyenangkan, menurut (Y/n). Gadis itu selalu riang dan sering tertawa karena hal-hal sepele. Namun, karena itulah (Y/n) menyukai berteman dengannya. Bahkan pertemanan itu sudah bertahan empat tahun lamanya.
Ah, setidaknya (Y/n) bisa merasakan kebahagiaan dengan Mitsuri bersamanya.
***
Yo minna!
Udah berapa abad aku gak update cerita ini—🚶♀️
Akhirnya aku bisa update lagi sksksksk
Masih ada yang nungguin? Aku gak yakin masih ada :>
Stay tuned terus yes!! <
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top