Chapter 7: Obedat'

Viktor dan Vigge yang sudah kembali ke dalam wujud kucing siberia pun keluar dari ruang isolasi. Di tangan kanannya Viktor menjinjing sekantong plastik tebal yang disegel dengan sangat rapat. Operator yang sudah tahu jika itu adalah bayi eksperimen gagal, tidak bertanya apa-apa pada Viktor.

Lelaki yang kembali ke mode kalem ini pun menatap satu per satu operator yang ada di sana. Tidak ada yang berani membalas tatapan itu pada Viktor. Sebagai ilmuwan tidak berperasaan, Viktor memang sering mengintimidasi karyawan hanya melalui tatapannya saja. Sekali lagi Vigge yang ada di gendongan Viktor ikut mengeong menyuruh lelaki tanpa busana itu bergegas.

"Kita harus bakar bayi ini sebelum membangkai," ujar Viktor seraya berjalan mendahului yang lain.

"Tapi baru saja kita menggunakan ruangan itu, Profesor. Harus menunggu sekitar lima jam untuk kembali mengoperasikannya." Sekretaris lab Viktor mencoba menjelaskan.

"Tidak masalah, ikut sertakan bayi ini ke dalam. Biar aku yang memasukkannya." Viktor menggenggam sangat erat plastik tebal tersebut, hal ini dibuktikan dengan otot-otot lengannya yang timbul.

Sesampainya di depan ruangan pembakaran mereka berhenti tepat di hadapan pintunya. Masih jelas terasa panas di sana, siapa pun yang memegang kenop pintu ruangan tersebut akan terbakar dan meleleh tangannya. Viktor menghela napas panjang kemudian menyuruh seluruh operator untuk naik ke lantai atas terlebih dahulu.

Kini, bukannya tetap bersamanya, Vigge diperintahkan untuk ikut serta dengan ketiga operator tersebut naik ke lantai atas. Viktor melucuti kain satu meter berharganya itu dan menitipkannya pada Vigge.

"Kalian boleh pergi dahulu dan bersihkan diri, tetapi kau kucing, tunggu aku di depan tangga," ujar Viktor dengan menggerakkan tangannya seperti mengusir.

Saat sekiranya hanya tersisa Viktor dan jasad Valdo di sana, dengan tidak menunggu lama, lelaki tanpa busana itu pun langsung membuka pintu besi tersebut dengan mudah. Gumpalan angin bercampur api menyembur dari dalam ruangan menghantam tubuh Viktor dengan cepat. Bersamaan dengan hantaman angin panas tersebut, Viktor menyeringai dan menyipitkan matanya.

"Astaga, debu semua." Plastik yang ada di genggamannya itu pun tanpa basa-basi langsung dilempar ke dalam ruangan.

Setelah dirasa urusannya selesai, Viktor dengan santai menutup kembali ruangan pembakaran tersebut dan menguncinya. Ia menatap ke arah tubuhnya yang kini berubah menjadi warna hitam.

"Asap sialan, tubuhku jadi cemong begini." Viktor mencoba mengelap perutnya dengan telapak tangan yang sebenarnya kotor juga.

Benar-benar tubuh bagian depan Viktor dari ujung kepala hingga ujung kaki menjadi hitam akibat asap pembakaran yang menyembur tadi. Viktor terlihat gosong tetapi berminyak. Alih-alih terlihat seperti atlet binaraga yang diolesi minyak, Viktor malah seperti roti panggang gosong sebelah.

Viktor berjalan menaiki tangga. Ketika lelaki cemong itu membuka pintu bawah tanah, Vigge yang awalnya sedang melamun pun terperanjat melihat Viktor yang hitam di seluruh bagian depan tubuhnya. Sedetik kemudian, Vigge malah tertawa terbahak-bahak. Saking tidak tahannya, kucing itu berguling-guling dengan kain satu meter yang melilit tubuhnya.

"Sstt, berikan kainku." Viktor memelotot dan bergegas menghampiri Vigge.

Jelas bukan Vigge jika menurut begitu saja. Siberian cat tersebut lari sambil tertawa dengan membawa kain satu meter milik Viktor. Tidak bisa dibantah lagi, keduanya main kejar-kejaran di Gedung B. Tempat di mana objek dan sampel percobaan di simpan.

Cukup lama hingga akhirnya Vigge menyerah setelah Viktor menangkapnya dan mengancam memasukkan dia ke dalam ruangan pembakaran. Kain satu meter berharga itu pun diambilnya dan Viktor langsung mengelap minyak hitam yang ada di tubuhnya. Keduanya pun berjalan menuju ruangan pembersihan diri.

Sebelum sampai di ruangan sterilisasi tersebut, para operator sudah selesai dan tengah menunggu di ruang ganti pakaian. Viktor dan Vigge tanpa menghiraukan mereka langsung masuk dan membersihkan diri, Viktor mau masuk ke kamar mandi sterilisasi tersebut hanya karena dirinya merasa cemong dan kotor saja.

Kondisi kamar mandi sterilisasi tersebut sangat tertutup. Semacam masuk ke dalam oven raksasa dengan suhu yang sangat hangat. Tidak keluar dari keran atau alat mandi seperti shower, air di sana keluar dari setiap lima senti meter dari lantai, dinding, dan langit-langit ruangan. Air tersebut menyemprot dengan kecepatan yang cukup tinggi, sehingga akan terasa perih apabila belum terbiasa.

Kandungan dari air yang menyemprot tersebut sesuai standar antiseptik seperti ethanol, isopropyl alcohol, iodine, chlorhexidine, triclosan, dan timol. Pada beberapa waktu cairan tersebut berubah menjadi cairan disinfektan yang mengandung hydrogen peroxide, sodium hypochlorite, dan hydroxytoluene. Kemudian terakhir, air murni digunakan sebagai bilas.

Para operator masih menunggu di tempat yang sama hingga Viktor selesai mandi. Setelah sekiranya selesai dengan segala urusan di Gedung B, mereka pun kembali ke Gedung A untuk melakukan pemeriksaan akhir. Viktor ingin memastikan bahwa laboratorium yang satu ini sekarang berjalan sesuai dengan keinginannya.

"Jangan lupa, perintahkan dua Laboratory Tank yang baru untuk bertugas di Gedung B." Viktor sesekali menggosok rambutnya yang masih basah.

Tubuh Viktor kini benar-benar mengkilap menggoda tidak seperti sosis bakar gosong sebelah lagi. Lekukan tubuhnya terpahat rapi, rambut-rambut halusnya masih tergambar basah, dan aroma wangi keluar dari tubuhnya yang bisa membuat setiap orang terpana. Setiap orang menatap Viktor tidak akan lepas melekat tatapan tersebut pada perutnya yang seolah diukir membentuk torn bread tipis.

Sesampainya di Gedung A, Viktor langsung menyampaikan beberapa hal terkait apa yang perlu diperbaiki dan apa yang benar-benar harus diperhatikan terkait keberlangsungan penelitian agar tidak terjadi kegagalan yang berulang. Sebenarnya Viktor tidak masalah jika ada yang gagal lagi, tetapi bagaimana pun ia masih lebih memikirkan reputasi dirinya sebagai Ilmuwan.

"Sudah selesai semua. Sebaiknya kita makan siang terlebih dahulu, sebelum aku melanjutkan perjalanan ke lab lain." Viktor mengedarkan pandangannya melihat semua operator yang menatap dirinya. "Ayo, tunggu apa?" lanjutnya karena merasa canggung.

Viktor dan seluruh operator kemudian berjalan menuju kantin. Biasanya jarang sekali Viktor mau makan bersama karyawan-karyawannya, tetapi entah setan dari mana yang merasuki dirinya sehingga ia mau makan dengan orang banyak. Itulah yang menjadi alasan para operator memandangnya heran di ruangan pemantauan tadi.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian." Nada bicara serius di tengah-tengah sesi santap menyantap membuat perasaan siapa pun tidak enak.

"Bisa tidak kita makan dulu dengan tenang?" Satu-satunya yang bisa protes tidak lain dan tidak bukan adalah Vigge.

Operator lain yang mendengar hal itu dari Viktor langsung terdiam, meletakkan sendok di piring, dan bersikap sempurna menatap ke arah Viktor. Tingkah laku yang ditunjukan oleh operator terkesan seperti sedang pelatihan militer.

"Santai saja, kita bisa bicara sembari makan," ujar Viktor dengan kunyahan penuh di dalam mulutnya.

Vigge mencibir diam-diam. "Mereka tidak akan mau, lihat saj—."

"Setelah pembakaran di Gedung B selesai, kalian ambil plastik hitam yang tadi aku buang ke dalamnya. Itu berisikan jasad bayi kegagalan." Viktor berhenti dan kembali memasukkan satu suapan daging babi asap.

"Eh, abunya, Profesor?" tanya sekretaris lab.

"Bukan, plastiknya. Itu tidak akan hancur dilahap api. Sengaja aku buat untuk memanggang bayi tersebut." Viktor berbicara demikian seolah tidak ada hal yang memilukan. "Paham? Tidak perlu banyak tanya, lakukan saja tugas tambahan dariku dan simpan plastik tersebut di berangkas beku di dalam ruangan rapat."

Merasa tidak ada komplain dari semua operator, Viktor pun tersenyum sambil menatap satu per satu karyawannya.

"Kalian tidak makan?" tanya Viktor kemudian. "Aku sudah selesai, biar kutinggalkan kalian di sini karena aku harus mengunjungi lab yang lain. Selamat tinggal."

Viktor beranjak dari duduknya lalu meninggalkan piring kosongnya di ruangan makan tersebut. Sudah seperti kawanan bebek yang mengikuti pengembala, para operator berinisiatif mengantarkan Viktor dan Vigge ke pintu keluar lab padahal mereka belum menyelesaikan makan siangnya.

Karena sifat masa bodo Viktor sudah di tahap akut, jadi ia tidak peduli dengan para operator tersebut sudah selesai atau belum. Dirinya merasa sudah menyuruh semuanya untuk makan saat perbincangan di meja makan tadi, baginya salah siapa mereka tidak makan dan malah bersikap sempurna menatap dirinya.

Viktor dan Vigge keluar dari Gedung A dan bergegas menuju mobil listrik kuning satu-satunya yang terparkir elegan di parkiran.

"Viktor, makananku saja belum habis, lho." Terlihat dari wujud kucingnya Vigge cemberut.

"Aku tidak peduli, lambat."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top