Chapter 2: Sir Feliks

Pandangan mengedar kasar dengan napas yang terengah-engah, Viktor berdiri di balik pintu yang beberapa detik lalu ia banting. Vigge melompat dari gendongan Viktor ke sofa dan menatap datar seorang lelaki dengan kain yang hampir melorot.

Tidak menunggu waktu lama, Viktor langsung mengunci pintu dan berjalan mondar-mandir di hadapan Vigge.

"Selamat, Viktor. Kini kau tidak perlu tersenyum dan menyapa babushka itu lagi setiap pagi," seru Vigge sambil menggaruk telinganya sesekali.

"Kau gila? Dia terlindas mobil!" Raut wajah Viktor menunjukkan kekhawatiran yang begitu tinggi.

Vigge mengeluarkan cakarnya dan menggeram. "Yang lebih gila siapa? Kau melihat kejadian itu bukannya menolong malah lari kembali ke rumah."

"Dia ... sudah tidak bisa ditolong, Vigge. Kau tidak melihatnya?" Terlihat keringat mulai mengucur di pelipis matanya.

Viktor langsung merogoh tas kantornya dan mengambil kain buatannya yang lain. Kain itu dikhususkan untuk mengelap keringat Viktor yang mengandung racun setara dengan bisa seratus ekor ular kobra.

"Kau menjadi saksi satu-satunya untuk babushka itu, Viktor. Kenapa kau kabur?" Perdebatan antara Vigge dan Viktor tidak berhenti semudah itu saja.

Alasan Viktor berlari kembali ke dalam rumah setelah melihat babushka terlindas mobil sampah super bersar itu sudah jelas karena ia tidak ingin terlibat dengan masalah seperti ini. Ia tidak mau menjadi saksi, menurutnya itu akan membuat dirinya banyak bicara di kantor polisi atau persidangan. Intinya, Viktor tidak ingin terseret ke peristiwa ramai yang bisa menguras energinya secara sia-sia.

Di tengah perdebatan yang tak kunjung usai, terdengar ada yang mengetuk pintu rumah Viktor. Keduanya langsung mematung sampai ketukan pintu itu kembali terdengar dengan seruan nama Viktor dari luar.

Viktor menghela napas panjang dan memelotot ke arah Vigge sebelum akhirnya membukakan pintu dengan senyuman yang ia buat secara mendadak.

"Oh, Sir Feliks!" Viktor ternyata mengenali seorang investigator tegap yang berdiri tepat di hadapan dirinya ini.

Sir Feliks adalah senior Viktor ketika masih menempuh pendidikan tinggi. Meski tingkatan mereka terpaut dua tahun, keduanya cukup dekat. Sir Feliks adalah orang yang menyarankan Viktor untuk membuat kain satu meter guna menutupi area intimnya.

"Viktor! Lama tidak berjumpa, Drug!" Sir Feliks memberikan salam peluk seraya menepuk dua kali punggung Viktor. (Drug dalam bahasa Russia berarti teman).

"Bagaimana kabarmu, Sir? Kau terlihat lebih keren sekarang." Kalimat basa-basi dilontarkannya untuk mengulur waktu agar Viktor bisa tenang ketika ditanyai persoalan terkait peristiwa naas yang menimpa babushka itu.

"Tentu kabar baik. Lihat, apakah kau atlet sekarang? Haha, tidak terlihat seperti ilmuwan jika melihat tubuhmu yang sangat atletis." Sir Feliks memang orang yang suka memuji Viktor sejak dulu. Ia mengetahui jika Viktor tidak pernah mendapatkan perlakuan baik sejak dulu, jadi sebuah pujian berlandaskan fakta selalu ia lontarkan untuk temannya ini.

Viktor hanya membalas dengan senyuman.

"Oh, ya. Aku di sini sedang menginvestigasi sebuah kasus tabrak lari ... lihat." Sir Feliks menggeser tubuhnya untuk menunjukkan pada Viktor sebuah tempat kejadian perkara. "Terjadi tepat di depan rumahmu, jadi ya aku harus bertanya padamu. Aku tahu kau tidak suka banyak berbicara, tetapi—."

"Masuklah." Viktor membukakan pintu rumahnya dengan lebar untuk mempersilakan Sir Feliks masuk. "Aku sebenarnya tahu sesuatu tentang itu."

"Sungguh?" Sir Feliks mengernyitkan dahinya seraya berjalan perlahan masuk.

Viktor dan Sir Feliks duduk di sofa dan mulai berbincang.

"Hih, dasar aneh. Tadi kau bilang tidak ingin terlibat, bodoh." Viktor mendengar ocehan Vigge yang duduk di sampingnya.

Bahasa manusia Vigge memang hanya bisa didengar oleh Viktor saja. Namun, ketika ia mengoceh seseorang yang lain akan menganggapnya kucing gemas yang rewel suka bicara.

"Boleh aku menggendong kucingmu, Drug?" Sir Feliks juga menyukai kucing, terutama siberian cat.

Dengan senang hati Viktor memberikan Vigge untuk digendong oleh Sir Feliks.

"Jadi, bagaimana?" tanya Sir Feliks kemudian.

"Begini, sebenarnya tadi aku sempat keluar rumah dan bersiap untuk berangkat kerja. Aku keluar lebih cepat karena hari ini jadwalku sangat padat. Seperti biasa aku harus berjalan kaki terlebih dahulu untuk sampai ke rumah mobilku." Viktor menjelaskan kejadian yang menimpa babushka dalam sudut pandang dirinya secara detail.

"Hmmm, begitu ... kau ingat nomor mobil sampah itu? Atau ciri-ciri dari seseorang yang mengemudikannya?" Tangan Sir Feliks mengelus-elus kepala Vigge.

Viktor melihat Vigge diperlakukan seperti itu oleh orang lain merasa ingin tertawa. Ia bisa melihat raut muka Vigge yang masam.

"Plat nomor dengan kode registrasi 969, nomor seri O MC, dan kode wilayah 77 Ruzia." Viktor hapal dengan rinci seluruh bagian dari mobil yang menambrak babushka tadi.

Kemampuan hyperthymesia Viktor adalah salah satu kemampuan bawaannya sejak ia lahir yang sangat ia banggakan. Ia mampu mengingat semua kejadian dengan rinci tanpa ada yang dilebihi ataupun dikurangi.

"Kemudian?" tanya Sir Feliks seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Kau ingat? Kupluk warna cokelat pemberian darimu sebagai hadiah natal? Nah, dia mengenakan model yang sama, usianya terlihat sekitar lima puluh tahunan, memiliki janggut yang baru dicukur." Bola mata Viktor bergulir ke arah kanan atas menandakan dirinya sedang memvisualisasikan hal yang ia ingat. "Hanya itu."

"Baiklah, informasi darimu sangat berguna, Drug." Sir Feliks mengembalikan Vigge kepada Viktor.

"Hey, itu kan mobil sampah besar, kenapa kalian tidak bisa menemukannya di jalan? Pasti belum jauh, kan?" Setelah dirinya menjelaskan panjang lebar terkait ciri-ciri, Viktor baru menyadari fakta bahwa mobil yang menabrak babushka tadi melaju layaknya siput raksasa.

"Sebenarnya kami sudah menangkap pelakunya, dan, yah ... kebetulan kejadiannya dekat dengan rumahmu, jadi aku mampir saja. Bisa dibilang aku merindukanmu, Drug." Sir Feliks melihat raut muka Viktor yang kesal malah tertawa.

"Sungguh, tapi ingatanmu makin luar biasa, aku salut padamu," lanjutnya

"Jika kau bukan orang yang baik padaku, vas bunga dan kucing ini sudah aku lemparkan ke mukamu saat ini juga, Sir." Viktor mengerutkan wajahnya yang tampan itu.

"Lagipula kau tidak akan tega melakukan itu padaku."

Kejahilan Sir Feliks masih belum berkurang sejak duduk di bangku perkuliahan dulu. Jelas hanya Viktorlah yang menjadi objek jahil dari lelaki itu.

Sir Feliks cukup lama berada di rumah Viktor. Mereka berdua mengobrol sampai akhirnya tidak terasa langit sudah berubah cerah di luar. Volume salju yang turun masih tidak konsisten.

Lelaki investigator tersebut berpamitan pada Viktor setelah handy talky di saku celananya berbunyi heboh memanggil nama Sir Feliks. Viktor mengantarkan Sir Feliks sampai pintu rumah.

Setelah Sir Feliks pulang, tersisa dirinya dengan Vigge di ruang tengah. Viktor sudah tersenyum lebar menahan tawa melihat Vigge yang cemberut. Ia berjalan ke arah dapur untuk menyimpan gelas yang tadi sempat disuguhkan pada Sir Feliks.

"Ayo, kita sudah terlambat beberapa jam," ujar Viktor saat kembali ke ruang tengah.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat Vigge sudah berubah menjadi wujud manusia. Alih-alih marah, Viktor malah tertawa melihat Vigge—dalam wujud yang sama persis dengan dirinya, hanya saja tanpa sehelai benang pun—berdiri dan siap mengejar Viktor.

"Bisa-bisanya kau biarkan orang lain menggendongku!" Tanpa basa-basi Vigge langsung berlari ke arah Viktor sambil menggeram.

Keduanya berlarian ke sana ke mari di dalam rumah. Tingkah laku persis seperti anak kembar yang sedang bertengkar. Sesekali Vigge menubruk Viktor dan menggelitik, begitu juga sebaliknya.

Puncaknya adalah saat kedua lelaki wujud serupa itu main tarik-tarikan kain satu meter milik Viktor yang berujung robek.

"Sial, Vigge!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top