˗ˏˋ ⸙: ❛ 4, kehadiran anitya

Gulana menyelimuti raganya. Jatuh dalam jurang kepedihan. Dibalut oleh perban ketiadaan asa. Bersamaan dengan dentang bel yang menandakan waktunya telah usai.

Namun, nabastala berbeda hari ini. Tidak memihaknya. Tidak pernah, sekali pun.

Gegana pethak telah pergi. Membiarkan sang ina menyapa hari. Meski diri masih ingin berbaring tidur, dalam pelukan sang malam. Di balik indurasmi tanpa nama.

Diri tak sanggup berkata. Raga hanya mematung dalam diam. Meski sang sukma belum meninggalkan daksanya, raganya.

Tatapannya hanya tergagah ke arah dua insan di depan sana. Berdiri saling berhadapan. Dalam renungan di bawah keayuan sang indurasmi malam.

Si teruna yang ia kenal merupakan salah satunya. Tangan yang biasa menyentuh epidermisnya kini sudah tak lagi melakukan hal itu. Labium yang biasa cumbana keningnya, kini saling berpagut dengan benda serupa milik sang kirana.

Sesak, pedih. Menyaksikan hal di depan netranya. Memang sudah tak ada lagi hubungan di antara dirinya dan sang jejaka. Hanya menyisakan pedih serta menggali luka yang lama.

Meski, meski saat ini dirinya sudah tak bersama dengan lelaki itu, ia tetap akan mencintainya. Tentu, hingga dunia ini berakhir.

Atau setidaknya itulah yang sang puan harapkan.

***

Lengkara kian membesar. Bahkan sang teruna mulai melupakan jejak-jejak si puan. Aksa merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi mereka saat ini.

Sudah beberapa hari Vanitas tidak melihat gadis itu di manapun. Bahkan di kampus mereka pun ia tak berada di sana. Rasanya, sang puan benar-benar telah pergi dari dunia ini.

Namun, Vanitas tidak peduli.

Yang lelaki itu pedulikan saat ini hanyalah fakta bahwa ia tengah mengejar sang pujaan hati, Jeanne. Seorang mahasiswi baru di kampusnya. Jeanne benar-benar berbeda dengan gadis dari masa lalunya itu. Mulai dari kepribadiannya hingga tingkah lakunya.

Tunggu. Sejak tadi, dirinya membandingkan Jeanne dengan siapa?

***

Dingin menyelimuti raga. Menusuk dalam diam meski si pemilik tubuh hanya tergugu di sana. Berbaring di atas tumpukan salju yang tak terlalu tebal.

Menjalar pada punggungnya, hingga ke seluruh tubuhnya. Netranya terpejam. Menyembunyikan diri dari estetika sang buana raya.

Dersik sarayu memberikan ketenangan bagi dirinya. Menghanyutkan diri dalam kedamaian tiada tara. Membuatnya lupa akan sang teruna. Beserta dengan presensi sang kirana di sana.

Karsa untuk mengagah ke arah sang nabastala telah pudar. Menyisakan diri yang larut dalam jurang keheningan. Pun demikian, daksanya sudah tak lagi merasakan dingin pada punggungnya.

"Aku sudah bahagia, Vanitas-kun."

***

Sejak tadi, relung hatinya terasa nyeri. Perih, hingga tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Dilirik netranya ke sisi diri. Mendapati sang kirana tengah menatapnya balik. Bertanya-tanya dalam benak mengenai apa yang sedang terjadi.

"Ada apa, Vanitas?"

Dengan cepat, sang jejaka menyahut, "Tidak. Bukan apa-apa."

Lantas diri pun melamun. Larut dalam buananya sendiri. Acuh akan tindakan si puan yang tengah berusaha menarik perhatiannya.

Namun, hanya sunyi yang ia dapatkan. Karena nyatanya, si teruna melangkah pergi usai mengatakan rentetan kata padanya.

"Kau pulanglah sendiri untuk saat ini. Aku sedang ingin seorang diri."

Aksa. Itulah kata yang merasuki pikiran sang kirana berasma Jeanne itu.

***

Ada sesuatu yang hilang.

Vanitas sadar akan hal itu. Namun, malang baginya karena nyatanya diri tak tahu apa sesuatu yang dimaksud.

Surai hitam legamnya diacak-acak sedemikian rupa. Sebagai pelampiasan akan diri yang tidak tahu-menahu atas apa yang terjadi saat ini. Raganya seolah-olah menolak untuk berpikir. Sekaligus mengabaikan fakta bahwa ada sesuatu yang lenyap dari dalam dirinya.

Deg!

Jantungnya seketika terasa seperti ditusuk oleh ribuan stalagmit serta stalaktit. Entah apa yang terjadi, tangannya hanya mampu menopang tubuhnya sendiri. Sedang kalbu terasa redum. Lara telah meliputinya diam-diam.

Hingga tanpa kesadaran utuh dari sang daksa, air mata jauh lebih jujur daripada sukmanya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top