❝Special Chapter - Tahun yang Penuh Kenangan❞
Hari ini adalah hari terakhir di tahun ini.
Itulah hal yang ada di pikiran (Y/n) saat ia bangun tidur tadi pagi. Ia sudah tidak sabar untuk menantikan malam tahun baru ini. Tetapi, ia tetap harus menunggu hingga malam tiba.
(Y/n) menguap lebar dengan tangan yang menutupinya. Matanya pun menjadi berair. Sambil menutup buku jurnalnya, (Y/n) menatap pada sekelilingnya. Ia lupa jika selama ini ia belum membersihkan rumahnya lagi.
Seraya menunggu malam hari tiba dalam waktu beberapa jam lagi, (Y/n) pun memutuskan untuk membersihkan rumahnya dari debu dan kotoran yang menempel. Selama ini, (Y/n) hanya sering menyapu halaman depan rumahnya dan seketika ia melupakan bagian dalam rumahnya.
Ia mengambil kemoceng dan sapu untuk membersihkan rumahnya hingga ke setiap sudutnya. Hingga ketika seekor serangga yang paling dibencinya tiba-tiba menampakan dirinya di depan wajahnya.
Kecoa.
(Y/n) dengan refleks memukulnya dengan sapu di tangannya. Berharap agar serangga paling menjijikkan namun memiliki sembilan molekul antibiotik di otaknya itu bisa segera mati dan pergi menuju alam baka. Itu tujuannya. Namun, terkadang sebuah tujuan tidak bisa tercapai dengan mulus.
Karena kecoa itu tiba-tiba terbang dan mendekat ke arah (Y/n).
(Y/n) sontak menjerit ketika melihat serangga itu terbang dengan santuynya mendekat pada dirinya. Ia berusaha memukul kecoa itu dengan kemoceng di tangannya. Namun, bukannya menjauh seperti yang diharapkannya, justru kecoa itu terbang semakin dekat.
Rasa putus asa sudah menyelimuti (Y/n). Keinginan untuk membersihkan rumahnya seketika menghilang. Namun, ketika di saat ia sudah pasrah dengan kecoa santuy itu, tiba-tiba saja tubuh kecoa itu jatuh ke atas lantai kayu rumah (Y/n) sebelum tubuh kecoa itu terbagi menjadi dua.
(Y/n) hanya bisa menatap dengan tatapan berterima kasih pada sosok anak lelaki yang selalu menatap datar itu. Tokito Muichirou.
"Terima kasih, Mui-chan! Kau menyelamatkan hidupku!" (Y/n) berseru terlalu bersemangat.
"Kau takut pada kecoa tetapi tidak takut pada Iblis? Sungguh aneh," komentarnya datar.
"M-Masalahnya kecoa itu terbang, Mui-chan! Apa kau tidak merasa takut dan jijik ketika serangga berkaki enam itu terbang ke arahmu?" (Y/n) frustasi. Ya, ia selalu merasa seperti itu ketika melihat kecoa terbang. Tetapi, meskipun tidak terbang, ia tetap saja merasa demikian.
Muichirou hanya menghela napas mendengar perkataan gadis di hadapannya itu. Tanpa berpikir dua kali, ia segera mengangkat mayat kecoa yang terbelah dua karena nichirin-nya itu lalu melemparnya ke luar rumah (Y/n). Melihat apa yang Muichirou lakukan, (Y/n) hanya bisa bergidik ngeri. Menatapnya saja ia merasa takut dan jijik apalagi jika memegangnya? Tidak terbayangkan.
Setelah mayat kecoa santuy nan meresahkan itu dibuang oleh Muichirou, (Y/n) melanjutkan membersihkan rumahnya lagi. Kini setiap ia membersihkan sudut rumahnya, (Y/n) akan memperhatikannya terlebih dahulu. Memastikan jika tak ada serangga apapun yang akan muncul.
Muichirou memperhatikan gerak-gerik (Y/n) yang menurutnya menarik itu. Tidak disadarinya, sebuah senyum tipis dibentuk oleh bibirnya. Namun, ia segera mengubahnya kembali normal ketika tiba-tiba gadis itu berbalik dan menatapnya.
"Oh ya, untuk apa kau mengunjungiku, Mui-chan? Tumben sekali," ujar (Y/n) menyadari Muichirou yang tiba-tiba ada di rumahnya dan menyelamatkannya dari kecoa terbang santuy itu.
"Aku ingin membuat ini denganmu."
Dari balik haori yang dikenakannya, Muichirou mengeluarkan lembaran-lembaran kertas berwarna-warni. Melihat apa yang Muichirou tunjukan padanya, (Y/n) langsung mengerti.
"Kau ingin membuat origami?" tebak (Y/n).
Muichirou mengangguk. Ia menaruh tumpukan kertas dengan motif bervariasi itu ke atas meja kayu di dekatnya. Lalu, ia pun duduk.
Karena Muichirou sudah ingin membuat origami itu, maka (Y/n) pun meletakkan kemoceng dan sapu ke tempatnya semula sebelum ia duduk tepat di hadapan Muichirou.
Setelah ia duduk dengan posisi yang nyaman, tangan (Y/n) pun bergerak mengambil selembar kertas. Ia mulai melipatnya menjadi bentuk yang ia inginkan. Muichirou pun mengikuti jejaknya.
Mereka berdua melipat kertas dalam diam. Membiarkan keheningan mengambil alih seketika. (Y/n) meregangkan ototnya usai melipat kertas-kertas itu menjadi berbagai macam bentuk.
Muichirou melihat apa yang telah (Y/n) buat dari kertas yang ia bawa itu. Ia mengambil salah satunya yang membuatnya penasaran.
"Ini apa?"
(Y/n) menatap kertas yang sudah dilipat olehnya di tangan Muichirou.
"Itu bunga lily," jawab (Y/n) sambil tersenyum.
"Bunga lily?" Muichirou memiringkan kepalanya.
"Iya, bunga lily. Seperti bunga yang ada di halaman belakang rumahku," jelas (Y/n).
Muichirou tampak kebingungan. Apakah anak berumur 14 tahun itu belum pernah melihat bunga lily? Tetapi, bunga lily tidak selangka itu, bukan?
Melihat kebingungan menyelimuti Muichirou, (Y/n) menarik pelan tangan anak lelaki itu menuju halaman belakang rumahnya. Muichirou yang terkejut karena tiba-tiba ditarik hanya bisa mengikuti langkah gadis itu ke manapun ia pergi.
Sesampainya di halaman belakang rumahnya, (Y/n) memetik setangkai bunga lily putih itu. Ia pun menunjukannya pada Muichirou.
"Lihatlah. Mirip, bukan?"
Muichirou memperhatikan bunga lily di tangan (Y/n). Setelah beberapa saat memperhatikannya, Muichirou mengangguk setuju.
"Mirip dengan origami buatanmu ini." Ia mengangkat tangannya yang sedari tadi menggenggam origami buatan (Y/n) itu.
(Y/n) tersenyum. Tangannya menepuk-nepuk lembut kepala Muichirou yang bersurai hitam dan mint itu. Muichirou merasakan kehangatan di atas kepalanya. Ia sudah lupa bagaimana rasa hangat itu sebelum ia bertemu dengan (Y/n). Keberadaan gadis itu tiba-tiba mengubah keadaan di sekelilingnya. Kehangatan, senyuman, tawa. Semuanya.
"Sebaiknya kita kembali ke dalam. Di luar sangat dingin," ucap (Y/n) menggigil.
Muichirou mengangguk setuju. Mereka pun kembali ke dalam rumah (Y/n) yang hangat.
***
Hari sudah berubah gelap. Bulan dan bintang-bintang mulai menghiasi langit malam. Menambah keindahan di malam tahun baru ini.
Mitsuri terlihat sibuk mendadani (Y/n). Ia berusaha membuat gadis itu terlihat lebih cantik dari biasanya meskipun (Y/n) sudah menolak berkali-kali. Shinobu bahkan mengikuti jejak Mitsuri. Habislah diri (Y/n) dirias oleh mereka berdua.
"Kau harus mengurai rambutmu, (Y/n)-chan!" seru Mitsuri.
(Y/n) menggeleng kuat. "Aku tidak mau, Mitsuri-san. Seperti ini saja juga sudah bagus!" tolaknya.
Mitsuri nampak sedih. Harapannya untuk melihat surai (h/c) milik (Y/n) itu pupus seketika.
"Gomen, Mitsuri-san. Aku hanya merasa tidak nyaman jika rambutku kuurai. Tapi, aku belum pernah memakai hiasan rambut yang kau belikan waktu itu. Bagaimana jika aku memakainya sekarang?" (Y/n) berusaha membujuk Mitsuri.
Wajah Mitsuri nampak lebih sumringah. Ia langsung setuju dengan perkataan (Y/n). Ya, hiasan rambut yang ia berikan pada (Y/n) ketika gadis itu terluka setelah menjalankan misi dengan Muichirou waktu itu. (Chapter 13)
Dengan semangat, Mitsuri memasangkan hiasan rambut itu. (Y/n) pun hanya bisa pasrah saja padanya. Tetapi, seperti ini lebih baik daripada ia harus membiarkan rambutnya tergerai.
Selesai.
Setelah beberapa puluh menit, akhirnya Mitsuri dan Shinobu selesai mengubah penampilan (Y/n) menjadi lebih mempesona. Pada dasarnya, (Y/n) memang sudah cantik. Ketika mereka mengubah penampilan gadis itu, pesona kecantikannya semakin memancar dan membuat siapapun melirik gadis itu dua kali.
Dengan kimono berwarna merah muda milik Mitsuri dan rambut yang disanggul dengan hiasan rambut berbentuk bunga sakura itu, (Y/n) terlihat berbeda. Bahkan Mitsuri menangis bahagia melihat penampilan (Y/n) yang merupakan hasil karyanya dengan Shinobu. Sementara itu, Shinobu hanya tersenyum dengan senyuman khasnya.
(Y/n), Shinobu, dan Mitsuri berkumpul bersama Hashira yang lain. Para Hashira lain yang melihat penampilan (Y/n) berubah drastis hanya bisa menganga. Termasuk Giyuu dan Muichirou yang memiliki wajah datar serta Uzui yang sudah memiliki tiga istri. Tetapi, tetap saja Obanai dan Himejima tidak tergoyahkan. Obanai lebih tertarik melihat penampilan pujaan hatinya, Mitsuri. Sementara itu, Himejima hanya terdiam dengan air mata di wajahnya. Entah apa arti air matanya itu.
"Mengapa kalian melihatku seperti itu?" (Y/n) menatap mereka heran.
"Kau cantik, (F/n)-san," puji Kyoujurou to the point.
Mendengar pujian dari Hashira Api itu, (Y/n) hanya bisa tersenyum kikuk. Ia tidak tahu harus merespon apa.
"Terima kasih, Rengoku-san."
(Y/n) memutuskan untuk berdiri di sisi tebing itu. Menatap ke arah langit malam bertaburan bintang. Tampak indah, memamerkan keestikaannya di atas sana.
"Apa yang sedang kau pikirkan, (F/n)?" tanya pemilik suara bariton namun datar itu.
Sontak (Y/n) pun menoleh untuk melihat siapa yang bertanya. "Tidak ada yang kupikirkan, Tomioka-san. Hanya sedang ingin menatap langit saja," jawabnya.
Giyuu pun terdiam dan ikut menatap ke arah yang sama dengan (Y/n). Mereka berdiri dalam keheningan sambil menatap langit malam yang sebentar lagi akan dihiasi oleh kembang api.
"Untuk apa kalian menatap langit seperti itu?"
Ucapan seseorang itu mengejutkan (Y/n) dan Giyuu. Mereka pun menoleh ke belakang dan mendapati Muichirou dengan wajah datarnya.
"Jika aku menyuruhmu untuk menatap langit, apa kau mau melakukannya, Mui-chan?" tanya (Y/n) penasaran.
"Mungkin tidak."
"Bahkan jika bersamaku kau tetap tidak mau melakukannya?" tanya (Y/n) lagi.
Muichirou diam sejenak lalu menjawab, "Aku akan memikirkannya dua kali."
"Ah, begitu ya."
Giyuu tidak berkomentar apa-apa tentang apa yang dibicarakan oleh dua orang di depannya ini. Ia hanya diam saja.
Suara letusan kembang api mengalihkan perhatian mereka. Kembang api itu menghiasi langit malam dengan cahaya dan bentuknya yang indah. Mereka menatap takjub pada puluhan kembang api yang terlihat indah di langit malam.
Lalu, mereka pun berkata, "SELAMAT TAHUN BARU!"
Sudah tepat setahun mereka bersama. Kenangan suka dan duka telah banyak mereka lewati. Saat ini adalah saat pertama kali mereka merayakan tahun baru bersama. Kenangan-kenangan yang lalu telah mereka simpan di dalam hati mereka. Tersimpan rapi di suatu tempat di sana.
Dan, kini mereka telah melewatinya. Tahun yang penuh kenangan.
***
First published :: December 31st, 2020
Revised :: September 9th, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top