Chapter 7 - Captured
Seusai misi pertamanya beberapa minggu yang lalu, sebisa mungkin (Y/n) selalu menghindari para Hashira. Sekalipun itulah keinginan (Y/n), nyatanya tidak berjalan semulus yang ia harapkan. Kerap beberapa kali dirinya pernah dititahkan untuk mengerjakan misi didampingi oleh seorang Hashira. Namun, karena (Y/n) memang menghindari mereka, alhasil gadis itu langsung membunuh si iblis yang dimaksud sebelum sang Hashira datang.
Benaknya pun kini digandrungi oleh berbagai pertanyaan. Jika seorang Hashira dititahkan untuk menemaninya, itu berarti misi tersebut sungguh sulit, bukan? Namun, mengapa (Y/n) bisa mengalahkan iblis dengan mudah?
Masih sambil dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab itu, (Y/n) pun kembali menyanggul rambutnya. Di saat yang sama, seekor burung gagak muncul di halamannya sebelah kamarnya.
"Kwak! Kwak! Misi selanjutnya! Di desa barat laut! Kwak! Ada rumor tentang iblis di sana! Kwak! Kwak!"
Kedatangan burung gagaknya secara tiba-tiba sudah tidak mengejutkan (Y/n) lagi. Dengan segera, gadis itu langsung mengenakan seragam pemburu iblis dan haori-nya. Tak lupa dengan nichirin-nya.
Lagi-lagi, ada misi yang harus ia kerjakan di saat ia tengah menikmati waktu luangnya. Namun, memang itulah risiko menjadi seorang pemburu iblis. (Y/n) pun sudah tahu tentang itu.
Kala gadis itu mencari keberadaan Asano, rupanya lelaki itu sedang tidak ada di rumah saat ini. Hal itu diketahui olehnya usai (Y/n) mencarinya di seluruh penjuru rumah. Maka, (Y/n) pun memutuskan berangkat setelah meninggalkan memo di meja kamarnya.
***
Selama berkeliling di desa ini, (Y/n) tidak mendengar seorang pun membicarakan tentang orang yang menghilang atau semacamnya. Hal itu membuat dirinya berasumsi jika tidak ada tanda-tanda iblis di desa tersebut. Apakah iblis ini terlampau pandai bersembunyi hingga (Y/n) serta para penduduk tidak bisa menemukan keberadaannya? Atau memang benar hanya sebuah rumor belaka?
Semakin dipikirkan, hal ini semakin terasa janggal. (Y/n) pun memutuskan untuk berkeliling di desa itu sekali lagi.
Kejanggalan itu semakin menjadi ketika (Y/n) melihat seorang gadis di sebuah pertokoan. Gadis itu mengenakan sebuah hiasan kepala berbentuk kupu-kupu. Awalnya (Y/n) merasa ragu jika gadis itu adalah salah satu tokoh di dalam anime Kimetsu no Yaiba. Namun, keraguannya itu pudar seiring tatapannya tertuju ke arah haori yang dikenakan olehnya.
"Kami menemukannya!" seru seseorang.
Seruan itu mengejutkan (Y/n) seketika. Ia merasa jika dirinya tengah dikepung oleh orang-orang yang tak ia kenal. Atau setidaknya pemikiran itu muncul karena (Y/n) belum melihat wajah mereka.
Kini ada dua orang muncul di hadapannya. Melihat wujud mereka yang sudah (Y/n) kenali membuat dirinya merasa terkejut. Salah satunya memiliki luka-luka di wajahnya. Sementara yang lainnya memakai perban dengan sepasang netra heterokrom tengah menatap dirinya.
Ancang-ancang untuk lari dari sana sudah (Y/n) lakukan. Ia membalikkan tubuhnya dan berniat untuk lari. Namun, niat itu terpaksa digagalkan karena seorang lelaki bersurai hitam dengan wajah datarnya berdiri tepat di belakang gadis itu.
"Ara ara~ Apa kau berniat untuk lari, (Y/n)-chan?" Gadis yang berada di pertokoan tadi berbalik dan mendekat ke arahnya. Dugaan (Y/n) benar. Gadis yang sebelumnya ia lihat ternyata memang benar-benar Kochou Shinobu.
Helaan napas terdengar dari arah (Y/n). Rupanya misi ini merupakan sebuah jebakan belaka. Jebakan untuk menangkap dirinya dengan mudah. Tentu saja dengan mudah. Jumlah mereka terlampau lebih banyak daripada (Y/n) yang seorang diri
Sepertinya permainan petak umpet ini telah usai, tepat saat ini juga.
(Y/n) melemparkan senyumnya ke arah Shinobu. "Ah, Kochou-san. Apa yang bisa kubantu?" tanyanya basa-basi.
"Oyakata-sama meminta kami untuk mengantarmu padanya. Ikutlah dengan kami, kau akan tahu nanti," jawab Shinobu sambil membalas senyum (Y/n). Toh ia sendiri dan para Hashira yang lain memang tidak mengetahui apa tujuan Kagaya menitahkan mereka untuk menemukan (Y/n).
"Baiklah..." jawab gadis itu pasrah. Setelah dikepung seperti ini, memangnya ia bisa kabur?
***
Rasa pening pada kepalanya membuat (Y/n) berjalan secara terhuyung-huyung. Seharusnya (Y/n) bersyukur karena dampak yang ia terima masih berupa pening di kepalanya. Meskipun demikian, gadis itu sempat tertinggal beberapa meter di belakang para Hashira. Beruntung karena Shinobu menyadari dirinya tertinggal sehingga (Y/n) tidak akan tersesat.
Setelah melalui perjalanan yang menyusahkan bagi (Y/n) itu, akhirnya mereka pun tiba di kediaman Kagaya. Berkumpullah mereka di halaman yang kini disiram oleh sinar matahari petang.
"Ah, jadi kau yang bernama (F/n) (Y/n)? Kau terlihat sangat elok!" seru Uzui tepat ketika (Y/n) menginjakkan kakinya di sana.
Tidak ada jawaban dari (Y/n). Ia pun hanya melemparkan sebuah senyum samar ke arah lelaki itu. Tentu saja hal itu ia lakukan untuk mencegah Uzui berkata lebih banyak. Sekaligus dikarenakan kepalanya yang masih terasa pening.
"Oyakata-sama telah tiba."
Ucapan putri Kagaya membuat para Hashira membungkuk hormat. Secara refleks, (Y/n) pun ikut membungkuk. Setidaknya demi tata krama.
"Senang bisa melihat kalian semua. Apakah langitnya berwarna biru?" sapa Kagaya seperti biasa. Selalu menanyakan tentang warna langit hari ini.
"Kami sudah mengantarkan (F/n) (Y/n) ke sini sesuai perintah dari Anda, Oyakata-sama," ucap Shinobu membuka pembicaraan.
"Terima kasih atas kerja sama kalian semua. Ada beberapa hal yang ingin kukatakan saat ini."
Perkataan Kagaya membuat semua orang merasa sulit untuk menelan saliva mereka. Telinga pun dipasang baik-baik, untuk mendengarkan perkataan Kagaya. Sementara itu, (Y/n) hanya berusaha mati-matian menahan rasa pening yang semakin menjadi di kepalanya.
"(Y/n), aku sudah lama ingin bertemu denganmu. Kau adalah pemburu iblis yang paling berbakat di Ujian Akhir tahun lalu. Saat itu, kau berhasil membunuh iblis sebanyak enam puluh dua," terang Kagaya.
Tidak hanya para Hashira saja yang terkejut. Gadis yang tengah dibicarakan oleh Kagaya pun memberikan reaksi yang sama. (Y/n) tidak menyangka jika ia membunuh iblis sebanyak itu. Mengapa dirinya sangat overpowered di dunia ini hingga membuatnya menjadi pusat perhatian? Jujur saja, ia benci menjadi pusat perhatian.
"Sepertinya Anda terlalu melebih-lebihkannya, Oyakata-sama. Saya hanya melakukan yang terbaik di Ujian Akhir saat itu," balas (Y/n) pelan. Dikarenakan ia tengah menahan rasa pening di kepalanya.
"Lalu, apa yang akan kau katakan mengenai teknik pernapasan bintangmu itu? Kudengar, kau menciptakannya seorang diri hanya dalam kurun waktu dua tahun," ujar Kagaya lagi.
Sekali lagi, keterkejutan menyelimuti para Hashira. Mereka melirik ke arah (Y/n) sejenak. Tidak menyangka jika gadis dengan tubuh mungil seperti (Y/n) bisa menciptakan teknik pernapasannya sendiri. Tentunya, hal itu bisa terjadi karena kekuatan yang diberikan oleh Asano dan juga kerja keras gadis itu sendiri.
"Apakah gadis ini benar-benar menciptakannya sendiri? Saya tidak dapat mempercayainya," protes Sanemi dengan tatapan sangsi.
"Itu benar, Sanemi," sahut Kagaya.
Hening kembali menyapa. Perkataan Kagaya tadi terasa seperti hujan salju di saat musim panas. Sungguh membuat mereka terkejut secara bertubi-tubi.
"Aku akan mengatakan hal ini." Kagaya terdiam sejenak. Ia menatap ke arah (Y/n). Meskipun matanya buta, setidaknya ia bisa tahu di mana gadis itu berada.
Di kala Kagaya usai mengatakan apa yang hendak ia katakan, seketika keadaan berubah menjadi tegang. Reaksi yang para Hashira berikan tentunya berbeda-beda. Namun, persamaannya ialah mereka sama-sama menunggu jawaban dari (Y/n).
"(Y/n), apakah kau mau menyandang gelar Hashira?"
Tersentak karena pertanyaan yang lebih terdengar seperti titah itu, (Y/n) pun menunduk. Ia menatap tanah yang diinjaknya. Menghindari tatapan para Hashira yang menatap ke arahnya serta pandangan Kagaya.
Banyak hal yang harus ia pikirkan jika dirinya menjadi seorang Hashira. Namun, tidak ada yang lebih fatal daripada frekuensi dirinya bertemu dengan para Hashira yang lain menjadi lebih sering.
Setelah cukup lama terdiam, (Y/n) pun angkat bicara, "Itu suatu kehormatan bagi saya, Oyakata-sama. Tetapi, saya akan memikirkannya terlebih dahulu agar tidak ada penyesalan di kemudian hari."
Jawaban yang (Y/n) berikan tentu diterima oleh Kagaya. "Baiklah. Aku tidak merasa keberatan jika kau ingin memikirkannya terlebih dahulu, (Y/n)," balasnya disertai dengan senyuman ramah.
"Terima kasih, Oyakata-sama. Saya akan memikirkannya dengan baik-baik," sahut (Y/n) sopan.
Meskipun jawaban yang (Y/n) berikan tidak cukup memuaskan bagi Kagaya, setidaknya ia masih memiliki harapan. Ya, ia berharap demikian.
"Kau boleh pergi sekarang jika kau ingin, (Y/n)."
Akhirnya kalimat yang ditunggu-tunggu oleh (Y/n) diucapkan oleh Kagaya. Ia sudah tidak kuat menahan rasa pening di kepalanya. Sama sekali tidak dapat ia bayangkan jika dirinya tiba-tiba ambruk saat ini. Bisa saja hal tersebut mengundang sebuah kecurigaan dari para Hashira.
"Terima kasih, Oyakata-sama. Saya pamit untuk undur diri," pamit (Y/n). Ia membungkuk sopan, lalu segera pergi dari tempat itu.
Kepergian (Y/n) itu diiringi oleh tatapan Shinobu. Gadis itu merasa ada sesuatu yang tidak beres pada diri (Y/n). Ditambah fakta bahwa (Y/n) sempat beberapa kali tertinggal di dalam perjalanan ke tempat ini.
Dengan inisiatifnya, Shinobu pun berkata, "Apakah tidak apa-apa jika kita membiarkan (Y/n)-chan pulang seorang diri?"
"Apa yang membuatmu khawatir, Shinobu?" tanya Kagaya lembut.
"Wajah (Y/n)-chan terlihat pucat, Oyakata-sama. Saya khawatir ia akan pingsan di tengah perjalanan pulangnya," jawab Shinobu membuat semua orang sontak mengingat-ingat bagaimana rupa (Y/n) sebelum gadis itu pergi.
"Ia sudah bukan anak kecil lagi, Kochou," celetuk Sanemi.
"Tetapi, tetap saja..." Shinobu tetap pada pendiriannya. Ia mencoba untuk membantah.
Sebuah senyum pun terbentuk pada wajah Kagaya. Rasa khawatir yang Shinobu tunjukkan pada (Y/n) membuat Kagaya merasakan kehangatan dalam benaknya. Akhirnya, ia memperbolehkan Shinobu untuk menjenguknya setelah rapat Hashira hari ini usai.
***
First published :: September 20th, 2020
Revised :: February 8th, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top