Chapter 58 - Blood Relation

"Di mana ia?" gumam lelaki bersurai cokelat itu.

Sudah banyak pintu fusuma yang ia lewati. Namun, Kazuo masih belum bertemu dengan Muichirou. Rasa risau dan cemas mulai menyelimutinya. Ia pikir, ia bisa langsung bertemu dengan Muichirou.

Sebuah pintu fusuma terbuka lagi. Kazuo langsung melompat ke dalamnya tanpa berpikir panjang. Kegelapan menyambutnya sebelum ia mendengar suara seseorang yang sedang bertarung tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Tentai no Kokyu: Saisho no Tengoku: Aozora!" (Pernapasan Langit: Langit Pertama: Langit Biru)

Kazuo menangkis serangan Kokushibou di hadapannya. Yang sekaligus melindungi Muichirou.

"Tokito, kau baik-baik saja?"

"Ya. Arigatou," sahut Muichirou singkat. Ia masih terkejut saat melihat Kokushibou juga menggunakan teknik pernapasan meskipun ia sudah menjadi seorang Iblis.

Mereka berdua mundur. Menjaga jarak dari Kokushibou. Iblis Bulan Atas Pertama itu pun bersiap untuk menyerang dengan kekuatannya.

Namun sayang, Kazuo berhasil menghindar tetapi tidak dengan Muichirou. Hashira Kabut itu tertusuk di dadanya bagian sebelah kanan. Muichirou sendiri terkejut ketika ia ditusuk. Ia tidak bisa bergerak sebab tubuhnya yang kini tertusuk pada sebuah pilar kayu penyangga.

"Tokito!"

"Jangan pedulikan aku! Kau urus saja Iblis Bulan Atas Pertama itu!" seru Muichirou. Ia tidak peduli pada dirinya sendiri. Yang terpenting, mereka bisa menang melawan Kokushibou itu.

Kazuo mendecih kesal. Ia kesal karena dirinya tak bisa menolong Muichirou dan tetap harus fokus pada pertarungannya. Dengan terpaksa, ia menuruti perkataan lelaki itu.

"Tentai no Kokyu: Dai Ni no Tengoku: Kumo Hitotsu Nai Sora!" (Langit Kedua: Langit Tak Berawan)

Kazuo mengayunkan katana-nya secara vertikal. Membiarkan tebasannya mengenai Kokushibou yang tak sempat menghindar. Ia belum menyadari keberadaan Genya dari balik dinding kayu karena ia sedang konsentrasi pada musuh di hadapannya.

Hanya satu tujuan Kazuo; ia sedang mengulur waktu hingga (Y/n) tiba untuk melaksanakan rencana mereka.

Entah bagaimana, Genya tiba-tiba saja menembak ke arah Kokushibou. Namun, sebelum mengenai tubuhnya, ia sudah terlebih dahulu menebas tangannya. Membuat Kazuo terkejut di tempatnya.

Sebelum melukai Genya lebih parah lagi, Kazuo langsung melesat ke arah Kokushibou dan menyerangnya.

"Tentai no Kokyu: Saisho no Tengoku: Aozora!" (Langit Pertama: Langit Biru)

Serangannya itu meleset dan dapat dihindari oleh Kokushibou dengan mudahnya. Membuat Kazuo berdecih kesal.

"Apakah kemampuanmu hanya seperti itu, Matsumoto?"

Suara seseorang yang membuat Kazuo merasa jengkel tiba-tiba memasuki indra pendengarannya. Ia melirik sumber suara sebelum menyeringai.

"Tentu saja tidak. Aku hanya menahan diri," balasnya.

"Cih! Tunjukkan kekuatanmu, Bodoh! Saat kau melawanku saat itu, kau tak selemah ini!" seru Sanemi sambil melesat dan menyerang ke arah Kokushibou. Sementara itu, Genya berusaha menarik nichirin yang menancap pada tubuh Muichirou yang menggantung hanya dengan sebelah tangannya.

Kazuo terkekeh. "Jadi, kau mengakui kalau aku itu kuat, bukan?"

Pertanyaan Kazuo barusan membuat Sanemi meralat perkataannya tadi. "Tentu saja tidak! Apa kau tak mengerti, hah?!"

Kazuo hanya mengabaikannya dan menyerang lagi. Namun sayang, serangannya tadi dapat dihindari dan justru membuat dirinya terluka karena tak dapat menghindari tebasan katana Kokushibou.

"Ukh!" rintihnya di saat darah mulai mengalir dari lukanya.

"Oi, kau tak apa?!" seru Genya setelah ia berhasil mencabut katana dari tubuh Muichirou. Di saat yang sama, Muichirou pun merasa kesakitan. Namun ia menahannya, sekuat mungkin.

"Aku tidak apa-apa," jawab Kazuo sambil menekan luka di perutnya itu. Sebenarnya luka itu cukup parah. Akan tetapi, ia hanya bisa berkata bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kau yakin?"

"Ya."

Seusai itu, mereka kembali menyerang Kokushibou. Luka di perut Kazuo cukup menghambatnya. Ia tidak bisa mengayunkan nichirin-nya sekuat tenaga yang membuat serangannya menjadi lemah dan tak berarti. Ketiga temannya yang lain juga mulai kelelahan. Luka di tubuh mereka bahkan sudah tak terhitung jumlahnya.

Di saat itulah, tiba-tiba sosok yang mereka tunggu tiba. (Y/n) dengan nichirin di tangannya. Haori yang dikenakan gadis itu sudah tak berbentuk. Sobek di mana-mana. Seragam pemburu iblisnya pun sobek. Menampilkan kulitnya yang terluka di baliknya.

"Maaf, teman-teman. Aku terlambat," ujar (Y/n) saat ia sampai di sana. Ditatapnya teman-temannya itu satu per satu. Wajah mereka tampak lelah, sama seperti dirinya pun demikian.

Sontak Kazuo berlari mendekati gadis yang wajahnya sudah memucat itu. Rasa khawatir menyelinap di dalam benaknya. "(Y/n), kau baik-baik saja?! Apa yang terjadi?!" tanyanya panik dan cemas.

"Aku tidak apa-apa, Kazuo. Ada musuh di depan kita. Jangan mengabaikannya," jawab (Y/n) singkat. Ia bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Kokushibou sejak tadi.

Usai jawaban singkat dari (Y/n) itu, Kazuo hanya menghela napas. Meninggalkan sejenak rasa khawatirnya. Mereka pun kembali fokus pada Kokushibou. Ya, satu lawan lima. Rasanya tidak adil, namun itulah satu-satunya cara untuk mencapai kemenangan mutlak.

"Terima kasih sudah bertahan hingga sekarang. Kini giliranku untuk berjuang di sini," ujar (Y/n) pada mereka.

Gadis itu pun memasang kuda-kudanya. Bersiap di tempatnya sebelum melesat ke depan. Tepat ke arah Kokushibou.

Bilah katana milik (Y/n) tepat menusuk di dada bagian kiri milik Kokushibou. Tusukan itu sangat dalam. (Y/n) yakin jika ia bisa mengalahkan Iblis Bulan Atas Pertama itu.

Namun, ternyata ia salah. Ia terlalu meremehkannya. Yang seketika membuatnya teringat dengan perkataan Asano di hari itu. Ia melupakannya, melupakan pesan Asano yang begitu penting. Yakni tentang dirinya yang tak boleh meremehkan siapapun lawan di hadapannya.

Kokushibou mengayunkan katana-nya secara horizontal tepat sedetik sebelum (Y/n) bisa menghindar. Karena jarak antara dirinya dan Kokushibou sangatlah dekat, serangan Iblis itu pun bisa tepat mengenai tubuh (Y/n). Membuat luka di tubuh gadis itu menjadi semakin parah. Terlebih ia tak sempat menghindar.

"(Y/n)!" seru Kazuo.

Sanemi langsung maju ke depan dengan teknik pernapasannya. Ia berhasil melukai Kokushibou, namun tidak membuatnya melemah sedikit pun dari sebelumnya.

"Cih!" Sanemi mendecih kesal. Ia melirik ke arah (Y/n). Tubuh gadis itu bersimbah darah. Namun, ia tetap memaksa untuk berdiri. Memasang kuda-kudanya sesempurna mungkin.

"(Y/n), lukamu..." Muichirou mendekat ke arah (Y/n). Di sekitarnya terdapat banyak darah yang berceceran di atas lantai.

"Ya... aku baik-baik saja," jawab (Y/n) pelan dan memaksakan sebuah senyuman di bibirnya. Sebagai satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa dirinya memang benar-benar baik-baik saja.

Melihat bagaimana (Y/n) menderita, Muichirou menatap penuh amarah ke arah Kokushibou. Ia tidak peduli jika Iblis di hadapannya itu memiliki hubungan darah dengannya. Namun, kini ia telah menjadi Iblis dan melukai seseorang paling berharga di dalam hidupnya.

"Matsumoto, tolong obati luka (Y/n)," ujar Muichirou sesaat sebelum ia bergerak maju ke depan.

Muichirou melesat ke arah Kokushibou yang sedang bertarung dengan Sanemi. Dalam beberapa saat kemudian, Muichirou bergabung dalam pertarungan itu. Mengikuti irama pergerakan katana mereka.

"(Y/n), kau dengar aku?" Kazuo menatap cemas pada gadis yang penuh luka itu.

"Aku mendengarmu. Hei, aku tidak selemah itu, Kazuo," kata (Y/n) sambil menyeringai. Terselip nada jenaka di ucapannya.

(Y/n) membenarkan posisi kuda-kudanya. Ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Pandangannya fokus tertuju pada pertarungan yang tak jauh berada di depannya.

"Baiklah, mari kita akhiri ini, teman-teman."

Ia memejamkan matanya sejenak. Berusaha untuk berkonsentrasi meskipun sulit di saat-saat seperti ini. Lalu, ia membuka matanya dan maju ke depan.

"Hoshi no Kokyu: Ju no Kata: Seiza!" (Rasi Bintang)

Nichirin di tangan gadis itu berubah warna menjadi merah. Seekor naga berwarna hitam dan merah dengan corak bintang di tubuhnya muncul di hadapan mereka. Naga itu meliuk-liuk di udara selama beberapa saat sebelum (Y/n) mengayunkan nichirin itu secara vertikal.

Seperti terbakar oleh api, Kokushibou hanya diam di tempatnya. Ia tak bereaksi apa-apa.

"Penggal kepalanya!" seru Sanemi membuat keadaan kembali menjadi sengit. Mereka seolah baru tersadar.

Lelaki itu maju lebih dulu. Disusul oleh Muichirou. (Y/n) dan Kazuo diam saja di tempat. Gadis itu sedang sibuk mengontrol serangan naganya itu. Luka di tubuhnya menghambatnya saat ini.

"Kau sudah memasukkan racunnya 'kan?" tanya Kazuo membuat gadis itu melirik padanya sesaat sebelum kembali fokus ke depan.

"Ya, aku sudah melakukannya saat menusuknya tadi. Racun buatan Shinobu-san itu dapat membuat leher seorang Iblis lebih mudah dipenggal. Tidak peduli Iblis jenis apapun itu," jawab (Y/n).

"Syukurlah."

Tepat setelah itu, Kokushibou pun menghilang menjadi abu. Mereka terdiam selama beberapa saat dengan napas terengah-engah.

"Kemarilah," perintah (Y/n), "aku akan mengobati kalian."

"Kau yakin, (Y/n)? Lukamu cukup parah." Muichirou menatap gadis itu ragu. Menurutnya, (Y/n) harus memperhatikan dirinya sendiri terlebih dahulu.

"Tidak apa-apa," sahutnya. Gadis itu hanya tersenyum meskipun luka di sekujur tubuhnya mengeluarkan darah yang tidak sedikit.

(Y/n) mulai menyembuhkan mereka satu per satu. Dengan perlahan luka itu menutup. Menjadi sembuh lebih cepat dibandingkan dengan kerja trombosit di dalam tubuh mereka.

"Terima kasih," ucap Sanemi tanpa memandang (Y/n).

"Arigatou," Muichirou berucap pelan.

"Terima kasih banyak, (Y/n)," ujar Kazuo dengan senyum di wajahnya.

"Sama-sama," sahut gadis itu.

Selesai melakukan tugasnya, (Y/n) pun bangkit berdiri. Ia baru saja hendak melangkahkan kakinya satu langkah. Tetapi, tubuhnya ambruk lebih dulu ke atas permukaan lantai.

"(Y/N)!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top