Chapter 55 - The Day

"Sampai kapan kau akan terus menatap ke arah langit, (Y/n)?"

Suara seseorang membuat (Y/n) mengalihkan pandangannya dari langit jingga itu. Ia menolehkan kepalanya, manik (e/c)nya bertemu dengan manik sebiru langit milik Kazuo.

"Entahlah. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawab (Y/n) menggantung.

Kazuo mendekat, duduk di samping (Y/n), dan menatap gadis itu. "Apa kau merasa takut?" Setelah menanyakan itu, Kazuo terkekeh, "Kuralat, aku sudah tahu kau pasti merasa begitu."

(Y/n) menunduk. Sangat kentara rasa takut dan khawatir menyelimuti dirinya. Ini adalah pertama kalinya mereka akan bertarung bersama. Bisa dikatakan, malam nanti adalah malam penentuan.

"Apa kau tidak merasa takut, Kazuo?" Kini (Y/n) bertanya balik pada lelaki bersurai cokelat itu.

Kazuo tersenyum kecil. Tatapannya menerawang jauh, ke arah langit berwarna jingga yang sebentar lagi akan berubah menjadi gelapnya malam hari.

"Pasti aku juga merasa takut. Apakah menurutmu itu hal yang wajar jika kau tidak merasa takut pada apapun? Justru itu aneh, (Y/n). Karena kita adalah manusia yang tak sempurna," tutur Kazuo lembut.

"Ya, kau benar. Teman-teman kita yang lain pun pasti akan merasa takut, bukan? Apakah menurutmu begitu?" (Y/n) ikut menatap langit jingga berawan putih itu.

"Hanya saja di antara mereka ada yang pandai menyembunyikannya," timpal Kazuo.

(Y/n) terkekeh. Ia tahu siapa orang yang dimaksud oleh Kazuo itu.

"Sebenarnya aku tidak perlu mengatakan ini, " Kazuo menatap gadis di sampingnya, "bersiaplah, (Y/n). Malam ini akan sangat mendebarkan."

Ya, hanya dalam beberapa jam lagi, malam ini akan menjadi malam yang sangat mendebarkan. Juga pastinya akan terjadi pertumpahan darah yang tak bisa dihindari oleh mereka.

***

Sang bulan purnama mengisi kekosongan di angkasa. Ditemani oleh taburan bintang yang berkelap-kelip. Pemandangan di angkasa sana dapat membuat siapa saja akan merasa tenang ketika melihatnya.

Suara langkah kaki bersepatu yang menginjak tanah terdengar mengisi keheningan malam. Dedaunan kering yang bergesekkan dengan sepatu itu membuat orang yang berada di dalam rumah tersebut menyadari keberadaannya. Rasa waspada semakin menguat ketika orang itu semakin dekat. Dekat, dekat sekali.

Di saat ia memunculkan batang hidungnya, Kagaya tahu, dialah Kibutsuji Muzan. Sang pemimpin dari para makhluk rendahan tak berperasaan bernama Iblis.

"Akhirnya kau datang kemari, Kibutsuji Muzan. Iblis yang telah lama keluargaku cari," ujar Kagaya. Ia duduk di atas futon dan Amane berada di sampingnya.

"Aku tidak ingat jika luka menjijikan di wajahmu itu telah hilang dengan sempurna," ujarnya. "Apakah gadis itu yang melakukannya?"

"Apakah aku harus menjawab pertanyaanmu itu, Kibutsuji Muzan? Aku rasa kau sudah tahu apa jawabannya," ucap Kagaya tenang.

"Semuanya akan berakhir. Gadis bernama (F/n) (Y/n) itu, para pemburu iblis, dan juga kau, Kagaya. Aku akan membunuh kalian semua," tutur Muzan.

Kagaya hanya tersenyum. Ia menatap Muzan tepat pada maniknya yang berwarna merah. "Kau seharusnya bisa membunuh kami semua dari dulu. Terlebih tentang (Y/n). Tetapi, kau hanya selalu menyuruh Iblis bawahanmu untuk membunuhnya. Padahal kau bisa melakukannya sendiri. Tetapi, kenapa selama ini kau tidak melakukannya? Apakah ada sesuatu yang mengganjal di dalam dirimu tentangnya?"

Muzan terdiam. Ia sama sekali tidak menjawab perkataan Kagaya. Ia pun jadi berpikir. Mencari jawabannya meskipun sebenarnya jawaban itu tak dibutuhkan.

Namun, itu telah sesuai dengan rencana mereka. Di saat itulah mereka langsung melaksanakan rencana yang telah mereka susun sedemikian rupa.

Dalam sekejap mata, sebuah ledakan yang amat besar muncul di depan mata Muzan. Melukai dirinya dan membuatnya panik seketika. Namun, Kagaya beserta keluarganya sudah tak berada di sana yang memicu kekesalan dan amarah di dalam diri Muzan.

Di mana mereka?! Ubuyashiki Kagaya, kupastikan aku akan membunuhmu! batin Muzan penuh emosi dan kekesalan.

Sebelum Muzan sempat beregenerasi dengan sempurna, paku-paku bermunculan dan menusuk dirinya. Paku-paku itu bercabang di dalam tubuhnya sehingga tidak semudah itu untuk ditarik dari luar. Detik selanjutnya, sebuah tinjuan menerjang perut Muzan. Membuat pikirannya teralihkan pada wanita Iblis yang meninjunya itu.

"Tamayo, kenapa kau ada di sini?!"

"Kau sudah menghisap pukulanku, Muzan. Apa kau tahu apa yang ada di dalamnya?"

Tamayo menatap Muzan dengan berani. Seringaian terbit di wajahnya.

"Yaitu, obat untuk mengubah Iblis menjadi manusia! Bagaimana? Apakah sudah mulai bekerja?!"

"Kau harusnya tidak bisa-"

"Tetapi aku melakukannya! Situasinya sudah benar-benar berubah meskipun mustahil aku bisa melakukannya sendirian!" seru Tamayo menggebu-gebu.

Amarah menyeliputi Muzan. Ia mencengkram wajah Tamayo dengan tangan kirinya yang bebas tak tertusuk oleh paku.

"Kau adalah wanita yang keras kepala, Tamayo. Juga kebencianmu terhadapku tidaklah adil. Siapa yang membunuh suami dan anakmu? Kau pikir itu perbuatanku? Yang melakukannya adalah dirimu sendiri. Kau memakan mereka."

Air mata mulai mengalir dari sudut mata Tamayo. Ingatannya tentang anak dan suaminya mulai bermunculan di dalam kepalanya bak kaset rusak yang tak bisa berhenti.

"Kalau aku tahu itu akan terjadi, aku tidak akan menjadi Iblis! Yang kuinginkan adalah bertahan hidup dari penyakitku! Aku hanya ingin melihat anak-anakku tumbuh hingga dewasa!" serunya menyesal sekaligus marah. Rasa marah akan apa yang telah Muzan lakukan-mengubah dirinya menjadi Iblis-telah membuatnya menyesali perbuatannya saat itu. Andai saja, andai saja Tamayo tak menjadi Iblis, ia mungkin masih bisa menatap wajah anaknya dulu.

Namun, nasi telah menjadi bubur. Semuanya sudah terlanjur terjadi. Tidak ada lagi gunanya penyesalan itu.

"Kau membunuh banyak manusia setelah itu. Apa semua itu hanya ilusi bagimu? Kulihat kau bersenang-senang saat memakan mereka," ucap Muzan lagi.

"Benar. Aku membunuh banyak manusia setelah jatuh ke dalam jurang keputusasaan. Jadi untuk menebus dosaku, kau dan aku akan mati di sini!" seru Tamayo.

"Himejima-san! Tolong lakukan!" titahnya.

Himejima muncul dengan senjata yang biasa dipakainya. Bola berduri itu mengenai kepala Muzan hanya dalam satu kali ayunan. Sayangnya, beberapa saat selanjutnya kepala Muzan langsung beregenerasi dengan cepat.

"Kokketsu: Kikyoku!" (Jurus Darah Hitam: Rantai Duri)

Dengan cepat, rantai-rantai berduri menjalar ke arah Himejima. Mengelilinginya hingga gerakannya menjadi terbatas.

"Iwa no Kokyu: San no Kata: Ganku no Hadae!" (Pantulan Berapi)

Beberapa saat kemudian, para Hashira berserta Tanjirou telah bermunculan sesuai dengan apa yang (Y/n) rencanakan. Termasuk (Y/n) dan Kazuo pun berada di sana.

"Ia adalah Muzan, Kibutsuji Muzan! Ia tidak akan mati meskipun kepalanya dipenggal!" seru Himejima yang mengejutkan para Hashira yang belum pernah melihat secara langsung wujud dari Kibutsuji Muzan.

Secara bersamaan, para Hashira serta Tanjirou menggunakan jurus pernapasan mereka. Namun, belum sempat serangan mereka itu menyentuh Muzan, pintu-pintu fusuma terbuka di bawah kaki mereka.

(Y/n) terjatuh bersama dengan Shinobu. Sementara itu, Kazuo terjatuh ke tempat yang sama dengan Himejima dan Muichirou. Kelegaan menghampiri (Y/n) saat gadis itu akan terjatuh bersama dengan Shinobu. Ini sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Meskipun awalnya ia ragu dengan ini karena ia hanya bisa mengandalkan keberuntungan saja. Sesuai rencana (Y/n) dan Kazuo, mereka berada di posisi yang tepat.

"Kalian pikir kalian bisa menyudutkanku?! Kalian semua akan menuju Neraka sekarang! Dasar para pemburu iblis bodoh! Aku akan menghabisi kalian semua malam ini!" seru Muzan.

"Kaulah yang akan menuju ke Neraka, Muzan! Kau takkan kubiarkan lolos! Aku pasti akan membunuhmu!" Tanjirou berseru dengan penuh emosi di dalam dadanya.

"Coba saja kalau kau bisa, Kamado Tanjirou!" tantang Muzan sebelum mereka semua terjatuh dan berpisah ke dalam kegelapan.

Ya, malam yang mendebarkan itu baru saja dimulai.

***

Yo minna!

Jadi, waktu itu aku dapat kiriman ini:

Itu adalah fanart Matsumoto Kazuo yang dibuat oleh Maymeeyy.

Asli, lebih bagus daripada yang aku gambar💀

Makasih bangett udah kirim fanart ini, May! (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Juga, untuk kalian semua, terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak di cerita ini. Itu sangat berarti buatku (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top