Chapter 34 - Second Time
Hari telah berubah menjadi pagi. Suara keramaian sudah mulai pudar. Hanya terdengar suara percakapan orang yang berlalu lalang. Suasana tidak seramai kemarin malam. Wajar saja, tempat ini merupakan distrik malam di mana akan selalu ramai saat malam hari, tetapi sebaliknya di saat siang hari.
(Y/n) duduk di atas atap bersama dengan Tanjirou dan Inosuke. Inosuke sibuk menjelaskan tentang wujud Iblis yang ia lihat kemarin malam. Sementara itu, Tanjirou mendengarkannya dengan perasaan mau tidak mau.
"Zenitsu tidak datang."
Uzui tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Ia duduk membelakangi mereka di atap.
"Apa maksudmu Zenitsu tidak datang?" tanya Tanjirou.
"Sepertinya aku membuat kalian berada dalam bahaya. Keinginanku untuk menyelamatkan para istriku telah membuatku melakukan kesalahan yang fatal. Keberadaan Zenitsu sekarang tidak diketahui. Ia berhenti menghubungiku semalam."
"Kemungkinan besar, Zenitsu telah ditangkap oleh Iblis Bulan Atas yang bersembunyi di sini," ujar (Y/n). Ia membuat perhatian mereka beralih padanya.
Perkataan (Y/n) yang berani itu mengundang semua tatapan mereka tertuju ke arah dirinya. Sementara, ia sendiri hampir saja mengatakan semuanya. Sontak gadis itu menutup mulutnya rapat-rapat.
"Mengapa kau berpikir seperti itu, Nee-san?" tanya Tanjirou.
"Tidak mungkin Zenitsu pergi begitu saja. Ia adalah anak yang penakut meskipun sebenarnya ia cukup kuat. Zenitsu pasti akan berpikir dua kali untuk kabur dari sini. Satu-satunya yang perlu kita curigai adalah rumah bordil tempat Zenitsu menyamar. Bukankah begitu?" (Y/n) menatap mereka satu per satu.
Uzui bangkit berdiri. Ia masih membelakangi mereka. "Ada benarnya perkataan (F/n)-san. Tetapi, sekarang kalian pergilah dari sini. Jika memang benar ada Iblis Bulan Atas di sini, kalian tidak akan bisa menghadapinya. Peringkat kalian terlalu rendah, kecuali (F/n)-san. Maka dari itu, pergilah sekarang! Aku akan bekerja seorang diri."
"Tidak, Uzui-san! Kami—"
"Jangan malu. Pemenang bertahan hidup. Jangan lewatkan kesempatan ini."
Seusai mengatakan itu, Uzui pergi begitu saja. Meninggalkan mereka dalam perasaan khawatir di benak mereka.
***
Malam telah tiba. Pertempuran antara Tanjirou dan Daki, Iblis Bulan Atas Enam, masih berlanjut. Tanjirou mengerahkan seluruh tenaga untuk melawan Daki, begitupun sebaliknya. Iblis wanita itu juga mengerahkan kekuatannya.
Sementara Tanjirou sedang bertarung, (Y/n) hany bisa berdiam diri di sebuah ruangan. Ruangan itu gelap. Tidak terlihat apapun. Hanya ada dirinya dan seorang yang berdiri di hadapannya. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa berada di sini. Tetapi, (Y/n) sangat tahu siapa orang itu. Orang yang selama ini selalu ingin ia bunuh.
Kibutsuji Muzan.
Pemimpin para Iblis kini berdiri di hadapannya. Tetapi, (Y/n) tidak bisa melakukan apa-apa. Tubuhnya seolah-olah mati rasa. Ia hanya bisa menatap tajam ke arah orang yang ada di depannya.
"(F/n) (Y/n), sepertinya ini pertemuan kita yang kedua kalinya. Apa kau ingat perkataanku waktu itu?" Ia mulai berbicara. Suaranya membuat (Y/n) merasa muak.
"Tidak. Aku melupakannya." Meskipun (Y/n) berkata seperti itu, sebenarnya ia mengingatnya. Sangat ingat bahkan.
"Oh? Benarkah?"
(Y/n) diam tidak menjawab. Yang ada di benaknya saat ini adalah bagaimana cara agar ia bisa kabur dari sini. Mengingat Muzan yang bisa mendengar isi pikirannya, maka (Y/n) tidak memikirkannya terlalu dalam.
Seiring dengan Muzan yang semakin dekat dengannya, (Y/n) melangkah mundur. Meskipun sulit untuk melangkah barang satu centimeter, (Y/n) tetap berusaha. Aura yang Muzan keluarkan dari tubuhnya terasa menyeramkan. Namun, masih ada satu hal yang lebih menyeramkan dari itu. Ia tidak pernah ingin membayangkan ataupun merasakannya lagi.
Adalah ketika ayahnya sedang marah padanya.
"Bagaimana? Apa kau sudah berubah pikiran dan mau menjadi seorang Iblis?" tanya Muzan lagi.
"Tidak akan. Aku tidak akan menjadi seorang Iblis, Bodoh. Lebih baik kau buang jauh-jauh khayalanmu itu," jawab (Y/n) ketus.
Muzan menyeringai. Ia berhenti melangkah. Suasana di sekitar mereka berubah seketika.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti, (Y/n)."
Dalam sekejap, Muzan hilang dari pandangan (Y/n). Memasuki sebuah pintu yang muncul secara tiba-tiba.
"Aku harus segera menyusul Tanjirou-kun. Ia pasti sedang melawan Daki dan kakaknya," gumam (Y/n). Ia bahkan tidak sempat untuk menghela napas lega barang satu detik saja.
***
Kecepatan berlarinya (Y/n) tambah dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Deru napasnya tak karuan. Ia tidak tahu di mana Tanjirou dan yang lainnya sekarang. Yang pasti, Muzan membawanya ke tempat yang jauh agar (Y/n) tidak bisa kembali dalam waktu dekat. Tentu saja ia merasa kesal. Nyawa mereka sedang dipertaruhkan dan (Y/n) malah menghilang dan tidak membantu sama sekali.
Setelah berlari selama beberapa belas menit, (Y/n) tiba di Distrik Merah. Keadaan di sana sudah sangat kacau. Darah berceceran di mana-mana. Suara jeritan orang kesakitan terdengar di telinga (Y/n).
Ia mendekat ke sebuah rumah bordil. Tanjirou dan Nezuko sedang bertarung melawan kakaknya Daki, Gyuutarou. Sementara itu, Inosuke dan Zenitsu yang tertidur sedang bertarung melawan Daki di atas atap.
Sesaat, (Y/n) melihat pemandangan Tanjirou yang rahang bawahnya akan ditusuk oleh Sabit Darah milik Gyuutarou. Secepat satu kedipan mata, dengan nichirin di tangannya, (Y/n) menebas Sabit Darah yang mengarah pada Tanjirou itu. Kedatangan (Y/n) cukup mengejutkan mereka di sana.
"Ah! Kau adalah Hashira yang dibicarakan oleh 'orang itu' ya! Kau sangat hebat! Pantas ia menginginkanmu, Kawan!" Gyuutarou berkata. Mengatakan hal yang sama dan sudah sering (Y/n) dengar ketika ia melawan para Iblis.
"(Y/n) nee-chan! Kau dari mana saja?!" seru Tanjirou panik sekaligus khawatir.
"Ah, aku ada urusan sebentar tadi. Maaf aku meninggalkan kalian di sini," jawab (Y/n) sambil tersenyum. Ia menatap pada Uzui yang berdiri di dekatnya, "Uzui-san, tolong diam sebentar."
(Y/n) mendekat pada Hashira Suara itu. Ia menggigit ibu jari miliknya hingga mengeluarkan darah. Lalu, ia mengambil sedikit darah milik Uzui yang mengalir di dahinya. Kemudian, (Y/n) meletakkan tangannya pada bahu Uzui. Cahaya bersinar terang dari bawah telapak tangan (Y/n).
Untuk sesaat, (Y/n) fokus mennyembuhkan luka Uzui dan menghilangkan racun di tubuhnya. "Ada racun di tubuhmu 'kan? Ini akan memakan waktu sedikit lebih lama," ujarnya menjelaskan.
Anehnya, Gyuutarou yang berada di hadapan mereka tidak berniat menyerang. Ia bahkan menunggu hingga (Y/n) selesai. Entah apa yang membuatnya bertindak demikian. Namun, sepertinya perintah dari Muzan untuk membawa (Y/n) hidup-hidup telah dijadikan prinsip olehnya kali ini.
"Sudah selesai."
Uzui bangkit berdiri. Ia terpaksa berlutut saat (Y/n) menyembuhkan lukanya karena tinggi gadis itu yang hanya 163 cm.
"Mari kita bersenang-senang, Kawan!"
Selendang milik Daki menghancurkan bangunan tempat mereka berpijak. Membuat pandangan mereka terhalang. Tiba-tiba saja, Gyuutarou sudah berada di depan Uzui. Ia menyerang dengan Sabit Darah miliknya.
Karena gerakannya dalam tempo yang cepat, Uzui dapat menghindari semua serangan Gyuutarou. Namun, serangan miliknya itu muncul di balik punggung Uzui. Yang berhasil membuatnya sulit untuk menghindari serangan itu.
Dengan sigap, (Y/n) menahan serangan itu dengan nichirin-nya. Ia memegangnya dengan erat. Serangan itu pun berhasil ia hentikan.
"Oto no Kokyu: Go no Kata: Meigen Sōsō!"
Uzui menggenggam salah satu katana-nya. Katana-nya yang lain ia ayunkan secara memutar menggunakan rantai yang menghubungkan kedua katana-nya. Juga ada beberapa ledakan yang muncul di tengah pertarungan mereka.
Tanjirou berusaha sekuat tenaga agar ia bisa menghentikan serangan Gyuutarou. Ia menahan selendang itu dengan nichirin-nya.
Dari atas atap, puluhan kunai mengarah pada mereka yang sedang bertarung di bawah. Hinatsuru-lah yang melemparkan kunai-kunai itu. Kunai yang dilapisi oleh racun yang akan menahan Iblis selama setengah hari.
Uzui terus maju. Ia menerjang ke arah Gyuutarou yang tidak bisa bergerak. (Y/n) pun ikut maju. Ia menghindari kunai-kunai beracun yang seolah-olah turun dari langit itu.
Pada akhirnya, Uzui berhasil memotong kedua kaki Gyuutarou. Kakinya tidak beregenerasi karena racun pada kunai yang menancap di lehernya. Kini giliran Tanjirou dan (Y/n) yang maju ke depan. Mereka mengayunkan nichirin di tangan mereka ke arah leher Iblis Bulan Atas itu.
"Kekkijustu: Enzan Senkai Tobi Chigamo!"
Gyuutarou melancarkan serangannya. Darahnya yang berubah menjadi pedang dan menyerang mereka di sana.
"Hoshi no Kokyu: Shi no Kata: Yozora wa Hoshi de Ippaidesu!" (Langit Malam Penuh Bintang)
Sebuah lingkaran hitam menyelimuti mereka. Melindungi mereka dari serangan yang berjarak luas milik Gyuutarou. Dari dalam lingkaran hitam itu, banyak sekali bintang-bintang yang bertaburan di sana. Menghiasi kegelapan malam hari.
Seusai mereka aman dari serangan Gyuutarou, Uzui melancarkan serangannya. "Oto no Kokyu: Shi no Kata: Kyōzan Muken!"
Serangan yang hebat ditujukan ke arah Gyuutarou. Tetapi, sayangnya ia menghilang dari pandangan mereka. Membiarkan serangan Uzui tak berarti apa-apa.
Gyuutarou sudah berdiri di dekat Hinatsuru, salah satu istri Uzui. Ialah yang melempar kunai tadi. Tangan Gyuutarou menekap mulut Hinatsuru. Dari wajahnya, jelas sekali ia sedang marah dengan istri Uzui itu.
"Kau benar-benar melukaiku. Aku jadi marah karena hal itu," ujar Gyuutarou kesal.
"Hinatsuru!"
Tanpa berpikir dua kali, (Y/n) melesat ke arah Gyuutarou. Berniat menyelamatkan Hinatsuru dari cengkramannya. Dengan sekali tebasan, tangan Gyuutarou yang menekap mulut Hinatsuru putus begitu saja. Begitu pun dengan tangan sebelahnya. Membuat darah berceceran ke mana-mana.
Tidak terima begitu saja, Gyuutarou melesat ke arah (Y/n). Menyerang dengan Sabit Darahnya. (Y/n) sigap menangkis serangan itu.
Di saat yang bersamaan, Uzui maju sambil berteriak, "(F/n)! Aku berhutang padamu!"
Katana milik Uzui mengarah pada leher Gyuutarou. Begitu pula dengan katana milik (Y/n). Ia mengarahkannya pada arah yang berlawanan sehingga Gyuutarou tidak bisa menghindari tebasan di lehernya itu.
Sayangnya, Gyuutarou menahan katana mereka menggunakan Sabit Darahnya sebelum kedua benda itu menyentuh lehernya. Uzui berniat menusuk leher Gyuutarou, tetapi ia malah menggigit katana tersebut.
Masih belum menyerah, Tanjirou berniat menusuk leher Gyuutarou dari belakang. Tetapi, Gyuutarou bertindak lebih cepat. Ia mengeluarkan jurus yang sama dengan yang tadi dan membuat mereka yang berada di sekelilingnya harus mundur beberapa langkah.
"Aku sudah muak."
Ucapan (Y/n) barusan membuat mereka yang ada di sana menatap ke arah gadis itu. Aura yang dikeluarkannya terasa menyeramkan. Membuat siapapun yang berada di dekatnya tahu jika ia sedang marah besar.
(Y/n) mendongak. Warna maniknya berubah menjadi merah bercampur dengan ungu. Ia menatap tajam pada Gyuutarou yang berdiri beberapa meter di depannya.
Aura ini sama dengan milik 'orang itu'! Ia pasti akan melakukan sesuatu padaku! batin Gyuutarou. Kepanikan melanda dirinya.
Nichirin yang digenggam (Y/n) diselimuti oleh cahaya berwarna merah. Cahaya itu terlihat seperti api yang membara. Menari-nari di sekitar nichirin (Y/n).
"Kalian... tidak akan kubiarkan hidup lebih lama!"
(Y/n) maju ke depan. Nichirin di tangannya siap menebas leher Gyuutarou.
"Hoshi no Kokyu: Ju no Kata: Seiza!" (Rasi Bintang)
Seekor naga berwarna hitam dan merah dengan corak bintang di tubuhnya meliuk-liuk di depan mata mereka. Naga bertubuh panjang itu terbang dengan kecepatan tinggi ke arah Gyuutarou. Kemudian, ia menyemburkan api dengan suhu yang tinggi. Api yang tidak dapat dihindarinya.
"Argh! Panas!" Gyuutarou kesakitan.
"Kakak!" Daki berseru pada kakaknya. Sayangnya, api itu juga melahap tubuhnya. Tidak membiarkan dirinya membantu sang kakak.
Dalam satu kali tebasan yang kuat, (Y/n) telah memutuskan leher kedua Iblis Bulan Atas itu. Serangannya kali ini tidak membiarkan seorang Iblis manapun untuk beregenerasi.
"Sebaiknya kalian segera pergi ke neraka. Kalian sudah ditunggu di sana," ujar (Y/n) seraya memasukkan nichirin-nya ke dalam sarungnya lagi.
Serangan (Y/n) barusan membuat mereka yang menyaksikan di sana terkagum-kagum. Rasa terkejut dan terpesona bercampur di benak mereka. Uzui sendiri tak menyangka jika (Y/n) sekuat itu. Bahkan lebih kuat dari dirinya.
Reaksi mereka bertiga selain Uzui juga sangatlah tidak terduga. Tanjirou yang melotot kaget, Zenitsu yang menatap penuh cinta pada (Y/n), dan Inosuke yang menganga di balik topeng babinya sambil berkata dalam hati agar (Y/n) mau berduel dengannya.
Sungguh unik dan aneh.
Sebelum mereka bersorak-sorak kemenangan, jurus Kekkijustu milik Gyuutarou masih aktif. Membuat mereka dalam pose siaga.
"Ah, ia sangat menyusahkan," ucap (Y/n) sambil menatap datar ke arah kepala Gyuutarou dan Daki yang berada di atas tanah.
"Hoshi no Kokyu: Shi no Kata: Yozora wa Hoshi de Ippaidesu."
Sebuah lingkaran hitam melindungi (Y/n), Uzui, Tanjirou, Zenitsu, Inosuke, dan Hinatsuru dari serangan Gyuutarou. Ia sudah tahu jika Kekkijustu milik Gyuutarou masih dapat aktif meskipun kepalanya sudah terpenggal. Itulah salah satu kelebihannya yang membuat mereka repot.
Sesaat setelah aman dari serangan Gyuutarou yang terakhir itu, mereka berenam menghela napas lega. Mereka tahu, kemenangan telak telah mereka dapatkan.
***
"Mereka berhasil mengalahkan Iblis Bulan Atas?!"
"Benar! Kwak! Kwak!"
Kagaya tersenyum. Luka di wajahnya semakin melebar hingga hampir menutupi seluruh wajahnya. "Kerja bagus (Y/n), Tengen, Tanjirou, Zenitsu, dan Inosuke."
Ia batuk. Darah keluar dari dalam mulutnya. Amane dengan sigap membantu suaminya menyeka darah di sekitar mulutnya.
"Amane, ini sebuah 'pertanda'. Situasinya berubah setelah seratus tahun. Ramalan tentang "Nijiro no Nichirin" itu ternyata benar. Karena hanya pemilik nichirin itulah yang bisa menyelamatkan dunia ini. Akhirnya, nichirin itu ada yang memilikinya."
"Bukankah ramalan itu sudah dianggap kebohongan belaka? Kita bahkan sudah mencari di semua anggota pemburu Iblis. Tetapi, hasilnya nihil. Kita tidak menemukannya," ujar Amane.
Kagaya menggeleng. "Kita sudah menemukannya. Ia adalah salah satu Hashira. Anak itu sengaja kupilih sebagai Hashira karena aku tahu hanya ia yang bisa menyelamatkan dunia ini."
Amane menekap mulutnya kaget. Ia tidak menyangka jika pemilik "Nijiro no Nichirin" itu ada di dekat mereka. Bahkan menjadi salah satu Hashira.
"Siapa?"
"Hashira Bintang, (F/n) (Y/n)."
***
First published :: December 27th, 2020
Revised :: September 4th, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top