Chapter 3 - Dissapointed

Selama beberapa saat, gadis itu menatap pantulan dirinya di depan kaca setinggi tubuhnya. (Y/n) sudah siap dengan haori berwarna biru gelap digradasi oleh ungu dan biru langit. Disertai motif bintang-bintang pada bagian bawah lengan dan haori-nya. Ini adalah haori yang sama dengan yang ia pakai sebelumnya.

"(Y/n)-san."

Mendengar namanya dipanggil, (Y/n) pun menoleh dan melihat Asano mendekat ke arahnya. "Ya?" Ia tersenyum menyapa lelaki itu.

"Pulanglah dengan selamat. Jangan terluka sedikit pun. Aku yakin kau pasti bisa, (Y/n)-san," pesan lelaki bersurai hitam itu sambil tersenyum.

(Y/n) terkekeh. "Tenang saja, Asano-san. Aku pasti akan pulang dan bertemu denganmu lagi. Kalau begitu, aku pergi dulu. Jaa ne!"

Tangannya melambai pada Asano dan dibalas lambaian juga oleh lelaki tampan itu. Ia sudah siap. Sangat siap. Bagaimana pun bentuk iblis yang akan ia hadapi nantinya, (Y/n) sudah siap. Tanpa ada rasa takut maupun gelisah. Hanya tujuh hari dan setelah itu ia resmi menjadi pemburu iblis.

Ya, hanya tujuh hari.

***

Sesampainya di tempat Ujian Akhir, manik (e/c) milik (Y/n) melihat banyak pohon bunga wisteria. Pohon-pohon itu berjajar dengan rapi. Terlihat indah bagi manusia, namun mematikan bagi para makhluk bernama iblis. Melihat keberadaan pepohonan itu, (Y/n) sudah tahu bahwa inilah tempat yang akan menentukan hidupnya di masa depan.

Ada sekitar lima puluh orang berkumpul di sana. Lengkap dengan senjata yang mereka butuhkan. Beberapa di antara mereka, ada pula yang terlihat lebih tua beberapa tahun darinya. (Y/n) menggenggam nichirin-nya erat. Ia sudah tidak sabar ingin mencoba semua teknik yang sudah ia ciptakan sendiri. Sekaligus merasa takut di saat yang sama.

Kedua putri Ubuyashiki Kagaya mulai menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh para calon pemburu iblis di hadapan mereka. Dikarenakan gadis itu sudah tahu lebih dahulu tentang hal ini, maka ia tidak terlalu mendengarkannya. Pandangannya sibuk ia edarkan ke arah orang-orang yang berdiri bersama dengannya di sana.

Seusai penjelasan tersebut berakhir, Ujian Akhir pun resmi dimulai. Sambil dengan susah payah menelan saliva-nya, (Y/n) melangkah masuk ke dalam hutan yang dipenuhi oleh para iblis kelaparan itu. Ia berjalan dalam diam sambil menajamkan semua panca indranya.

Baru saja memasuki bagian dalam hutan, hidungnya mulai mencium bau iblis yang cukup kuat berasal dari atas kepalanya. Dengan cekatan, (Y/n) pun menghindar kala iblis itu berniat menyerang dirinya dari arah atas. Baginya hal itu cukup mudah setelah melalui latihan panjang bersama Asano. Namun, gadis itu tidak ingin menganggap remeh iblis yang kini berdiri di hadapannya.

"Ah, aku menemukan mangsa yang sangat cantik hari ini. Tenang saja, aku tidak akan langsung memakanmu, gadis kecil. Akan kunikmati semua bagian tubuhmu itu," ujar iblis itu pongah.

(Y/n) hanya diam saja. Bukan karena ia merasa bingung harus melakukan apa. Melainkan karena ia sibuk memprediksi apa yang akan dilakukan oleh iblis itu. Hanya berupa prediksi sederhana yang tidak sepenuhnya akurat. Gadis itu hanya menerka-nerka dari kuda-kuda milik iblis di depannya.

Tangan (Y/n) menarik sedikit nichirin-nya keluar dari sarungnya. "Hoshi no Kokyu: Roku no Kata: Sora no Shita de Odoru!" (Tarian di Bawah Langit)

Serangan (Y/n) itu tidak dapat terlihat oleh mata. Hanya orang-orang tertentu yang sudah melatih kemampuan penglihatan merekalah yang bisa melihatnya. Di kala (Y/n) mendorong nichirin-nya masuk ke dalam sarung pedang, kepala iblis itu sudah terpotong dari lehernya.

"C-Cepatnya. Aku... tidak bisa... melihatnya..." lirih iblis itu sebelum tubuhnya berubah menjadi abu dan dibawa pergi oleh angin.

Tatapan (Y/n) tertuju ke arah langit yang berwarna gelap. Hanya pantulan dari cahaya sang rembulan yang menemani dirinya saat ini. Tidak ada hal lain selain itu.

Gadis itu berniat melanjutkan perjalanannya saat ia mendengar seseorang berteriak dari arah utara. Mendengar teriakan itu, sontak (Y/n) berlari ke arah sumber suara. Kala ia tiba di sana, di hadapannya terdapat seorang iblis bertubuh sangat besar. Tentu saja, lebih besar dari tubuh (Y/n).

Mata (Y/n) langsung memprediksi semua gerakan yang akan dilakukan oleh iblis itu. Hanya berupa tebakan belaka. Namun, anehnya tebakan itu benar. Entah karena keberuntungan yang masih ada atau karena hal lain.

"Hoshi no Kokyu: San no Kata: Yoru no Hoshi Hikari!" (Cahaya Bintang di Malam Hari)

Seberkas cahaya menyilaukan mata terlihat di depan mereka. Tanpa perlu berlama-lama, (Y/n) segera melancarkan serangan berikutnya. "Hoshi no Kokyu: Go no Kata: Yozora no Hoshi no Utsukushi-sa!" (Keindahan Taburan Bintang di Langit Malam)

Iblis yang sebelumnya tidak bisa melihat apapun karena silaunya cahaya dari nichirin (Y/n), saat tersadar kepalanya sudah berpisah dengan tubuhnya. Tidak ada harapan baginya untuk beregenerasi kala ia melihat tubuhnya telah terpotong menjadi beberapa bagian.

"S-Siapa kau sebenarnya?" Iblis itu pun bertanya ketika tubuhnya perlahan berubah menjadi abu. Tidak ada tatapan menakutkan yang ia tunjukkan. Hanya tersisa rasa takut yang cukup tersirat.

"Jikalau kuberitahu, kau pun tidak akan mengenalku," balas gadis itu dingin.

Tubuh iblis itu pun menghilang menjadi abu. Teringat dengan keberadaan gadis yang ketakutan sebelumnya, (Y/n) sontak menoleh ke belakang. Tepatnya ke arah gadis yang tengah duduk ketakutan di sana.

(Y/n) berjongkok. Menyetarakan tinggi tubuhnya dengan gadis itu. "Apakah kau baik-baik saja?" tanyanya kemudian disertai dengan senyuman.

Perlahan yang ditanya pun mengangguk. "Aku, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku," jawabnya pelan. Rasa takut masih tersirat pada raut wajahnya.

Senyum (Y/n) kian melebar. "Tidak masalah. Aku senang bisa membantumu."

Gadis itu menatap (Y/n) ragu. "Apakah kau... seorang Tsugoku? Seranganmu tadi terlihat sangat terlatih dengan baik dan sempurna," komentarnya.

"Iie. Aku bukan seorang Tsugoku. Aku hanyalah seorang gadis biasa yang kebetulan ikut dalam ujian ini," jawab (Y/n) ramah.

Pandangan (Y/n) seketika tertuju ke arah leher gadis itu. Ada luka yang cukup panjang namun terlihat sudah mengering. "Apakah lehermu tidak apa-apa?"

Sontak ia menyentuh lehernya sendiri. Lalu, tersenyum kecil. "Tidak apa-apa. Ini hanyalah bekas luka di saat aku masih kecil. Tetapi, sudah tidak terasa sakit lagi."

(Y/n) pun bangkit berdiri. Masih dengan senyum terpatri pada parasnya, ia berkata, "Baiklah, jaga dirimu sampai ujian ini berakhir. Jaa ne."

Sekali lagi, (Y/n) menatap gadis itu. Lalu, ia segera berlari meninggalkannya. Punggung (Y/n) yang membelakanginya ditatap oleh tatapan kagum yang berasal dari gadis yang ia tolong tadi.

Di dalam hatinya, gadis itu telah bertekad jika ia ingin menemui (Y/n) lagi. Bukan sebuah pertemuan karena ia yang ditolong oleh (Y/n), melainkan sebaliknya.

***

Hari telah berganti hari. Waktu berlalu dengan sangat cepat. Di pagi hari, (Y/n) bisa berjalan dengan tenang. Namun, kala malam tiba, rasa tenang itu pun lenyap digantikan oleh perasaan waspada akan sekitarnya.

Tetapi, semua hal itu akan berhenti pada hari ini.

Hari ini tepat menjadi hari terakhir bagi (Y/n) di hutan itu. Ia telah membunuh semua iblis yang ditemuinya. Bahkan, ia menolong semua peserta lain yang sedang dalam bahaya. Alhasil, (Y/n) telah membunuh banyak iblis. Entah berapa jumlahnya, ia tak menghitungnya.

Setelah menyelesaikan Ujian Akhir, (Y/n) melihat ada sekitar dua puluh peserta lain yang selamat. Dan, ia yakin sebagian di antaranya ada yang ia selamatkan.

Kala (Y/n) tengah menatap sekelilingnya, tatapannya berhenti pada seseorang yang berdiri memunggunginya. Haori-nya berwarna biru langit dengan corak awan-awan bernuansa putih. Entah mengapa, (Y/n) merasa kenal dengan sosok itu. Mungkin ini terjadi hanya karena firasatnya belaka. Entahlah, ia tidak terlalu yakin.

"Selamat karena kalian berhasil."

Suara itu membuyarkan lamunan (Y/n). Pandangannya ia kembali ke depan. Di sana, kedua putri Kagaya sudah berdiri di tempat yang sama seperti pertama kali mereka menampakkan diri.

Ternyata mereka semua diberikan seekor burung gagak. Salah seekor gagak hinggap di pundak (Y/n). Gadis itu menatapnya sejenak. Tidak terlalu lama karena selanjutnya mereka disuruh untuk memilih bijih besi sebagai bahan untuk pembuatan nichirin mereka nantinya. (Y/n) sendiri tidak tahu harus memilih yang mana. Ia hanya memilihnya dengan menggunakan firasatnya. Selanjutnya, mereka diberitahu akan mendapatkan seragam resmi pemburu iblis.

Seusai semua sesi itu berakhir, (Y/n) mengedarkan pandangannya ke sekitar. Berusaha mencari orang dengan haori berwarna biru langit yang sebelumnya ia lihat. Ia sekedar ingin menyapanya. Namun, ternyata orang tersebut sudah tidak berada di sana.

Diliputi oleh perasaan kecewa, (Y/n) segera berjalan pulang sebelum hari berganti menjadi malam. Gadis itu ingin bertemu dengan Asano dan beristirahat di balik futon yang hangat.

***

First published :: September 1st, 2020
Revised :: January 12th, 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top