Chapter 23 - Apologized
Malam telah berganti menjadi pagi. Salju yang sejak semalam menumpuk di atas permukaan bumi masih tetap sama. Udara yang dingin seketika berhembus kencang. Tidak ada suara burung berkicau pagi ini. Sekaligus menjadi pagi yang paling hening.
(Y/n) berdiam di sana sejak tadi malam. Ia duduk di bawah pohon yang tertutupi oleh lapisan salju. Pandangannya lurus ke arah Nezuko yang sedang memeluk Rokuta. Darah sudah mengering dan diserap oleh tanah. Meskipun begitu, bau amis tetap tercium dari sana.
Sebentar lagi Tanjirou pasti datang. Lalu, jalan cerita Kimetsu no Yaiba yang sebenarnya akan dimulai. Hanya saja ada perasaan bersalah yang tersimpan rapi di sudut hati (Y/n). Rasa bersalah yang mengakar kuat ke dalam hatinya. Perasaan itu muncul karena ia merasa gagal melindungi keluarga Tanjirou. Rasanya latihan yang ia lakukan selama ini menjadi sia-sia saja.
"Nezuko!"
Seruan Tanjirou menyadarkan (Y/n) dari pikirannya. Sepertinya Tanjirou belum menyadari keberadaan (Y/n) di sana. Ia lebih berharap jika Tanjirou tidak akan menemukannya. Gadis itu merasa terlalu malu untuk menampakkan dirinya.
Tanjirou masuk ke dalam rumahnya. Ia jatuh berlutut memandang keluarganya yang kini hanya menjadi seonggok daging tak bernyawa. Menyisakan Nezuko saja yang tubuhnya masih terasa sedikit hangat. Maka dari itu, ia pun mengangkat Nezuko di punggungnya.
Seketika tatapan Tanjirou tertuju pada (Y/n) yang diam di bawah sebuah pohon. Keterkejutan tersirat pada netranya. Ia hendak bertanya mengapa (Y/n) bisa berada di sana. Namun, Tanjirou justru memilih untuk membalikkan tubuhnya dan mulai berlari menjauh.
(Y/n) yang tidak menyangka Tanjirou akan berlari setelah menatapnya segera mengejarnya. Ia berlari sekuat tenaga. Entah mengapa dirinya ikut berlari saat ini. Namun, meskipun lari menuruni gunung sudah menjadi hal yang biasa bagi (Y/n), nyatanya saat ini napasnya terasa sesak. Sepertinya tidak hanya mentalnya saja yang sakit, fisiknya pun demikian.
Pasokan udara yang menipis dan salju yang tebal tidak membuat Tanjirou berhenti berlari. Yang ada di pikirannya saat ini adalah membawa Nezuko ke kota secepat mungkin. Ia yakin, adik perempuannya itu masih bisa diselamatkan.
Teriakan nyaring yang berasal dari punggung Tanjirou mengejutkan lelaki itu. Sumbernya dari Nezuko. Hal tersebut berhasil membuat Tanjirou tergelincir ke bawah jurang.
"Tanjirou!" seru (Y/n) panik.
Beruntung tumpukan salju menyelamatkan Tanjirou dari gegar otak. Tanpa berpikir dua kali, (Y/n) segera melompat turun ke bawah.
Rupanya Nezuko sudah menyerang Tanjirou lebih dulu. Sementara, lelaki itu berusaha menahannya dengan kapak. Ia sama sekali tidak ingin melukai adiknya sendiri.
"Berusahalah, Nezuko! Jangan berubah menjadi iblis! Berusahalah!" serunya.
Dari kejauhan, Giyuu melompat dan bersiap menebas Nezuko dari belakang. Namun, ia gagal dan justru memotong beberapa helai rambut Tanjirou.
"Apa yang kau lakukan di sini, (F/n)?"
Mendapati Giyuu berada di sana, (Y/n) pun tergugu. Seketika ia lupa bahwa keberadaan Giyuu pun akan terlibat saat ini. Tetapi, (Y/n) memilih untuk diam dan tak menjawab pertanyaannya. Membuat Giyuu melemparkan tatapan yang sulit diartikan ke arah (Y/n).
"Ia adalah adikku."
Atensi Giyuu teralihkan kembali pada Tanjirou. Ia merasa heran sebab Tanjirou malah melindungi Nezuko dari dirinya. Melindungi seorang iblis? Lelaki itu pasti akan mendengus ketika mengetahui ada kejadian yang seperti itu. Namun, saat ini di depan matanya, kejadian yang seperti itulah yang ada di hadapannya.
"Apakah ia benar-benar adikmu?" Giyuu masih menatap lurus ke arah Tanjirou yang berusaha melindungi Nezuko dari dirinya. Tentu saja Giyuu bertanya demikian. Orang mana yang akan mengakui seorang iblis sebagai adiknya? Hanya orang yang tidak waras saja yang akan berkata demikian. Termasuk lelaki yang berdiri di depannya itu.
Tidak menunggu jawaban Tanjirou, Giyuu langsung melesat ke arahnya. (Y/n) sontak menarik nichirin-nya dan menahan serangan Giyuu. Menciptakan sirat ketidaksenangan pada air muka lelaki itu.
"Jangan bunuh iblis perempuan itu, Tomioka-san," ujar (Y/n) dengan nada rendah.
Mengindahkan perkataan (Y/n), Giyuu tetap berhasil mengambil Nezuko dari Tanjirou. Ia menahan kedua pergelangan tangan Nezuko di belakang punggung gadis iblis itu.
"Jangan bergerak," titah Giyuu ketika Tanjirou bergerak sedikit di tempatnya berdiri. "Tugas kami di sini adalah membunuh iblis," lanjutnya penuh penekanan.
"Nezuko belum membunuh siapapun! Nezuko berbeda! Jika darahnya bersatu dengan darah iblis, ia akan menjadi iblis. Nezuko belum memangsa siapapun." Di tengah ketegangan yang melanda itu, Tanjirou masih berusaha untuk menyelamatkan adiknya. Meskipun adiknya itu tampak tidak mengenali dirinya saat ini.
"Ia hampir memakanmu," tukas Giyuu.
Mengabaikan fakta yang diucapkan oleh Giyuu, Tanjirou kembali berujar, "Aku akan mengubah Nezuko menjadi manusia lagi. Aku akan menyembuhkannya." Kini Nezuko merupakan satu-satunya keluarga yang ia miliki. Sangat tidak mungkin apabila Tanjirou membiarkan Nezuko mati begitu saja di tangan seorang pemburu iblis yang tak ia kenal.
"Tidak ada iblis yang bisa kembali menjadi manusia."
Perkataan Giyuu sempat membuat Tanjirou putus harapan. Ia tersentak sesaat. Mungkin ia memang tahu akan kenyataan itu. Namun, Tanjirou berkata lagi, "Akan kucari! Jangan bunuh dia!"
Tubuhnya dijatuhkan ke atas permukaan salju yang dingin. Kedua lututnya bertumpu, menopang beban tubuhnya. Secara perlahan Tanjirou bersujud di hadapan Giyuu. Disaksikan oleh (Y/n) yang menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Hentikan. Kumohon," mohonnya dengan putus asa.
Wajah Giyuu berubah marah. Urat-urat mulai menonjol pada permukaan kulitnya. Wajar jika Giyuu marah. Yang Tanjirou bisa lakukan untuk melindungi Nezuko hanyalah berlutut dan perkataan yang dikatakannya. Tidak ada perjuangan yang ia lakukan.
"Berhentilah memohon seperti itu di depan musuhmu! Jika hal itu bisa bekerja, keluargamu pasti masih hidup. Perjuangkanlah! Mungkin iblis memiliki cara untuk menyembuhkan adikmu, maka perjuangkanlah! Takkan ada iblis yang akan mendengarkan permohonanmu itu! Apa menurutmu kau bisa melindunginya?! Karena itu, aku bisa merebut adikmu!" Giyuu mengacungkan nichirin-nya ke depan, tepat ke arah Tanjirou.
(Y/n) yang dari tadi diam saja pun berkata, "Tidak ada gunanya kau menyesali itu, Tomioka-san. Kau pasti berpikir: 'jika aku datang setengah hari lebih cepat, mungkin keluarganya bisa selamat'. Tetapi, kau tidak bisa mengulang waktu. Jadi, hentikan pemikiran seperti itu."
Seketika Giyuu tersentak. Meskipun suara (Y/n) bervolume terlalu kecil, nyatanya ia mendengarnya dengan sangat jelas. Lagi-lagi perkataan gadis itu selalu menariknya ke pola pikir yang berbeda. Yang membuat siapapun sadar dengan kenyataan yang ada.
Kali ini, Giyuu mengarahkan nichirin-nya pada Nezuko. Tindakan itu berhasil membuat Tanjirou marah.
"Hentikan!"
Tanjirou melempar sebuah batu ke arah Giyuu yang langsung ditepis menggunakan nichirin-nya. Tanjirou berlari mengelilingi pepohonan di sekitarnya. Sekali lagi ia melempar sebuah batu dari samping dan lagi-lagi berhasil dihindari oleh Giyuu. Dengan kedua tangannya yang disembunyikan di balik punggung, Tanjirou menerjang ke arah Giyuu dari depan. Namun, Tanjirou langsung tak sadarkan diri saat itu juga. Nichirin milik Giyuu lebih cepat memukul punggungnya sehingga membuatnya tak sadarkan diri.
Tetapi, tanpa Giyuu sadari, sebuah kapak melesat ke arahnya. Mendarat tepat di samping kepalanya. Jika ia terlambat menghindar sepersekian detik saja, sudah pasti kapak itu akan membelah dua kepalanya.
Di saat yang bersamaan setelah Tanjirou pingsan, Nezuko menendang Giyuu karena kekangan tangannya mulai melemah. Alhasil, tubuh lelaki itu pun terdorong beberapa meter dari tempatnya berdiri.
Nezuko bergerak mendekat ke arah Tanjirou. Giyuu sudah kembali waspada. Namun, tak disangka justru gadis iblis itu malah melindungi Tanjirou dari Giyuu. Kali ini, Nezuko melesat maju ke arah lelaki itu. Ia mengarahkan tangannya sebagai senjata untuk menyerang. Giyuu pun menghindari serangan Nezuko dengan gesit.
Sekali lagi Nezuko menerjang ke arah Giyuu. Dan kali ini, Giyuu tidak memakai nichirin-nya. Ia membuat Nezuko tidak sadar dengan memukul leher gadis iblis itu. Seketika Nezuko tak sadarkan diri..
Sebilah bambu dipasangkan di mulut Nezuko serta sehelai kimono bernuansa merah muda pada tubuhnya. Yang seketika menciptakan rasa hangat pada permukaan kulit Nezuko.
"Jadi, bagaimana bisa kau berada di sini?" tanya Giyuu tiba-tiba, sedikit menyentak (Y/n).
Diam adalah hal yang (Y/n) lakukan. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena sangat tak mungkin baginya untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Giyuu. Pada akhirnya ia pun berbohong. "Hanya kebetulan lewat saja."
"Kau mengenal dua anak itu?" Kali ini Giyuu bertanya tentang Tanjirou dan Nezuko. Dari reaksi (Y/n) yang berusaha melindungi Nezuko, sepertinya gadis itu memang mengenal mereka berdua.
(Y/n) mengangguk. "Aku mengenal mereka. Keluarganya dibunuh saat kemarin malam. Ketika Tanjirou kembali ke rumahnya di pagi hari, keluarganya sudah menjadi tumpukan mayat. Hanya tubuh Nezuko saja yang masih terasa hangat."
"Karena itu kau tidak membiarkanku membunuhnya?"
"Ya."
Percakapan mereka terhenti karen Tanjirou yang sudah sadar. Ia mencengkeram kimono yang dikenakan Nezuko. Lalu segera memeluknya. Sementara adik perempuannya itu masih belum sadar.
"Pergilah temui pria yang bernama Urokodaki Sakonji di bawah kaki gunung Sagiri. Katakan bahwa Tomioka Giyuu mengirimmu. Jangan membuatnya terkena sinar matahari langsung." Pandangan Giyuu beralih pada (Y/n) yang berdiri tak jauh dari sisinya. "(F/n), kau ikut aku."
Seusai mengatakan hal itu, Giyuu menghilang dari pandangan mereka. Meninggalkan suasana yang tak mengenakan dan kecanggungan yang terasa kentara.
Kini mereka memutuskan untuk mengubur mayat keluarga Tanjirou yang lain tepat di depan rumahnya. Kemudian, mereka berdoa agar arwah keluarga Tanjirou yang sudah meninggal itu dapat tenang di sana.
"Tanjirou."
Tanjirou pun menoleh. Raut wajah (Y/n) yang tampak sedih dan penuh penyesalan tercetak jelas di hadapannya. Menciptakan rasa terkejut pada benak Tanjirou.
"Maaf, Tanjirou."
"Nee-san..."
"Maafkan aku karena aku tak bisa melindungi keluargamu. Maafkan aku karena aku hanya diam saja saat melihat iblis yang memangsa keluargamu. Maafkan aku yang terlalu penakut ini."
Secara perlahan, cairan bening ikut mengalir dari kedua pelupuk matanya. Ini adalah tangisannya yang pertama kali semenjak ia menginjakkan kaki di dunia Kimetsu no Yaiba. Ia sendiri tidak menyangka jika dirinya akan gagal menyelamatkan keluarga Tanjirou.
Tanjirou memberikan senyuman lembut. Ia berkata, "Tidak apa, (Y/n) nee-san. Itu bukan salahmu. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku akan menjalani hidupku dengan baik meskipun hanya berdua dengan Nezuko. Tenang saja."
Diusaplah pipinya yang basah karena air mata. "Terima kasih, Tanjirou. Kau memang anak yang baik."
"Baiklah. Sampai jumpa nanti, Nee-san. Aku yakin kita pasti bertemu lagi."
(Y/n) mengarahkan kelingkingnya pada Tanjirou. "Janji?"
Dikaitkanlaj kelingkingnya dengan kelingking (Y/n) tanpa rasa ragu. "Janji."
Itulah janji yang diikrarkan di tengah hari bersalju. Muncul sebuah ikatan tak kasat mata yang tercipta di antara mereka. Ikatan yang hanya mereka saja yang tahu.
***
First published :: November 19th, 2020
Revised :: April 21st, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top