Chapter 13 - Visited

Netra gadis itu masih terpejam. Belum ada keinginan bagi dirinya untuk membukanya. Sudah tepat dua belas jam berlalu setelah pertarungan kemarin malam. Namun, si pemilik surai (h/c) itu masih sibuk di alam bawah sadarnya. Seolah mencengkeramnya dan menahan dirinya di dalam sana.

Kerisauan masih menghantui Muichirou. Wajah lelaki itu memang selalu terlihat datar. Namun, di dalam benaknya ia merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Bahkan kemarin malam ia belum memberikan laporan kepada Kagaya berkaitan dengan misi yang ia lakukan bersama (Y/n). Tujuannya hari ini adalah melapor pada Kagaya. Setelahnya ia akan mengunjungi (Y/n) di Kediaman Kupu-kupu.

"Selamat siang, Oyakata-sama."

Sapaan yang Muichirou ucapkan membuat sebuah kurva melengkung terbuka ke atas terpatri pada wajah Kagaya. Lelaki itu menatap ke arah Muichirou yang duduk dengan tegap di hadapannya seusai membungkuk memberi salam.

Dengan nada yang terdengar lembut di telinga, Kagaya bertanya, "Selamat siang, Muichirou. Apakah ada hal yang ingin kau sampaikan?"

"Saya ingin melaporkan misi kemarin malam." Muichirou diam sejenak. Ia menyusun kata-kata di dalam benaknya. "Memang benar bahwa di desa itu terdapat seorang iblis. Kami telah berhasil membunuhnya. Namun, sayangnya (Y/n) terluka."

Tersirat keterkejutan pada air muka Kagaya. Namun, sesaat kemudian wajahnya kembali normal disertai sebuah senyuman. "Kerja bagus untuk kalian berdua. Aku hanya bisa mendoakan agar (Y/n) cepat pulih. Aku ucapkan terima kasih karena kalian sudah menyelesaikan misi itu, Muichirou."

Dianggukkan kepalanya. Pamit pun diucapkan oleh Muichirou. Tujuannya telah tercapai. Kini ia hanya perlu mendatangi Kediaman Kupu-kupu dan menemui (Y/n).

***

Selama di perjalanan, lelaki itu tampak merenung. Memikirkan apakah (Y/n) sudah siuman ataukah belum. Rasa bersalah itu kian berkembang di dalam relung hatinya. Ia merasa bersalah karena tak dapat melindungi gadis yang lebih tua empat tahun darinya itu.

Dalam benaknya, Muichirou bertanya-tanya bagaimana cara gadis itu tersenyum. Senyumannya yang dapat menenangkan siapapun itu. Juga manik (e/c)nya yang selalu berbinar dan memancarkan kehangatan di sana.

Lamunan Muichirou pun buyar kala ia tiba di Kediaman Kupu-kupu. Niatnya untuk membuka pintu setelah mengetuknya pun pudar ketika pintu tersebut terbuka dengan seorang diri.

"Apakah kau ingin menjenguk (Y/n)-chan, Tokito-san?" todong Shinobu. Kini sebuah senyum menyapa wajah datar Muichirou.

Kepalanya ia anggukkan. Sekaligus berperan sebagai jawaban atas pertanyaan Shinobu.

"Bagaimana keadaannya?" Muichirou bertanya di sela perjalanan mereka menuju tempat di mana (Y/n) berada. Rasa khawatir terselip di ucapannya. Bersamaan dengan kedua tungkai kakinya yang masih melangkah.

"Syukurlah karena (Y/n)-chan masih bisa diselamatkan tepat waktu. Ada sebuah racun yang menggerogoti tubuhnya. Sepertinya racun itu didapatkan dari serangan iblis yang kalian hadapi," jelas Shinobu.

Mendengar kata 'racun' membuat Muichirou tertegun. Lagi-lagi, perasaan bersalah itu menggelayut di hatinya. Apa yang akan dikatakan oleh (Y/n) padanya nanti? Apa gadis itu akan marah dan menjauhinya karena ia tidak bisa melindunginya? Atau justru menganggap dirinya tak ada?

"Itu bukanlah salahmu, Tokito-san."

Lamunan Muichirou buyar seketika. Ia sontak menoleh pada Shinobu yang rupanya sedang tersenyum menatapnya.

"Kau pasti berpikir seperti itu, 'kan? Rasa bersalah karena kau gagal melindunginya," tebak Shinobu yang dibenarkan oleh Muichirou dalam hati.

"Ah, sepertinya kau belum mengenal (Y/n)-chan dengan baik, ya." Shinobu menatap menerawang ke depan.

"Apa yang belum kuketahui dari dirinya?" Muichirou merasa bingung dan penasaran. Namun, tentu saja wajahnya tetap tampak datar.

Shinobu justru tersenyum. Membuat Muichirou kembali sibuk dengan pikirannya sendiri. "Jika tentang itu, lebih baik kau cari tahu sendiri," ujarnya.

Percakapan mereka terhenti kala mereka berdiri tepat di depan pintu ruangan (Y/n) berada. Diam adalah hal yang mereka lakukan. Terlebih Muichirou. Ia tampak memikirkan sesuatu seraya menatap pintu berbahan kayu itu.

"Aku akan pergi lebih dahulu. Tenanglah, jangan khawatir," ujar Shinobu untuk yanh terakhir kalinya sebelum berjalan pergi meninggalkan Muichirou seorang diri.

Pandangan Muichirou bergulir pada sebuah kantung di tangannya. Ia pun bertanya-tanya di dalam benaknya. Apa benar (Y/n) tidak akan marah padanya seperti kata Shinobu? Atau justru sebaliknya?

Dirinya landa rasa dilema untuk membuka pintu di hadapannya. Bahkan, menurutnya, menghadapi Iblis Rembulan Atas masih terasa lebih baik dibandingkan menghadapi (Y/n) sekarang.

Tunggu, mengapa dirinya menjadi mudah bimbang seperti ini?

Sambil memantapkan hatinya dan mengeratkan genggamannya pada kantung di tangannya, pintu kayu itu pun digeser. Manik mint itu tertuju pada (Y/n) yang berbaring di salah satu tempat tidur. Netra gadis itu masih terpejam. Tampak masih ingin tenggelam dalam mimpinya.

Tangan Muichirou meletakkan kantung yang ia bawa sejak tadi di meja sebelah kepala (Y/n). Kantung itu bernuansa ungu dan biru. Serupa dengan warna haori yang selalu dikenakan (Y/n).

Netranya bergulir pada (Y/n) yang masih tertidur. Bibir gadis itu terlihat pucat. Wajahnya tampak lebih tirus. Yang paling penting ialah tidak ada tatapan lembut yang memancar dari maniknya.

"Mui...-chan?"

Kelopak mata itu perlahan bergerak sebelum terbuka sepenuhnya. Apakah yang dirasakan oleh Muichirou? Tentu saja ia merasa bahagia sekaligus risau di dalam benaknya.

"Ya, ini aku."

Disunggingkannya sebuah senyum. (Y/n) pun berusaha untuk duduk dibantu oleh Muichirou. Tidak ia sangka saat dirinya terbangun, Muichirou-lah yang dilihatnya pertama kali. Menatapnya dan menunggu gadis itu hingga sadar.

"Apa itu?" Manik (e/c) milik (Y/n) tertuju pada sebuah kantung yang diletakkan di meja sebelah tempat tidur..

"Untukmu," sahut Muichirou. Ia tidak berniat untuk menjelaskan isinya. Yang secara tidak langsung menyuruh (Y/n) untuk melihat isinya seorang diri.

Tangan (Y/n) meraih kantung berwarna ungu dan biru itu. Ia membuka tali berwarna putih yang mengikat kantung tersebut. Puluhan bintang berwarna-warni terpampang di wajah (Y/n). Diambillah salah satunya.

"Ini... buatanmu?" tanya (Y/n) sangsi dan kagum di saat yang bersamaan.

"Um. Apa kau menyukainya?" Muichirou bertanya tanpa memandang ke arah (Y/n). Ia khawatir jika jawabannya tidak sesuai harapannya.

"Tentu saja aku menyukainya! Terima kasih, Mui-chan!" Sebuah senyuman terpatri di paras ayu (Y/n) kala ia mengucapkan kalimat tersebut. Tatapannya yang berbinar masih tertuju pada bintang di tangannya.

Muichirou terdiam sejenak melihat reaksi (Y/n). Ada sebuah keinginan di dalam benaknya yang tidak mungkin dapat ia lakukan tanpa seizin (Y/n). Tak ingin digandrungi oleh rasa bingung, ia pun bertanya dengan ragu, "Apakah... aku boleh memelukmu?"

Mata (Y/n) membulat. Terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Muichirou. Lagi pula, siapa yang tidak ingin memeluk karakter 2D kesukaanmu?

"Um, boleh." Senyuman masih setia berada di wajah (Y/n).

Lelaki itu pun mendekat. Diulurkan tangannya hati-hati, melingkari tubuh (Y/n) yang masih dibalut perban. Seketika rasa hangat menjalar di punggung (Y/n). Ditepuknya dengan lembut punggung lelaki itu. Di saat yang bersamaan gadis itu teringat dengan seseorang. Seseorang yang berharga untuknya namun sudah tak dapat ia temui.

"Sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat."

Sontak (Y/n) dan Muichirou menyudahi acara pelukan mereka. Secara bersamaan mereka menatap ke arah pintu. Mitsuri berdiri di sana sambil membawa keranjang rotan di tangan.

Mitsuri pun mendekat ke arah (Y/n). Ia meletakkan keranjang rotan yang dibawanya ke atas meja dekat ranjang. "(Y/n)-chan! Akhirnya kau sadar juga! Aku sudah menunggumu untuk sadar dari kemarin. Tetapi, syukurlah kau sudah sadar hari ini," ujarnya.

Kekehan keluar dari bibirnya. "Terima kasih sudah menungguku untuk sadar, Kanroji-san." Ia menyambut Mitsuri dengan kehangatan.

"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah kau sudah merasa lebih baik?" tanya Mitsuri. Rasa khawatir terselip di ucapannya.

"Tentu. Aku sudah lebih baik."

Mitsuri menoleh ke arah Muichirou. Raut bersalah tersirat pada air mukanya. "Maaf aku mengganggumu tadi, Muichirou-kun. Aku tidak berniat untuk melakukannya."

Lelaki itu hanya mengangguk dengan wajah datarnya. Tanpa mengatakan apapun melalui bibirnya.

"Ah! Aku membawa oleh-oleh untukmu. Kemarin malam, saat kau dan Muichirou-kun baru saja menyelesaikan misi, aku pun kembali dari misiku sendiri. Aku ingin sekali menemuimu secepat mungkin karena aku ingin memberikanmu ini."

Di tangan Mitsuri terdapat sebuah hiasan rambut. Hiasan rambut itu berbentuk bunga sakura yang digradasi oleh warna ungu dan merah muda. Ditambah mutiara-mutiara kecil di ujungnya. Menambah keestetikaan hiasan rambut itu sendiri.

"Ini... untukku?" Manik (e/c) gadis itu berbinar-binar melihat hiasan rambut tersebut. Sungguh indah.

"Um. Aku melihat hiasan rambut ini di sebuah toko. Kupikir hiasan rambut ini sangat cocok untukmu, (Y/n)-chan."

"Terima kasih, Kanroji-san." (Y/n) menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Perasaannya sungguh bahagia saat ini. Bayangkan saja, kedua orang yang menjenguknya membawakan sesuatu untuknya. Apakah ia tidak bisa lebih bahagia dari ini?

"Sudah kubilang, panggil aku Mitsuri-chan! Kalau kau tidak terbiasa dengan itu, Mitsuri-san pun tak apa. Jangan memanggilku dengan nama belakangku," protes Mitsuri. Wajahnya terlihat cemberut.

(Y/n) terkekeh. "Baiklah, baiklah. Mitsuri-san."

"Aku iri mendengar kau memanggil Muichirou dengan 'Mui-chan'. Itu terdengar sangat imut di telingaku, kau tahu?"

Merasa namanya dipanggil, Muichirou yang sejak tadi terdiam pun menoleh. "Kau iri denganku?" tanyanya dengan nada datar dan dingin.

"Tentu saja! (Y/n)-chan memanggilku dengan nama belakangku. Sementara kau dipanggil dengan 'Mui-chan' olehnya. Itu 'kan tidak adil!" protes Mitsuri lagi.

Helaan napas dihembuskan oleh Muichirou. "Kau hanya boleh dipanggil dengan nama depanmu saja. Selebihnya, aku melarangnya."

"Mengapa begitu? Memangnya mengapa, Muichirou-kun?" desak Mitsuri heran.

"Karena (Y/n) itu milikku."

Rasa keterkejutan menyelimuti gadis yang asmanya disebutkan itu. Sontak netranya menoleh pada lelaki yang bersangkutan. Melemparkan tatapan sangsi dan tak percaya.

"M-Mui-chan, jangan berkata seperti itu. Aku bukanlah milik siapa-siapa. Benar, bukan?" (Y/n) berusaha menghentikan keributan yang terjadi secara tak langsung di hadapannya.

Tawa seketika terdengar. Memenuhi seisi ruangan itu. Mitsuri pun mengusap air matanya yang berada di sudut mata. Ia merasa akan terjadi suatu hal yang menyenangkan di antara (Y/n) dan Muichirou nantinya.

"Aku tidak menyangka kata-kata itu keluar dari mulutmu, Muichirou-kun. Namun, sainganmu ada banyak. Maka, berjuanglah!" Ia menepuk-nepuk punggung Muichirou dengan bersemangat.

Muichirou menatap datar ke arah Mitsuri. Merasa tidak mengerti, ia pun mengulanginya, "Saingan?"

Tak ada jawaban dari Mitsuri. Ia hanya tersenyum. Namun, senyuman itu terlihat misterius di mata Muichirou.

Lelaki itu pun kembali bertanya-tanya dalam benaknya. Kegiatannya tersebut diperhatikan oleh (Y/n). Gadis itu mencuri pandang ke arahnya. Namun, sesaat kemudian ia menghela napas panjang. Dengan harapan agar Muichirou tidak terlalu memikirkannya terlalu dalam.

***

First published :: October 19th, 2020
Revised :: March 4th, 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top