Chapter 12 - Hold On

Beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian itu. Merupakan pertama kalinya bagi (Y/n) merasakan dampak yang cukup besar. Selama ini, gadis itu pun telah berusaha untuk menghindari para Hashira. Namun, faktanya dirinya terus saja terbawa ke dalam sana. Ditambah dirinya telah menjadi seorang Hashira. Alhasil, frekuensi pertemuan mereka akan menjadi lebih sering.

Hari terus berjalan, kekuatan yang Asano berikan padanya pun semakin berkurang. Hal itu dirasakan oleh (Y/n) saat ia sedang menjalankan misi waktu itu. Ia tidak bisa memakai teknik pernapasannya seperti biasa. Ada jeda sejenak sebelum (Y/n) bisa memakainya lagi. Tentunya hal itu sangatlah menghambat misinya. Namun, beruntung (Y/n) masih dapat mengatasinya berkat kedatangan sang Hashira Kabut, yaitu Tokito Muichirou.

Sejak hari itu, hubungan Muichirou dan (Y/n) menjadi semakin dekat. Entah ada apa dengan anak yang baru saja menjadi Hashira dua tahun yang lalu itu. Bertepatan dengan saat pertama kali (Y/n) menginjakkan kakinya ke dunia ini. Sepertinya Muichirou tidak ingin berjauhan dengan (Y/n). Bahkan ia membuat panggilan khusus untuk dirinya sendiri kala bersama dengan gadis itu.

Tidak ada rasa keberatan yang (Y/n). Hanya saja kekuatan Asano yang diserapnyalah yang menjadi masalah fatal. Ditambah dengan dampak yang akan ia terima nantinya.

Sayangnya, takdir tidak memihak (Y/n). Perintah mutlak yang diberikan oleh Kagaya hari ini membuat (Y/n) kembali mengerjakan misi dengan Muichirou. Gadis itu tidak bisa menolak. Alhasil, ia pun menurutinya meskipun gelisah dalam benaknya.

"Apa kau sudah siap?"

Pertanyaan dari Hashira Kabut itu membuat (Y/n) menoleh ke arahnya. Ia menatapnya sejenak. Tampak memikirkan sesuatu.

"Um, sudah. Kita berangkat sekarang sebelum hari berubah malam," jawab (Y/n) sambil mengencangkan tusuk konde di rambutnya.

Anggukan kepala Muichirou menandakan jika lelaki itu setuju dengan perkataan (Y/n). Mereka pun berjalan beriringan menuju tempat tujuan.

***

Kesunyian langsung menyapa setibanya mereka di tempat tersebut. Angin yang berhembus meniup surai (Y/n) dan Muichirou menjadi satu-satunya tanda bahwa waktu tidaklah sedang berhenti. Rasa yakin akan keberadaan seorang atau beberapa iblis di sana pun kian membesar.

"Apa kau merasa ada yang aneh?" (Y/n) bertanya pada Hashira Kabut itu.

"Ya. Sepertinya ada seorang iblis di sini."

(Y/n) pu mengangguk setuju. "Aku juga memikirkan hal yang sama. Kita harus mencari iblis itu sebelum hari menjelang subuh."

Muichirou mengangguk setuju.

Karena tidak ingin berlama-lama, mereka segera mencari keberadaan makhluk bernama iblis itu. Entah berada di mana. Namun, mereka tidak akan menyerah hingga menemukan dan membunuhnya.

Indra penciuman (Y/n) mencium bau busuk yang sangat menyengat. Bau itu bercampur antara amis darah dan sesuatu yang busuk, entah apa.

Diputuskan oleh (Y/n) untuk mengikuti bau itu. Melihat (Y/n) yang berjalan menjauh, secara spontan Muichirou pun mengikutinya. Ia merasa yakin jika gadis itu mencium bau yang sama dengannya.

Mereka pun berhenti tepat di depan sebuah rumah. Rumah itu tampak bagus dan terawat dari luar. Seperti rumah tradisional Jepang pada umumnya. Namun, bau busuk yang menyengat dari sana membuat rumah itu terlihat berbahaya.

"Aku mencium bau busuk," ujarnya. Gadis itu menunjuk ke rumah di depan mereka, "dari sana."

"Aku pikir hanya aku saja yang menciumnya. Ternyata kau juga," sahut Muichirou. Benar apa yang ia duga sebelumnya. Gadis itu pun mencium hal yang serupa.

Dilanda oleh rasa penasaran yang kuat, mereka pun memutuskan untuk menelusuri rumah tak berpenghuni itu. Di dalam sana, bau busuk itu semakin menyengat. Dicampur dengan bau amis yang sepertinya dikarenakan darah yang telah mengering.

Keinginan untuk keluar dari rumah tersebut kian menguat. Namun, (Y/n) tidak boleh bertindak setengah-setengah. Pada akhirnya, ia pun .enahan dirinya agar tidak muntah.

"Ugh... Baunya membuatku mual," keluh gadis itu sambil menutup mulut dan hidungnya. Mencegah bau itu terhirup oleh indra penciumannya.

Dalam hati, Muichirou membenarkan perkataan (Y/n). Namun, ia tidak merespon apa-apa. Rasa waspada melanda tubuhnya. Ia merasa bahwa tidak hanya ada mereka berdua di sini.

Bau busuk yang menyengat itu membuat (Y/n) ingin muntah dan segera pergi dari sana. Kendati demikian, ia tetap memperhatikan sekitarnya. Semua ruangan di dalam rumah itu ia buka untuk melihat apa yang ada di dalamnya.

Getaran yang hebat membuat (Y/n) hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya. Namun, dengan cepat ia berusaha berdiri tegak. Nichirin-nya ditarik. Kemudian, digengamnya dengan erat. Perasaan waspada mereka tingkatkan kala bangunan rumah itu berhenti bergetar.

"Dari atas!" seru (Y/n).

Sedetik setelah mereka menghindar, makhluk bernama iblis itu pun muncul dari atas. Rupanya sangat menyeramkan. Tubuhnya besar dan tingginya berkali-kali lipat dari tinggi (Y/n).

"Rupanya aku kedatangan mangsa baru!" Tawanya yang menggelegar seketika mengisi keheningan di malam itu.

"Ternyata ini semua ulahmu ya," ujar (Y/n) setelah mendecih. "Semua penduduk di desa ini telah kau makan 'kan? Aku merasa ada yang janggal dikarenakan suasana yang sangat sunyi ketika aku tiba," lanjutnya.

Tawanya kembali terdengar. "Itu benar! Aku memakan mereka semua! Terlebih anak kecil. Aku suka daging mereka! Rasanya manis dan lezat!" serunya yang meningkatkan kemurkaan (Y/n).

Ucapan iblis itu membuat (Y/n) muak. Sudah berapa manusia yang telah dimakannya? Belasan? Puluhan? Atau bahkan ratusan?

"Hati-hati, (Y/n). Ia tidak terlihat seperti iblis rendahan. Aku yakin ia sudah memakan ratusan manusia." Muichirou tiba-tiba berkata, membuat lamunan (Y/n) buyar seketika.

"Kalau begitu, kita harus membunuhnya sekarang kan?" (Y/n) memasang kuda-kudanya.

"Ya."

Tubuh gadis itu bergerak ke depan. Nichirin-nya ia arahkan ke arah leher iblis itu. "Hoshi no Kokyu: Go no Kata: Yozora no Hoshi no Utsukushi-sa!" (Keindahan Taburan Bintang di Langit Malam)

Tebasan yang bercahaya keluar dari nichirin (Y/n). Sebuah goresan terbentuk akibat dari tebasan tersebut. Namun, goresan itu pun langsung lenyap dikarenakan regenerasi sang iblis.

"Warna nichirin-mu sangat menarik, gadis kecil. Warna pelangi, bukan? Aku belum pernah melihatnya." Iblis itu berkata lagi membuat (Y/n) semakin kesal.

"Cih!" (Y/n) mendecih kesal.

Sebenarnya, (Y/n) tidaklah merasa kesal karena perkataan iblis itu. Rasa gundah itu justru muncul akibat ia tahu bahwa kekuatannya mulai berkurang. Lihat saja serangannya tadi. Hanya berupa goresan luka yang bahkan tidak sanggup menebas leher iblis itu.

"Bersabarlah, (Y/n). Ini masih permulaan," celetuk Muichirou. Membuat (Y/n) menoleh ke arahnya.

"Ya, aku tahu. Sekarang giliranmu," sahut gadis itu. Ia melangkah mundur perlahan. Memberi ruang bagi Muichirou untuk melancarkan aksinya.

"Kasumi no Kokyu: Roku no Kata: Tsuki no Kasho!" (Kabut Penyebaran Bulan)

Tubuh lelaki itu melompat ke udara. Untuk beberapa detik, ia berada di sana sebelum tebasan-tebasan yang tak terhitung jumlahnya mulai menebas iblis itu. Seketika (Y/n) terpukau akan apa yang dilakukan oleh Muichirou. Ia bahkan lupa jika dirinya tengah berada di dalam sebuah pertarungan melawan iblis.

"Sekarang, (Y/n)!"

Tersentak, (Y/n) pun kembali memasang kuda-kudanya. Lamunannya telah buyar. Kini fokusnya hanya tertuju pada lawannya di depan sana yang mulai tak berdaya.

"Hoshi no Kokyu: Hachi no Kata: Kako no Genjitsu!" (Kenyataan di Masa Lalu)

Dalam waktu sepersekian detik, (Y/n) berpindah tempat ke belakang tubuh iblis itu. Diayunkan nichirin-nya secara horizontal ke arah leher sang iblis. Sayangnya, ayunan nichirin (Y/n) hanya menebas angin.

"Kekkijutsu: Shukketsu Tsume!" (Kuku Berdarah)

Kuku-kuku iblis itu seketika memanjang. Merasa terkejut dan tak sempat menghindarinya, membuat (Y/n) terkena tusukan kuku-kuku yang tajam itu. Tidak hanya itu saja. Iblis tersebut langsung menarik kukunya kembali. Menciptakan jeritan yang amat keras di bawah sinar rembulan. Cairan merah yang kental memancar dari tubuhnya setelah ia ambruk ke atas lantai kayu.

Iblis itu tertawa nyaring. "Ini akan menjadi pertarungan yang seru!"

Atap rumah yang sebelumnya telah berlubang kini dihancurkan oleh iblis itu. Pertarungan tersebut pun dipindahkan ke luar.

Ditekanlah perutnya sendiri yang berdarah untuk mencegah darah keluar lebih banyak. Rintihannya yang menahan sakit terdengar begitu lirih di telinga Muichirou. Lelaki itu masih diam menyaksikan (Y/n) yang terluka cukup parah dengan matanya yang membulat.

Terkejut, tentu saja. Kali ini merupakan pertama kalinya bagi (Y/n) mendapatkan luka yang cukup parah, membahayakan nyawanya. Ia sendiri tidak tahu apakah dirinya bisa bertahan atau tidak saat ini.

"(Y/n)!" Muichirou pun mendekat ke arah gadis itu. Tangannya segera bergerak menekan perut (Y/n). Dengan tujuan untuk menghentikan pendarahannya.

"Jangan lengah, Mui-chan. Musuh ada di depan kita. Tenang, aku masih baik-baik saja," ujar (Y/n) sambil meringis. Disertai menahan rasa sakit yang amat sangat.

Tidak ada jawaban darinya. Muichirou tergugu sejenak. Lalu, apa yang terjadi setelahnya tidak dapat ditangkap oleh mata (Y/n). Muichirou sudah melesat dengan kecepatan tinggi. Secepat kedipan mata. Bergerak menuju iblis tersebut.

"Kasumi no Kokyu: Go no kata: Kaun no Umi!" (Laut Awan dan Kabut)

Dilepaskanlah puluhan tebasan oleh Muichirou. Iblis itu pun dibuat olehnya hingga terluka parah. Sebelum ia menyadari apa yang telah terjadi, lehernya sudah ditebas lebih dahulu oleh Muichirou. Meninggalkan jejak abu yang bertebangan mengikuti irama sang bayu.

Tatapan Muichirou dikembalikan kepada (Y/n). Matanya sontak membulat kala ia melihat gadis itu tengah meringkuk kesakitan. Ditatapnya Muichirou selama beberapa saat sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Tanpa berpikir panjang, Muichirou mengangkat tubuh (Y/n). Kedua tungkai kakinya mulai berjalan cepat sebelum akhirnya berlari di tengah kegelapan. Berusaha berlari dengan kecepatan semaksimal mungkin.

Ditatapnya (Y/n) yang berada di dalam dekapannya sekali lagi. Kekhawatiran mulai menjelma menjadi nyata. Diiringi dengan sunyinya malam.

"Bertahanlah, (Y/n)."

***

First published :: October 17th, 2020
Revised :: March 2nd, 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top