Chapter 11 - Hidden
Ucapan Shinobu itu bagaikan sebuah lonceng yang tak bersuara. Sesaat setelah Shinobu berkata demikian, mereka tidak langsung mulai menyerang. Keduanya hanya berjalan memutari halaman.
Kesempatan itu pun dimanfaatkan oleh (Y/n). Gadis itu mulai menganalisa kemungkinan serangan apa yang akan dilakukan oleh Sanemi jika dilihat dari kuda-kuda lelaki itu. Rupanya re-watch anime Kimetsu no Yaiba berkali-kali tidak menjadi suatu kesia-siaan saat ini.
"Kaze no Kokyu: Ichi no Kata: Jin Senpū Sogi!"
Sebuah tebasan angin mengarah ke (Y/n). Gadis itu tidak sempat menghindarinya karena sejak tadi ia sibuk berpikir. Dengan cekatan, (Y/n) langsung menancapkan pedang kayu di tangannya ke dalam tanah.
"Hoshi no Kokyu: Ku no Kata: Ochitsuki no Hoshi!" (Bintang Ketenangan)
Tebasan Sanemi yang baru saja ia ciptakan terlihat tidak melukai (Y/n) dengan parah. Hanya menggores pipi gadis itu. Namun, tidak terlalu dalam.
Melihat apa yang baru saja terjadi, seketika Giyuu membelalakan matanya. Tampak terkejut karena teknik yang baru saja (Y/n) pakai terlihat serupa dengan teknik miliknya. Namun, seketika wajahnya kembali normal. Apapun bisa terjadi. Mengetahui fakta bahwa (Y/n) menciptakan pernapasannya sendiri membuat Giyuu memaklumi hal tersebut.
Rasa semangat yang menggebu-gebu mengalir dalam darah Sanemi. Seusai ia melihat apa yang (Y/n) lakukan, seketika lelaki itu semakin yakin jika (Y/n) adalah lawan yang tepat baginya. "Aku merasa semakin tertarik untuk bertarung denganmu, (F/n)."
"Benarkah begitu, Shinazugawa-san?" tanya (Y/n) sambil tersenyum.
Sebuah keremehan tidak bisa diberikan pada Sanemi. Ditinjau dari anime yang telah (Y/n) tonton beberapa kali, Sanemi merupakan salah satu Hashira yang pandai berpedang. Teknik pernapasan anginnya pun tidak boleh diremehkan. Keseriusannya harus gadis itu tunjukkan saat ini.
Kali ini (Y/n) bergerak lebih cepat sebelum Sanemi sempat menyerang. Ia memutar tubuhnya ke belakang Sanemi dan bersiap menyerang. Namun sayang, lelaki itu masih bisa menangkis serangan (Y/n). Gadis itu tidak menyerah dan segera melancarkan serangan selanjutnya.
Serangan demi serangan dikeluarkan oleh (Y/n). Mereka berdua bertarung dengan penuh semangat sampai tidak memperhatikan sekitar mereka. Lupa dengan fakta bahwa saat ini mereka tengah melakukan duel, bukan sebuah pertarungan melawan seorang iblis.
"Hoshi no Kokyu: San no Kata: Yoru no Hoshi Hikari!" (Cahaya Bintang di Malam Hari)
Cahaya yang sangat menyilaukan mata berhasil membuat siapapun menutup mata mereka. Terlampau menyilaukan hingga tak terlihat apapun di depan mereka. Bahkan untuk membuka mata saja barang satu detik pun terasa sungguh sulit untuk dilakukan.
Namun, pemandangan yang ada di depan mata mereka jauh lebih mencengangkan. Tampak (Y/n) tengah menggenggam kedua pedang kayu di tangannya. Mengarahkan kedua pedang kayu tersebut secara menyilang ke leher Sanemi dari balik punggung lelaki itu.
"Ah, aku sama sekali tidak menyangka jika (Y/n)-chan-lah yang akan menang," ujar Shinobu memecahkan keheningan serta menghentikan rasa keterkejutan yang sebelumnya meliputi mereka.
Dilemparkannya kedua pedang kayu di tangannya ke atas tanah. Kemudian, tatapan (Y/n) beralih ke arah Sanemi yang berdiri di hadapannya. "Gomen, Shinazugawa-san. Sepertinya aku terlalu berlebihan padamu."
Tidak ada jawaban yang Sanemi berikan. Alih-alih memberikan respon, Sanemi justru melemparkan tatapan tajam ke arah (Y/n). Rasa kesal menyelimuti dirinya hingga sulit untuk ia tahan.
Jujur saja, gadis itu memang memiliki ketangkasan yang lebih baik daripadanya. Kerap beberapa kali Sanemi tidak bisa melihat pergerakan (Y/n). Beberapa saat yang lalu pun demikian. Ketika ia sadar, (Y/n) sudah berdiri di belakangnya.
"Sial," umpat Sanemi pelan.
Decihan keluar dari bibir lelaki itu. Digandrungi oleh rasa gundah akan apa yang baru saja terjadi. Sanemi pun hanya bisa menghindari tatapan (Y/n) yang menatapnya dengan heran.
"Ternyata (Y/n)-chan sangat kuat ya! Aku tidak tahu kalau kau sekuat itu!" seru Mitsuri bersemangat kala (Y/n) baru saja kembali duduk di sebelahnya.
Pujian Mitsuri itu pun dibalas oleh kekehan (Y/n). "Tidak, Kanroji-san. Kau jauh lebih hebat dariku," tandasnya halus.
"Kau bisa saja." Mitsuri menepuk lengan (Y/n) malu-malu. Juga disertai tawanya.
Duel itu pun terus berlanjut. Apa yang setiap Hashira lakukan (Y/n) analisa dengan baik. Ia merekam di dalam kepalanya tentang bagaimana cara para Hashira bertarung sebagai referensinya di kemudian hari. Sambil menyelam minum air.
"Ah, aku lapar sekali! Rasanya aku ingin makan delapan mangkuk sekaligus," ujar Mitsuri tiba-tiba. Ia merupakan Hashira terakhir yang melakukan duel. Lawannya ialah Obanai. Merasa tidak tega melawan lelaki itu, Mitsuri pun memilih untuk mengalah. Entah Obanai menyadarinya atau tidak kala gadis itu melakukannya.
Kekehan keluar dari bibir (Y/n) ketika ia mendengar pernyataan jujur Mitsuri. "Bagaimana jikalau aku memasak untukmu?" tawarnya.
Tawaran (Y/n) itu berhasil membuat Mitsuri menoleh sepersekian detik pada gadis itu. "Benarkah? (Y/n)-chan akan memasak untukku?" Matanya berbinar-binar menatap gadis bersurai (h/c) itu.
Anggukan kepala (Y/n) justru membuat manik emerald milik Mitsuri semakin berbinar-binar. Sebuah senyum pun mengembang di wajah (Y/n). "Apa yang ingin kau makan?" tanyanya.
"Apa saja! Biar kau saja yang memilihnya, (Y/n)-chan!" seru Mitsuri terlampau antusias.
Di balik keantusiasan yang (Y/n) tunjukkan, sesuatu yang terasa sakit di dalam dadanya telah disembunyikan. Dari semua orang, termasuk Mitsuri.
***
Rumah (Y/n) menjadi tujuan mereka saat ini. Telah diputuskan bahwa gadis itu akan memasak di rumahnya sendiri. Tidak ada rasa keberatan yang ia rasakan.
"Apakah kau memerlukan bantuanku, (Y/n)-chan?" Mitsuri menghampiri (Y/n) yang tengah berkutat di dapur.
"Ah, tidak perlu, Kanroji-san. Aku bisa melakukannya sendiri. Kau tunggu saja di sana," jawab (Y/n) seraya menatap ke arah ruang makan dengan sebuah meja di tengahnya.
"Um, baiklah."
Dilangkahkan kakinya menjauhi dapur. Telah diputuskan oleh Mitsuri untuk mengikuti perkataan si pemilik rumah. Kini ia menikmati suasana di kediaman (Y/n). Sungguh menenangkan.
Dikarenakan Mitsuri mulai merasa bosan menunggu, ia pun memutuskan untuk berkeliling. Keputusannya untuk mengunjungi halaman belakang rumah (Y/n) rupanya memang tidak salah. Pemandangan di sana sungguh memanjakan matanya. Terdapat sebuah pohon sakura serta tanaman bunga lily putih tak jauh dari sana.
Tatapan miliknya berhenti pada seseorang. Dari punggungnya, perawakannya tampak seperti seorang lelaki. Tubuhnya cukup tinggi dan tegap. Sementara surainya berwarna hitam legam. Diselimuti oleh rasa penasaran, Mitsuri pun akhirnya menepuk bahu lelaki itu.
Ditolehkan kepalanya ke belakang. Manik hazel-nya bersitatap dengan manik emerald milik Mitsuri. Kebingungan menyertainya kala ia melihat gadis itu di sana. Namun, sesaat setelahnya ia pun tersenyum.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Mitsuri penasaran. Menurutnya, tidak ada hal yang bisa dilakukan kecuali memandangi keindahan pohon sakura serta bunga lily putih di hadapan mereka saat ini.
"Aku sedang memikirkan sesuatu," jawabnya mengambang. Tampak tidak ingin menjelaskan lebih jauh.
"Apakah kau merupakan temannya (Y/n)-chan?" Dengan tatapan memicing, pertanyaan itu pun dilontarkan.
Melihat kecurigaan yang Mitsuri tunjukkan padanya, ia pun terkekeh. "Namaku Asano. Dan, ya, kau benar. Aku adalah temannya (Y/n)-san. Salam kenal, Kanroji-san."
Namanya yang diketahui oleh Asano membuat Mitsuri terkejut. Namun, kemudian ia pun memakluminya. Mungkin karena dirinya merupakan seorang Hashira secara otomatis semua orang akan mengenalnya. Begitulah yang ia pikirkan.
Rupanya pertemuan itu tidak diakhiri hanya dengan perkenalan nama mereka masing-masing. Kini mereka justru berbincang di bawah pohon sakura yang meneduhkan. Bersembunyi di balik cahaya matahari yang tidak terlalu terik.
"Kanroji-san, makan siangnya telah siap," ujar (Y/n) menyadarkan Mitsuri dan Asano. Menyadari tidak hanya terdapat Mitsuri di sana, (Y/n) pun menambahkan, "Jikalau kau pun ingin ikut makan siang bersama kami, tidak akan menjadi masalah, Asano-san."
Kini (Y/n), Mitsuri, serta Asano duduk melingkari meja kayu di hadapan mereka. Di atasnya terdapat banyak masakan buatan (Y/n) beserta dengan mangkuk berisi nasi.
Melihat Mitsuri yang telah menghabiskan beberapa mangkuk nasi, sebuah senyum pun mengembang di wajahnya. Jujur saja, melihat Mitsuri menghabiskan masakannya membuat dirinya merasa senang. Rasanya tidak sia-sia (Y/n) memasak banyak makanan saat ini.
"Ah, aku sudah kenyang! Terima kasih atas makanannya, (Y/n)-chan!" seru Mitsuri sambil mengusap-usap perutnya. Ia menatap ke arah (Y/n) dengan senyum lebarnya.
Senyuman itu pun dibalas oleh (Y/n). "Sama-sama, Kanroji-san."
Disesap ocha di dalam gelasnya. Melihat interaksi di hadapannya, Asano pun ikut menimpali, "Aku tidak tahu jika masakanmu terasa seenak ini."
(Y/n) pun terkekeh mendengar pujian dari Asano. "Namun, tetap saja tidak ada yang mengalahkan rasa sup miso buatanmu, Asano-san."
Percakapan hangat itu pun berlangsung selama beberapa saat. Mitsuri-lah yang menjadi dominan di dalam percakapan tersebut. Sesekali (Y/n) hanya menimpali. Ditambah dengan senyumnya. Namun, di balik senyumannya, gadis itu menyembunyikan rasa sesak di dalam dadanya.
Sejak tadi, (Y/n) hanya bisa menahannya. Berpura-pura bahwa dirinya memang baik-baik saja. Puncaknya adalah ketika Mitsuri pulang dari rumahnya. Di saat yang bersamaan, erangan karena rasa sakit yang tertahan sejak tadi kini terdengar dari bibir (Y/n).
"(Y/n)-san, ada apa?!"
Mendapati (Y/n) yang tiba-tiba meringkuk sambil mencengkeram pakaiannya tepat di bagian jantungnya, sontak rasa panik pun menyelimuti diri Asano. Lelaki itu segera mendekati (Y/n) dan memposisikan tubuhnya agar lebih nyaman.
"A-Aku merasa sesak, Asano-san," ujarnya lirih.
Mendengar jawaban (Y/n) itu, terlintas sebuah pemikiran dalam benak Asano. Sepertinya kekuatan miliknya yang berada di dalam tubuh gadis itu perlahan mulai terserap. Ditambah dengan (Y/n) menghabiskan waktunya bersama para Hashira hari ini.
Asano mengatupkan rahangnya. Ia merasa saat ini dirinya sungguh tidak berguna. Yang bisa ia lakukan selama ini hanyalah memberikan kata-kata motivasi kepada (Y/n). Padahal sebenarnya kata-kata tersebut tidak terlalu berguna. Hanya memberikan dampak yang sementara saja. Yang gadis itu butuhkan ialah sebuah tindakan. Bukanlah kata-kata yang semua orang bisa katakan.
"Aku yakin kau pasti bisa bertahan, (Y/n)-san."
***
First published :: October 14th, 2020
Revised :: February 28th, 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top