San

"Aku berangkat," ucapku ketika melangkahkan kaki keluar rumah. Hari Selasa. Hmph, seingatku tidak ada spesialnya seperti kemarin. Lagipula, aku hanya lupa pada hari ulang tahunku sendiri, sementara ulang tahun teman-temanku tidak.

Udara segar. Embun menambah kesejukan. Sinar matahari lembut dari balik awan jingga tipis. Aku tersenyum samar.
Ahh ... kurasa tidak ada kombinasi yang lebih menenangkan dari sebuah awal hari yang hebat.

"Kyaaa ...!!" Aku terperanjat mendengar suara jeritan itu. Siapa yang berani menambahkan komposisi baru yang justru merusak ketenangan?

Suara derap langkah itu semakin terengar jelas dari tikungan yang menuju ke arah rumahku. Hanya dalam hitungan detik, seorang gadis tampak berlari terbirit-birit menghindari sesuatu yang mengejarnya. Aku menatap heran, tidak asing dengannya.

"Ohayou [15], Erika-chan," sapaku. Alih-alih menyahut, dia justru semakin cepat berlari melintasiku dengan wajah pias, seolah tak ada siapa pun di jalan. Aku mengerutkan kening heran, memangnya ada apa?

Sepersekian kemudian kembali terperanjat melihat seekor anjing hitam tampak mendelik ke arahku. Aku sedikit gemetar melihat mata anjing tersebut yang tampak penuh kebencian. "Ehh, K-Kuro-chan .... Te-tenang ... a-ku ... bukan orang jahat ...."

Bukannya menjadi tenang, anjing itu justru semakin galak memperlihatkan barisan gigi-gigi tajamnya yang tersusun rapi. "Grrrr ...."

"A-ku ... aku h-harus ce ... ce-pat k-ke ... sekolah ...." Aku menyeringai takut mendengar beberapa kali anjng hitam itu menyalak. "M-maaf ... Kuro-chan ...," ucapku dengan suara gemetar.

"Hwaaa ...!!" Aku untuk berlari sekuat tenaga. Jika aku terlambat sedetik saja, gigi anjing itu bisa menyentuh pakaian seragamku yang sudah rapi ini, lebih parah jika kakiku ikut digigitnya.

"Kumohon jangan!!" teriakku. Napasku mulai tersengal. Tidak peduli walaupun ketenangan pagi milik orang lain lenyap karena aku, anjing itu sudah sangat dekat. Beberapa kali dia menggonggong, mengungkapkan kemarahannya.

Oh, astaga. Apa yang sebenarnya diinginkan anjing ini? Apa yang sudah Erika lakukan hingga ia marah? Apa anjing ini tidak tahu jika aku ini cynophobia [16]?

"Mitsuki-kun, ikut aku!" seru Erika yang ternyata mengamatiku dari kejauhan. Aku yang hampir tidak bisa menggunakan akal sehatku untuk saat ini hanya bisa menurut kemana pun gadis itu mengajakku berlari.

"Erika, kita mau kemana?!" tanyaku penasaran saat dia tampak membawaku ke tengah keramaian kota. Dia tidak menjawab, berbalik ke arah tikungan yang merupakan jalan buntu. Aku tersentak, bagaimana kita bisa lolos jika seperti ini? Sementara anjing itu sudah semakin dekat.

Gadis itu tampak tidak peduli, menyuruhku untuk melewati tembok yang tingginya sekitar dua meter. "Erika, kau pasti sudah gila!" seruku.

"Cepat! Tidak ada waktu lagi!!" sergahnya tak kalah galak dari gonggongan anjing hitam yang telah menemukan keberadaan kami. Aku ragu-ragu menurutinya. Kulirik jam tanganku, sepuluh menit lagi aku bisa terlambat.

"Erika, bagaimana dengan- ...." Aku hanya bisa ternganga melihat sahabat kecilku yang dikenal sebagai gadis yang feminin tanpa ragu melewati tembok itu walaupun roknya terangkat.

"Guk guk!!" Suara ajing itu kembali membuyarkan lamunanku. Moncongnya terbuka lebar nyaris sampai menggigit kakiku. Aku tidak bisa berpikir jernih. Waktuku agar tidak terlambat ke sekolah hanya sembilan menit lagi. Jika aku terlambat sedetik, kakiku bisa menjadi korbannya. Aargh ...! Aku tidak peduli lagi.

"Hiyaa!!" Entah kekuatan darimana yang membuatku melompati tembok setinggi kurang lebih dua meter itu. Sekarang, giliran Erika yang berada di seberang ternganga melihatku.

Namun, bagaimanapun juga gravitasi tetap bekerja. Untungnya aku bisa mendarat dengan kedua kaki tanpa sedikit pun cidera. Aku menghela napas lega. Akhirnya ... aku selamat.

"Nee, aku tidak percaya kau bisa melompat setinggi itu." Entahlah, aku tidak tahu apa Erika sedang memuji atau justru mengejekku yang sedang berkeringat dingin.

"Yah, aku juga tidak pecaya kau bisa melewati tembok tadi," sahutku. Senyuman di wajahnya segera lenyap. Berganti dengan tatapan marah yang terlihat lebih seram daripada anjing tadi.

"MITSUKI HENTAI [17]!!" teriaknya. Ini sudah kode, mau tidak mau aku harus berlari lagi. Padahal aku tidak pernah memperhatikan roknya yang terngkat. Sial, berapa kali aku harus dikejar-kejar seperti ini.

*

Hahh ... hari yang melelahkan. Sekarang apa lagi? Dikejar anjing, sudah. Melompati tembok, sudah. Dikejar Erika, sudah. Diomeli Yuki-sensei [18], sudah. Ulangan mendadak, sudah. Tugas menumpuk, sudah. Benar-benar paket masalah super komplit. Aargh ...! Sekarang apa lagi yang harus kuhadapi?

Aku menghela napas berat, membuka loker sepatuku. Aku tidak pernah berharap menemukan surat cinta di dalamnya seperti Kazuhiko. Lagipula, itu hanya akan menjadi harapan kosong karena pada kenyataannya tidak pernah ada surat di sana.

Eh! Sepertinya, dugaanku kali ini salah. Aku menemukannya. Pertama kali seumur hidupku.

"Wow, akhirnya ada gadis yang menyukaimu ya, Mitsuki-chan. Aku yakin, surat itu dari Erika," goda Ryuto yang sekarang hanya sendirian karena Kazuhiko ada urusan lain di ruang kepala sekolah. Aku tidak menggubris. Lebih memilih untuk memperhatikan kedua sisi amplop surat itu.

"Uehara-senpai e." (Untuk Kak Uehara)

Aku mengernyit heran sekaligus bingung. Bagaimana bisa si pengirim ini salah menaruh surat cintanya? Selain itu, kurasa aku mengenali tulisan ini.

"Hee ... ternyata hanya salah alamat ya? Sayang sekali," ujar Ryuto yang diam-diam ikut melihatnya.

Aku menggigit bibir, mencoba mengingat-ingat. Tunggu ..., aku tahu siapa ini!

*

15. Ohayou: selamat pagi.
16. Cynophobia: phobia anjing
17. Hentai: mesum.
18. Sensei: guru.

Jangan lupa vote dan comment ya 😊.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top