Chapter 8 - Starting to Collapse

Author's POV

Napas (Y/n) terengah-engah. Keringat mulai mengalir dari pelipisnya lalu turun ke dagu. Perutnya mulai terasa lapar. Ia ingin langsung makan ketika tiba di rumahnya yang berjarak beberapa meter lagi dari tempatnya berdiri saat ini.

(Y/n) membuka pintu rumahnya. Ia melangkah terseok-seok menuju ruang tengah. Lalu, ia langsung menjatuhkan dirinya ke atas sofa. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran sofa seraya memejamkan matanya perlahan.

Saat ini, (Y/n) hanya ingin tidur. Semoga saja ia bisa melupakan semuanya jika ia tidur sekarang. Kejadian menyakitkan yang selama ini ia kubur dalam-dalam dan susah payah ia lupakan, justru kembali ke permukaan hanya karena kemunculan seseorang dari kejadian itu. Seseorang yang sama sekali tidak ia harapkan kehadirannya. Bahkan di kehidupan setelah pernikahannya.

(Y/n) menyalakan ponselnya. Ia langsung mengirimkan e-mail kepada Shinsuke sebagai permintaan maafnya karena tiba-tiba pergi dari Osaka. Entah apakah Shinsuke mau memaafkannya ataukah tidak, yang penting ia telah mengucapkan maaf.

Semuanya hanya ia serahkan kepada keadaan saja.

***

Raut wajah Kenma tampak serius sejak rapat tadi pagi. Tangannya sibuk mengetik dan sesekali mengambil gelas berisi ocha yang dibawakan oleh Alisa tadi. Melihat gelas berisi ocha itu, Kenma seketika teringat dengan permintaan maaf dari Alisa saat ia baru saja tiba di kantor. Alisa membungkuk dalam-dalam seraya mengucapkan maaf atas perbuatannya kemarin malam. Dan, Kenma pun memaafkannya. Lagi pula, ia sama sekali tak mempermasalahkannya.

Di saat ia tengah mengetik presentasi untuk rapat esok siang, fokusnya teralihkan ke ponselnya yang bergetar sebanyak satu kali. Kenma meliriknya sekilas. Namun, karena ia pikir (Y/n)-lah yang mengiriminya pesan—meskipun ia merasa aneh jika (Y/n) hanya mengirimkan satu pesan saja—akhirnya ia membuka pesan itu.

Pesan itu berasal dari e-mail yang ia kenal. Bahkan dari nama e-mail itu terlihat sangat random. Seolah-olah alamat e-mail itu hanya dibuat untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Kenma.

Namun, ketika ia membuka pesan itu, Kenma langsung membelalak kaget. Bukan, bukan karena isinya tentang pernyataan cinta seseorang. Melainkan karena sebuah gambar berbentuk persegi panjang di dalam e-mail tersebut.

***

(Y/n) bersenandung ria. Ia tengah memasak makan malam untuk dirinya dan Kenma. Karena perasaannya saat ini sedang bercampur aduk, ia tak begitu yakin jika rasa masakannya akan terasa enak. Namun, untuk memberikan kejutan pada Kenma jika ia sudah pulang lebih cepat—lebih tepatnya memulangkan diri sendiri—maka (Y/n) akan memasak makan malam.

Setelah meniriskan minyak dari ebi tempura yang (Y/n) goreng, ia pun meletakkannya ke atas piring. Piring itu ia letakkan ke atas meja makan. Sekarang, (Y/n) hanya perlu duduk manis di sofa depan televisi sambil menunggu Kenma kembali.

"Tadaima."

Suara yang sudah sangat (Y/n) rindukan itu tiba-tiba menyapa daun telinganya. Membuat gadis itu langsung berlari kecil ke depan pintu masuk rumah.

Kenma sontak menatap kaget ke arah (Y/n). Yang tak ia sangka jika akan berada di rumah mereka.

"Kenma-kun! Aku merindukanmu!" (Y/n) langsung menghambur ke tubuh Kenma untuk memeluknya.

Namun, tidak seperti harapan (Y/n), Kenma tak membalas pelukannya. (Y/n) pun mendongak, menatap ke arah Kenma yang juga tengah menatapnya.

"Kenma-kun...?" Ia spontan memanggil nama lelaki itu. "Ada apa denganmu?" tanyanya.

Kenma masih diam. Ia mengeluarkan ponselnya. Lalu, menunjukkan ke depan wajah (Y/n). Keterkejutan terlihat jelas di wajah (Y/n). Karena sebuah foto yang diperlihatkan oleh Kenma.

Adalah ketika Kuroo mencium dirinya dengan paksa.

"Apakah kau bisa menjelaskan ini padaku, (Y/n)?" todong Kenma.

"K-Kenma-kun, dari mana kau m-mendapatkan f-foto itu?" (Y/n) menatap pada Kenma sambil menggigit bibirnya.

"Tidak penting aku mendapatkannya dari mana. Yang penting adalah jelaskan padaku apa yang kau lakukan dengan lelaki itu." Kenma terlihat marah sekarang. Namun, di balik amarahnya terdapat kekecewaan yang sangat besar.

"A-Aku bisa jelaskan. Tolong dengarkan aku dulu," pinta (Y/n) memohon.

"Kalau begitu, jelaskan padaku." Kenma memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

Meskipun (Y/n) sudah menyusun kata-kata untuk ia ucapkan, namun kata-kata itu tak ingin keluar. Justru terasa seperti tersangkut di kerongkongannya.

"Mengapa kau tak menjelaskannya?" Kenma pun bertanya setelah keheningan yang cukup lama.

(Y/n) terdiam. Ia ingin mengatakannya, namun ia tak bisa. Apa yang membuat dirinya menjadi pengecut seperti ini? Padahal ia adalah gadis yang selalu mengatakan semua hal dengan to the point. Tanpa basa-basi lebih dahulu.

"Sepertinya kau memang menolak untuk menjelaskannya padaku, (Y/n). Ataukah kau tak ingin aku mengetahui hubunganmu dengannya?" cecar Kenma.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya! Aku membencinya!" jerit (Y/n) frustasi.

Kenma tampak tertegun. "Lalu, mengapa? Mengapa kau tak ingin menjelaskan semuanya?"

"Karena... karena..."

Ah, rasanya (Y/n) ingin menusuk dirinya sendiri agar kata-kata yang ingin ia katakan dapat keluar dari kerongkongannya.

Kenma tampak mulai jengah. Ia tak mengatakan apa-apa lagi lalu berbalik dan meninggalkan (Y/n) sendirian di sana dengan kesedihan dan kemarahan pada dirinya sendiri.

***

"Alisa, tolong cari semua identitas pegawai dan pemilik dari perusahaan ini." Kenma menunjuk pada sebuah lambang perusahaan hotel tempat (Y/n) bekerja saat ini.

"Baik, Kenma-sama." Alisa langsung berlalu dari ruangan Kenma setelah mendapatkan tugas itu.

Kenma memijat keningnya. Kepalanya terasa pening. Ia sama sekali tidak tahu siapa lelaki yang berani menyentuh (Y/n)-nya. Apakah seseorang dari masa lalu (Y/n) yang tak pernah gadis itu ceritakan pada dirinya? Ya, ia memang tahu masa lalu kelam milik (Y/n).

Seorang teman masa kecil gadis itu yang telah merenggut mahkota berharganya. Pada saat (Y/n) menceritakan kejadian itu pada Kenma beberapa tahun sebelum mereka menikah, gadis itu terlihat sangat terpukul. Bagaimana tidak, satu-satunya teman berharga yang ia miliki justru melecehkannya dan bahkan menanamkan benih pada dirinya. Mengingatnya saja, Kenma ingin menghajarnya sekuat tenaga.

Lalu, mengapa (Y/n) sulit sekali untuk menjelaskan foto yang Kenma tunjukkan padanya? Apakah benar akan sesulit itu hanya untuk mengatakan sebuah kebenaran? Kenma sama sekali tidak paham. Namun, yang pasti sebuah pertanyaan yang sama berputar-putar di dalam kepalanya.

Mengapa semuanya menjadi seperti ini?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top