Chapter 7 - Ich Hasse Dich

Author's POV

Masih sama seperti hari sebelumnya, (Y/n) menjalankan pekerjaannya dengan seperti biasanya. Ia mengurus jadwal Shinsuke, mengadakan rapat-rapat lain, juga melakukan aktivitasnya sendiri. Perbedaannya hanya terletak pada pesan yang Kenma kirimkan dan baru saja dibaca oleh (Y/n) tadi pagi. Hanya pesan singkat yang sudah cukup membuat hatinya menghangat.

Sambil membereskan dokumen-dokumen yang berserakkan di depannya, (Y/n) melirik ke arah pintu. Kini ia hanya berada seorang diri di ruangan tempat rapat tadi diadakan. Para karyawan yang lain sudah keluar terlebih dahulu. Hanya tersisa (Y/n) seorang diri di sana.

(Y/n) pun mengambil dokumen-dokumen yang sudah ia masukkan ke dalam amplop kertas. Setelah itu, ia hendak keluar dari ruangan itu. Tujuannya saat ini adalah makan siang. Wajar saja, jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Adalah waktu yang tepat untuk mengisi perutnya.

Tatapannya tertuju pada pintu kamarnya yang tertutup. Ia akan meletakkan dokumen yang ia pegang di kamarnya. (Y/n) berniat untuk membuka pintu ketika tangan seseorang mencegahnya. Detik selanjutnya, tubuh gadis itu sudah merapat pada dinding dan di hadapannya berdiri seorang lelaki yang paling tak ia inginkan keberadaannya ada di dunia ini.

"Apa maumu?" Tanpa basa-basi, (Y/n) langsung menembak pertanyaan.

"Hanya ingin menghabiskan waktuku denganmu."

(Y/n) memutar bola matanya. Ia menggeser tangan Kuroo yang berada di kanan wajahnya. Menahan gadis itu untuk bergerak.

"Biarkan aku pergi, Tetsurou."

"Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku."

(Y/n) hanya bisa menghela napas. "Kalau begitu, jauhkan tanganmu dari dinding dan jangan membuat posisi ini terlihat ambigu."

"Baiklah, baiklah jika itu maumu." Kuroo pun mengangkat tangannya dari dinding. Kini (Y/n) bisa berlari jika terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan? Aku akan jujur padamu, aku tak suka berada di dekatmu," ujarnya ketus.

"Whoa, whoa! Tunggu sebentar, (Y/n). Kau serius saat mengatakan itu?" Kuroo menaikkan sebelah alisnya.

"Tentu saja. Untuk apa aku bercanda? Tidak ada yang bisa ditertawakan," balas (Y/n) tak suka. "Cepat tanyakan apa yang ingin kau tanyakan. Masih ada hal yang ingin kukerjakan."

"Baiklah," sahutnya akhirnya.

Kuroo tampak diam sejenak. Lalu, ia menatap (Y/n) dengan serius.

"Mengapa kau tak melahirkan anakku saat itu?"

Jantung (Y/n) seketika terasa berhenti berdetak. Ia menatap pada lelaki di hadapannya itu. Di matanya terkilat amarah yang terlihat jelas.

"Melahirkan anakmu?" (Y/n) mendengus. "Apakah kau pikir aku cukup bodoh untuk membuat keputusan itu? Memangnya mengapa jika aku tak melahirkannya? Lagi pula, kejadian lima belas tahun yang lalu itu hanyalah kecelakaan. Aku juga sudah melupakannya."

"Lantas, jika memang itu alasannya, mengapa kau justru menghilang dari pandanganku?" tanyanya lagi.

"Apakah kau lupa satu hal?"

Kuroo diam saja. Ia tidak tahu harus berkata apa saat ini.

"Sejak kau melakukan hal yang tak pernah kusangka itu, aku..." (Y/n) diam sejenak, lalu ia melanjutkan, "sudah membencimu, Tetsurou."

Kuroo sama sekali tidak terkejut dengan perkataan (Y/n). Rasa benci memang pasti ada di antara mereka. Benci bisa menjadi cinta, namun cinta juga bisa menjadi benci, bukan? Bukankah benar begitu?

"Sekarang semuanya sudah jelas. Sudah tak ada yang perlu kujelaskan lagi padamu."

(Y/n) langsung membuka pintu kamarnya dengan cepat setelah ia mendapatkan kesempatan. Namun, siapa sangka jika Kuroo akan menarik tubuhnya dan menahannya pada dinding? Kuroo meletakkan tangannya pada dinding untuk mencegah (Y/n) kabur. Ia pun mendekatkan wajahnya pada (Y/n).

Detik selanjutnya, bibir mereka bertemu.

(Y/n) membulatkan matanya. Ia mendorong dada bidang milik Kuroo sekuat tenaganya. Namun, Kuroo justru melumat bibirnya dan tak membiarkan (Y/n) bisa melepaskan dirinya dari kurungan lelaki itu.

Selanjutnya, Kuroo menarik tangan (Y/n) masuk ke dalam kamar gadis itu. Ia langsung mendorong tubuh (Y/n) ke atas tempat tidur tepat ketika pintu tertutup. Tangan gadis itu ia tahan di atas kepalanya.

"Lepaskan aku!" jerit (Y/n).

"Jika jawabanmu yang tadi adalah benar, maka aku hanya perlu melakukan hal yang sama agar kau mengingat apa yang kita lakukan saat itu." Kuroo menyeringai di depan wajah (Y/n).

Jujur saja, saat ini Kuroo terlihat seram. (Y/n) ingin pergi dari sana. Namun, sekuat apapun ia berusaha, ia tak mampu untuk bergerak. Tetapi, ia sama sekali tak boleh menyerah sekarang.

Kuroo mulai meraba tubuhnya di tempat-tempat  yang cukup sensitif. Akibatnya, sebuah lenguhan lolos dari bibir (Y/n). Membuat Kuroo tampak menyeringai dengan tatapannya yang mengejek.

Apa yang bisa kulakukan sekarang? pikir (Y/n) sambil memutar otaknya.

Tangannya ditahan oleh Kuroo sehingga ia tak bisa menggunakannya. Namun, tiba-tiba terbesit sebuah ide di dalam kepalanya. Dan, tanpa pikir panjang, (Y/n) langsung melakukannya setelah ide itu terlintas.

(Y/n) menendang masa depan milik Kuroo dengan kakinya.

Kuroo sontak melepaskan tangannya dari (Y/n). Gadis itu langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur. Selama Kuroo masih kesakitan, (Y/n) pun mengambil sling bag-nya lalu ia langsung kabur dari sana. Awalnya, ia ingin mengunci Kuroo di dalam ruangan itu. Namun, ia tak tahu di mana letak kartu yang bisa mengunci pintu itu. Akhirnya, ia hanya meninggalkan lelaki itu di sana.

***

Setelah menaiki taksi yang pertama kali melintas di depannya, (Y/n) pun tiba di Stasiun Shin-Osaka. Tujuannya hanyalah pulang. Ia sudah tak peduli dengan pekerjaannya nanti. Jika ia akan dipecat, maka ia akan menerimanya dengan lapang dada. Atau bahkan ia akan bersyukur dan mengadakan pesta. Oke, pilihan yang terakhir sangat berlebihan.

(Y/n) pun langsung masuk ke dalam kereta yang mengantarkan penumpangnya ke Tokyo. Gadis itu menyalakan ponselnya. Ia langsung memblokir ID LINE milik Kuroo. Di antara mereka sudah tak diperlukan lagi sebuah hubungan yang baik. Semuanya sudah sangat jelas karena...

...gadis itu telah membencinya.

***

Yo minna!

Apakah kalian tau apa arti judul chapter ini? Yah, kalo gak tau bisa cari di google translate ya, minna😌

Kabar baiknya, diriku udah gak kena writer's block lagi untuk cerita ini. Bahkan sekarang ide lancar kek air🛐✨

Semoga aja bisa cerita ini bisa tamat dengan cepat. Karena pasti ada di antara kalian yang lama-kelamaan bosen nungguin update🚶‍♀️

Makasih banget ada di antara kalian yang masih baca dan bahkan vomment jugaa. Makasih yaa UwU❤✨

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top