Chapter 3 - You...
Author's POV
Semenjak bangun pagi tadi, (Y/n) sudah berkutat di dapur. Suasana hatinya sangat bahagia hari ini. Ia sedang memasak sarapan untuk dirinya dan juga Kenma. Seperti biasanya, ia akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor.
"Ohayou, Kenma-kun," sapa (Y/n) tepat di saat Kenma baru saja keluar dari kamar.
"Apakah kau ingin sarapan dulu?" tawar (Y/n) ketika Kenma mendekat ke arahnya.
Kenma tidak menjawab apa-apa. Ia langsung memeluk tubuh (Y/n) yang masih memakai apron di tubuhnya. Dilihat dari wajah lelaki itu, ia terlihat masih mengantuk. Seketika, (Y/n) merasa heran dengan sikap Kenma pagi ini. Namun, ia juga membalas pelukannya.
"Ohayou, (Y/n)," bisik Kenma di telinga (Y/n). Membuatnya merasa geli seketika.
"Oh, ayolah. Kau tak ingin memakan sarapanmu? Aku sudah membuatnya sejak tadi pagi," ujar (Y/n) sambil mengusap surai Kenma dari belakang.
"Aku ingin memakanmu."
(Y/n) sontak berusaha melepaskan pelukan Kenma dari tubuhnya. Mendengar apa yang suaminya katakan tadi, (Y/n) langsung tahu apa yang ia inginkan. Dan, ia sama sekali tidak ingin melakukannya sekarang.
"Kau menolaknya?" Kenma bertanya dengan wajah datarnya. Ia sudah tidak memeluk (Y/n). Namun, justru kini posisi berdiri lelaki itu terlihat lebih berbahaya bagi (Y/n).
"B-Bukan begitu. Apakah kau tak ingat jika aku akan pergi ke Osaka hari ini?" (Y/n) berusaha membuat Kenma luluh dan membiarkannya pergi dari sana.
"Oh. Lalu, mengapa?"
"Mengapa kau malah bertanya 'mengapa'?" (Y/n) menghela napas kemudian. "Kita sarapan dulu, Kenma-kun."
(Y/n) berusaha mendorong dada bidang milik Kenma yang masih berdiri di depannya. Namun, lelaki itu tak bergerak seinci pun.
Hingga tiba-tiba terdengar bunyi yang memecahkan keheningan berasal dari perut Kenma. (Y/n) sontak tertawa ketika raut wajah Kenma berubah memerah. Lelaki itu langsung bergeser dari hadapan (Y/n). Membiarkannya untuk lewat.
"Kau juga sudah lapar, bukan? Lagi pula, sebentar lagi kau harus pergi ke kantor, Kenma-kun," ujar (Y/n) mengingatkan.
"Hm," sahut Kenma singkat.
Pada akhirnya, (Y/n) pun dapat menghela napas lega. Ia pun memakan sarapannya dengan santai beserta Kenma yang duduk di depannya.
"Kau ingin tambah?" tanya (Y/n) saat melihat mangkuk milik Kenma telah tandas.
Kenma menggeleng. "Tidak. Aku sudah kenyang."
"Ah, begitu. Baiklah."
(Y/n) pun bangkit berdiri. Ia mengambil peralatan bekas makan miliknya dan milik Kenma. Setelah itu, ia berlalu ke bak cuci piring dan mulai mencucinya.
"Lebih baik kau mandi sekarang, Kenma-kun," ujar (Y/n) masih sambil berkutat dengan peralatan bekas makan mereka. "Aku sudah siapkan air hangatnya," tambahnya.
"Terima kasih," sahut Kenma lalu segera beranjak ke kamar mandi yang berada tak jauh dari sana.
Seusai mencuci piring, (Y/n) mengeringkan tangannya pada sebuah kain lap. Ia pun melepas apron yang dikenakannya. Melipatnya, lalu menaruhnya ke tempat semula.
Kemudian ia berjalan ke kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah koper berukuran kecil. Di dalamnya, sudah terisi berbagai kebutuhannya untuk lima hari ke depan di Osaka.
"Biar aku yang bawa."
Suara yang sudah sangat (Y/n) ingat itu mengalihkan perhatiannya. Ia membiarkan Kenma mengambil alih koper di tangannya. Lalu, ia membawanya menuju pintu rumah mereka.
"Kau benar-benar akan pergi?"
(Y/n) yang tengah menurunkan pegangan koper pun menoleh. Kenma berdiri di sampingnya.
"Mochiron. Ini adalah pekerjaanku," jawab (Y/n) tanpa berpikir panjang. (Tentu saja)
Kali ini, (Y/n) mendekat pada Kenma. Ia langsung memeluk tubuh lelaki itu sambil mengusap-usap punggungnya dengan lembut. Kenma pun langsung membalas pelukannya.
"Hanya lima hari saja. Selama itu, kau harus menjaga dirimu sendiri ya, Kenma-kun."
Kenma mengangguk meskipun dari wajahnya ia tampak tidak ingin melepaskan (Y/n). Tak lama kemudian, Kenma mendekatkan wajahnya pada (Y/n). Lalu, ia mengecup bibir ranum milik gadis itu. Awalnya (Y/n) terkejut. Namun, akhirnya ia pasrah saja.
"Mengapa kau tiba-tiba menjadi agresif?" celetuk (Y/n) setelah ia melepaskan ciuman itu.
Kenma hanya menatap ke arah lain. Ia tidak berani menatap kepada (Y/n). Pertanyaan (Y/n) tadi berputar-putar di dalam kepalanya.
"Ah, tapi tidak apa. Aku juga mencintai Kenma yang agresif seperti tadi," goda (Y/n) sambil terkikik geli.
Masih tidak menatap (Y/n), Kenma berucap, "Tiba-tiba saja aku ingin melakukannya."
(Y/n) terdiam sejenak. Lalu, ia tersenyum simpul. "Jaga dirimu baik-baik. Jangan rindu padaku, oke?" pesannya sambil menarik kopernya.
"Aku tidak bisa menuruti perkataanmu yang terakhir," ujar Kenma seraya membuntuti (Y/n) keluar dari rumah.
"Are? Mengapa? Bukankah itu hal yang mudah?" (Y/n) pun berbalik dan menatap Kenma.
"Itu adalah hal yang paling sulit selain mengurus perusahaan Tou-san."
(Y/n) terkekeh lagi. "Kalau begitu, jangan pernah lupakan aku. Bahkan sedetik pun. Karena aku juga tidak akan melupakanmu."
"Um. Aku pasti akan melakukannya."
(Y/n) memeluk Kenma sekali lagi. Lalu, ia beranjak pergi dan masuk ke dalam taksi yang sudah menunggu di depan rumahnya. Meninggalkan Kenma, suami tercintanya.
***
Setelah menempuh perjalanan selama dua jam tiga puluh menit dengan shinkansen, akhirnya (Y/n) tiba di Osaka. Para pegawai kantor yang lain juga sudah berada di Stasiun Shin-Osaka. (Y/n) langsung bergabung dengan mereka.
"(Y/n)-san! Sini, sini!"
Dengan bersemangat, (Y/n) pun mendekati salah satu teman dekat di kantornya, Kou.
"Bagaimana kabarmu, Kou-san?" tanya (Y/n) ramah sambil membuka percakapan.
"Baik! Bagaimana denganmu? Tentunya kau pasti masih bersama dengan suamimu itu kan? Kenma-san?" cerocos Kou panjang lebar.
(Y/n) terkekeh. "Aku baik-baik saja. Tentu, kau benar. Hubunganku dengan Kenma-kun baik-baik saja. Terlalu baik malah."
"Ah, jika aku adalah kau, aku tidak akan bekerja di kantor ataupun tempat lain. Aku pasti akan menikmati hidupku sebagai Nyonya Kozume," ujarnya iri lalu terkekeh.
(Y/n) hanya tersenyum menanggapi. Ia pun menatap ke sekelilingnya. Suasana di Stasiun Shin-Osaka cukup ramai. Banyak orang yang memiliki kesibukan mereka masing-masing.
"(Y/n)."
(Y/n) langsung menoleh ketika ia dipanggil. Namun, tatapannya langsung berubah kaget ketika ia melihat siapa orang yang memanggilnya.
"Kau..."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top