Chapter 13 - Don't Be So Childish

Author's POV

Seusai makan malam yang penuh kesengsaraan itu berakhir, Kenma dan (Y/n) pulang. Lebih tepatnya, Kenma mengantar (Y/n) pulang. Bukan pulang bersama seperti ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas dulu.

Semenjak kepergian Kenma di depan pintu rumahnya, (Y/n) hanya bisa berbaring di atas tempat tidurnya. Matanya menolak untuk tertutup dan pikirannya pun ikut menolak untuk diam barang sejenak. Ditambah insomnia-nya kembali kambuh. Gadis itu sempat menelan obat tidur dengan dosis yang lebih dari cukup. Namun, bukannya jatuh tertidur justru matanya terbuka lebar. Entah ia harus bagaimana lagi agar dirinya dapat tidur dengan nyenyak.

(Y/n) menyalakan ponselnya. Pukul satu lebih enam belas menit. Sudah empat jam berlalu setelah Kenma mengantarnya pulang. Ia tidak tahu ke mana Kenma pergi setelahnya. Mungkin ke apartemennya yang dulu atau mungkin juga ke rumah wanita lain. (Y/n) sama sekali tidak peduli. Yang ia inginkan saat ini hanyalah tidur dan melupakan masalah hidupnya.

Ibu jarinya bergerak lincah di atas layar ponsel. Men-scroll layarnya ke atas untuk mencari nama Yachi di antara ruang chat yang bertebaran. Seusai menemukannya, ia pun tersenyum senang. Namun, senyum itu segera lenyap kala ia tidak melihat ada balasan apapun dari Yachi.

Setelah mendatangi pesta pernikahan (Y/n) dua tahun yang lalu, (Y/n) dan Yachi belum saling menghubungi lagi. Sebelumnya ia pernah mencoba menghubungi Yachi setelah beberapa bulan dirinya menikah.  Namun, sama seperti saat ini, Yachi tidak juga membalas pesannya. Satu-satunya hal yang mungkin terjadi adalah Yachi telah mengganti ID LINE-nya.

"Aku ingin berbicara denganmu lagi, Yachi..."

***

Sesuai perkiraannya sebelumnya, (Y/n) kembali tidak tidur. Bagian hitam di kantung matanya terlihat semakin parah. Kini matanya tampak sekilas seperti mata seekor panda. Hitam pekat.

Dihembuskannya napas panjang. (Y/n) mengabaikan kantung matanya itu dan kembali beraktivitas seperti biasanya. Beruntung hari ini adalah hari Minggu. Tidak ada pekerjaan yang menumpuk dan menunggu untuk dikerjakan oleh (Y/n). Hanya menyusun jadwal baru di minggu depan untuk atasannya, Kita Shinsuke.

Dikarenakan (Y/n) tiba-tiba merasa lapar, gadis itu beranjak ke dapur. Ia membuka pintu kulkas dan tidak menemukan apa-apa di dalamnya. Hanya ada dua butir telur yang masih tersisa.

Sudah bosan memakan telur terus-menerus, (Y/n) pun memutuskan untuk pergi ke minimarket yang berada tak jauh dari rumahnya. Ia mengambil sling bag miliknya lalu mengisinya dengan ponsel dan beberapa lembar uang.

Manik (e/c)nya melirik ke luar jendela kamarnya yang cukup besar. Tidak ada awan gelap yang menggantung di sana. Bahkan langit cukup terlihat cerah dengan warna biru yang terbentang. (Y/n) pun memutuskan untuk tidak membawa payung.

***

Otaknya berpikir keras. Memilih antara dua pilihan yang cukup sulit di hadapannya. Onigiri rasa tuna mayo berada di tangan kirinya sementara itu onigiri dengan rasa yang normal berada di tangan kanannya. Perbedaan harga di antara keduanya cukup jauh dan membuat (Y/n) dilema hingga berpikir keras. Padahal ia hanya perlu memilih yang ia suka saja.

Setelah pertempuran antara logika dan perasannya, akhirnya (Y/n) beranjak ke kasir dengan onigiri rasa tuna mayo di dalam keranjang beserta beberapa perlengkapan untuk bahan masakan beberapa hari ke depan.

"Terima kasih."

(Y/n) membuka pintu minimarket sambil menjinjing tas belanjanya. Ia baru saja berniat untuk belok di ujung jalan ketika bahunya ditepuk dari belakang.

"(Y/n)-chan?"

Mendengar suara yang sudah sangat sering memberikan nasihat untuknya itu, (Y/n) pun menoleh dengan penuh harap. Berharap jika dirinya tidak salah dan menemukan seseorang yang paling ingin ia temui saat ini.

Yachi.

Gadis bersurai pirang itu kini berdiri di hadapan (Y/n) sambil tersenyum lebar. Ia langsung memeluk (Y/n) tanpa berpikir dua kali. Yang dipeluk pun ikut tersenyum dan membalas pelukan Yachi.

"Bagaimana kabarmu, (Y/n)-chan?"

"Baik, mungkin." Terselip perasaan ragu di saat (Y/n) menjawab pertanyaan Yachi.

"Eh? Apakah kau benar-benar baik saat ini, (Y/n)-chan?" Yachi kembali bertanya dengan khawatir.

"Sudah, sudah. Jangan khawatirkan aku. Yang lebih penting saat ini adalah ke mana saja kau pergi selama ini, Yachi? Aku sudah pernah menghubungimu melalui LINE. Namun, kau tidak pernah membalasnya sekalipun. Apakah kau telah mengganti ID LINE-mu?" cerocos (Y/n) panjang lebar.

Yachi menggaruk tengkuknya yang dibalut oleh turtle neck yang dikenakannya. "Ah, ya. Aku menggantinya karena kebetulan nomor ponselku juga kuganti. Gomen, (Y/n)-chan. Aku benar-benar lupa untuk memberitahumu." Wajahnya tampak menyesal.

"Iie, tidak apa-apa. Yang penting saat ini aku sudah bertemu denganmu lagi. Omong-omong, bagaimana kabarmu, Yachi?" (Y/n) tersenyum lebar seraya berjalan di trotoar.

Yachi pun mengikuti langkah (Y/n). "Aku baik-baik saja. Kau pasti masih bersama Kozume-kun, bukan?"

Langkah kaki (Y/n) sontak terhenti. Gadis itu diam dan dalam hitungan detik setelahnya ia mulai menjelaskan semuanya kepada Yachi. Yachi mendengarkannya hingga selesai. Tanpa menyela ataupun membantah perkataan (Y/n).

"Jadi, ia kembali menemuimu?" 'Ia' yang Yachi maksud di pertanyaan sudah pasti merupakan Kuroo. Lelaki brengsek yang telah seenaknya merebut mahkota berharga milik (Y/n).

"Ya, begitulah. Aku tidak ingin membahas tentangnya, Yachi. Menurutmu, apa yang harus kulakukan saat ini?" (Y/n) kembali diam. Ia bingung harus melakukan apa. Padahal sudah jelas jika ia harus mendengarkan penjelasan Kenma.

"Kau yakin kau membutuhkan saran dariku? Bukankah kau sudah tahu apa jawabannya, (Y/n)-chan?" Yachi menatap (Y/n) lurus.

(Y/n) pun mengangguk. Ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Namun, ia lebih memilih untuk tidak melakukannya ketimbang dilakukan.

"Lalu, apa yang kau tunggu? Cepatlah lakukan itu, (Y/n)-chan."

"Aku takut, Yachi." (Y/n) diam sejenak. Mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakannya. "Aku takut jika kebenaran yang kudengar nanti akan lebih menyakitkan. Bagaimana jika ternyata Kenma mencintai perempuan lain? Apa yang akan terjadi padaku?"

Yachi tersenyum simpul. "Kau tidak perlu ragu tentang itu, (Y/n)-chan. Bukankah Kozume-kun sudah pernah mengatakan perasaan yang sesungguhnya kepadamu? Untuk apa kau masih merasa ragu?"

Ya, perkataan Yachi ada benarnya. Untuk apa dirinya masih merasa ragu? Kenma memang mencintainya, bahkan sangat. Dan saat ini (Y/n) sudah tidak ingin menyia-nyiakan perasaan Kenma kepadanya, lagi.

"Terima kasih, Yachi. Kau memang satu-satunya sahabat terbaik yang pernah kumiliki." (Y/n) tersenyum lebar.

Yachi pun membalas senyumannya. Ia tidak ingin hubungan (Y/n) dengan Kenma akan berakhir kandas karena sebuah kesalahpahaman semata.

"Yachi, aku minta ID LINE-mu yang baru, ya."

***

Hujan turun dengan deras dalam hitungan detik setelah ribuan tetesan air itu membasahi bumi. (Y/n) hanya bisa berteduh dengan panik di sebuah halte bus. Ia menunggu hujan untuk reda. Sama seperti orang-orang yang berdiri di sekitarnya.

Pembicaraan di antara dirinya dengan Yachi telah membuatnya lebih baik. (Y/n) kini sudah sangat yakin dengan apa yang harus ia lakukan. Toh ia memang harus melakukan hal tersebut. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelah ia melakukannya.

"Aku menyesal tidak membawa payung tadi," gerutu (Y/n) sambil mengusap kedua tangannya untuk memberikan kehangatan.

"Sepertinya hujan akan lama berhenti."

"Ya, kau benar. Mau terobos saja?"

Komentar orang-orang di sekitar (Y/n) membuat gadis itu berpikir ulang untuk menunggu. Sebentar lagi langit pun akan berubah malam. (Y/n) juga yakin jika hujan tidak akan berhenti dalam waktu singkat. Akhirnya, ia memutuskan untuk berlari di bawah hujan seraya menutupi kepalanya dengan kedua tangan.

Semoga saja dirinya tidak demam di esok hari.

***

Yachi best gurl🛐✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top