Chapter 1 - Sweet Melody

Author's POV

"Tadaima, (Y/n)."

Suara pintu yang baru saja dibuka membuat (Y/n) mengalihkan pandangannya dari arah televisi yang menyala. Ia langsung mendekati Kenma dan membantunya melepaskan jas yang dikenakannya.

Di saat (Y/n) baru saja ingin melangkah pergi, Kenma menahan tangannya. Lelaki itu langsung memeluk tubuh (Y/n) dari belakang.

"Tunggu sebentar, (Y/n)."

(Y/n) tersenyum kecil. Ia pun berbalik dan membalas pelukan Kenma.

"Okaeri, Kenma-kun."

(Y/n) melepaskan pelukan mereka. Lalu, ia berlalu ke dapur. "Aku sudah memasak untuk makan malam. Apakah kau ingin makan sekarang?" tanyanya ke arah Kenma yang tengah ingin duduk di kursi meja makan. "Apakah kau ingin mandi dulu? Aku akan sudah siapkan air hangatnya."

Kenma diam sejenak. Lalu, ia menjawab, "Aku ingin mandi dulu saja."

"Baiklah."

Seusai menjawab pertanyaan (Y/n), Kenma berlalu ke kamar mandi. Sementara itu, (Y/n) menata peralatan makan ke atas meja makan. Ia menuangkan sup miso ke dalam panci lalu meletakkannya ke atas kompor. Bunyi kompor yang menyala terdengar di keheningan dapur itu.

Sudah genap dua tahun (Y/n) dan Kenma menikah. Meskipun pada awalnya hubungan mereka tidak terlalu lancar, kini mereka justru berakhir sebagai sepasang suami istri. Hal yang tak pernah terpikirkan oleh (Y/n) sebelumnya.

"Ah, sudah selesai?" Lamunan (Y/n) buyar ketika Kenma keluar dari kamar mandi dalam balutan piyamanya.

"Um. Kau ingin makan bersamaku?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

"Ya, tapi nanti. Sini, kukeringkan dulu rambutmu." (Y/n) mematikan kompor lalu berjalan ke arah Kenma.

"Terima kasih."

(Y/n) mengambil handuk yang Kenma pegang sejak tadi. Lalu, ia mulai menggosokannya perlahan ke surai Kenma yang basah. Setelah itu, ia mengambil hair dryer dari kamar mereka dan mulai mengeringkan surai milik Kenma.

"Wangi tubuhmu sedikit berbeda, (Y/n)," komentar Kenma tiba-tiba. Membuat (Y/n) menghentikan gerakan tangannya yang tengah menggenggam hair dryer.

"Apa yang berbeda, Kenma? Aku tidak memakai parfum sama sekali sekarang," jawab (Y/n) dengan kerutan di dahinya. Lalu, ia melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

Setelah selesai, (Y/n) mematikan hair dryer dan mengembalikannya ke tempat semula. Ia pun kembali berkutat di dapur.

"Ini. Makanlah." (Y/n) meletakkan dua mangkuk sup miso dan lauk pauk lainnya ke atas meja.

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya (Y/n) di tengah makan mereka.

"Lancar," jawab Kenma singkat.

"Hanya begitu saja?" tanya (Y/n) sambil memiringkan kepalanya.

"Um. Hanya itu," sahutnya. "Bagaimana denganmu?"

"Tidak ada yang spesial. Aku masih tetap mengerjakan tugasku sebagai sekretaris." (Y/n) mengambil ebi tempura dan memberikannya ke mangkuk Kenma juga ke mangkuknya sendiri.

"Jika kau memerlukan bantuanku, bilang padaku, (Y/n)," pesan Kenma.

"Um. Tentu."

***

Sejak tadi, (Y/n) hanya menatap lurus ke arah laptop di hadapannya. Tangannya sibuk mengetik di atas keyboard. Meskipun hari ini adalah hari Minggu, namun pekerjaannya tetap saja masih ada. Menunggu untuk cepat diselesaikan.

"(Y/n)."

Ketika namanya dipanggil, (Y/n) pun menoleh ke belakang. Kenma berdiri di sana dengan ponsel di tangannya.

"Hm? Ada apa, Kenma-kun?" tanya (Y/n) penasaran. Ia langsung mematikan laptop-nya setelah menge-save pekerjaannya ketika Kenma menghampirinya.

"Tou-san dan Kaa-san ingin makan malam bersama hari ini. Baru saja mereka menghubungiku," jelas Kenma sambil menatap (Y/n).

"Baiklah jika begitu. Aku juga sudah rindu dengan mereka." (Y/n) menatap Kenma khawatir. "Bagaimana denganmu? Hari ini adalah hari liburmu, kau tak merasa lelah setelah bekerja keras seminggu ini?"

Kenma menggeleng. "Tidak. Lagi pula kita sudah lama tak mengunjungi mereka, bukan? Jadi kurasa tak ada masalah."

Sebuah senyum simpul terbentuk di wajah (Y/n). "Um. Kau benar."

(Y/n) pun mendekat pada Kenma. Ia melingkarkan kedua tangannya ke tubuh lelaki itu. Membagi kehangatan kepadanya.

"Jika kau ada suatu masalah, ceritalah padaku, Kenma-kun," bisik (Y/n) dari balik punggung Kenma.

"Hm. Kau juga harus melakukan yang sama," balas Kenma yang juga tengah memeluk (Y/n).

(Y/n) mengusap punggung Kenma dengan lembut. "Janji ya?" ucapnya lagi.

"Hm, janji."

***

Di sinilah (Y/n) dan Kenma berada. Di depan sebuah rumah minimalis bercat putih. Bangunan itu masih tampak sama semenjak terakhir kali mereka menginjakkan kaki di sana. (Y/n) sendiri seketika merasa rindu saat ia memasuki bagian halaman rumah itu bersama Kenma.

Lelaki bersurai pirang itu menautkan jemarinya pada jemari milik (Y/n). (Y/n) pun tersenyum kecil.

"Selamat datang kalian berdua. Kaa-san dan Tou-san sudah menunggu kalian sejak tadi," ucap Kaa-san, ibunya Kenma.

"Maaf karena keterlambatan kami," ujar (Y/n) sopan.

"Tidak apa-apa, Nak. Mari masuk."

Mereka pun beranjak masuk ke bagian dalam rumah. Berbagai perabotan rumah yang cukup mahal terlihat mengisi kekosongan ruangan yang mereka datangi. Ayah Kenma langsung menyambut mereka dengan hangat ketika mereka tiba di sana.

"(Y/n), bagaimana kabarmu?"

"Baik, Tou-san," jawab (Y/n) seraya tersenyum.

"Kau pasti menjaga istrimu dengan baik bukan, Kenma?" Kini pria bermarga Kozume itu melirik pada anaknya.

"Um. Tentu saja."

(Y/n) hanya tersenyum kikuk saat mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya. Kata 'istri' masih terdengar aneh di telinganya meskipun sudah berkali-kali ia mendengarnya.

"Sudah, sudah. Lebih baik kita segera makan malam bersama sekarang," ujar Kaa-san.

(Y/n) membantu ibu Kenma menata mangkuk dan piring ke atas meja. Tak lupa dengan beberapa pasang sumpit di sampingnya. Setelah usai, mereka pun bergabung bersama Kenma dan ayahnya.

"Omong-omong, apakah kau masih bekerja di perusahaan itu, (Y/n)?" tanya Tou-san membuka percakapan.

(Y/n) menatap ke arahnya. "Masih, Tou-san."

"Mengapa kau masih bekerja? Dengan Kenma saja yang mencari nafkah, kebutuhan kalian masih bisa terpenuhi, bukan?" tanyanya menuntut penjelasan.

(Y/n) dan Kenma saling menatap. Seolah paham apa yang ingin (Y/n) katakan, Kenma pun menyahut, "(Y/n) ingin memiliki penghasilannya sendiri, Tou-san. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya padamu?"

"Jika memang benar begitu, (Y/n) bisa bekerja di perusahaan Tou-san. Kalian pun bisa lebih sering bertemu," ujar pria itu lagi.

(Y/n) menggeleng. "Aku tidak ingin merepotkan. Aku hanya ingin berusaha keras dengan usahaku sendiri. Tidak apa-apa bukan, Tou-san?"

Tou-san hanya bisa menghela napas. Sifat (Y/n) memang keras kepala. Gadis itu selalu menolak jika ia memintanya untuk berhenti bekerja. Lagi pula, Kenma-lah yang saat ini mengontrol perusahaannya. Itu artinya, dengan atau tanpa (Y/n) bekerja, kehidupan mereka masih makmur.

"Sudah, sudah. Jangan bahas pekerjaan di sini, oke? Kalian tidak ingin pikiran kalian hanya berkutat pada pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai, bukan?" sela ibu Kenma sambil tersenyum.

(Y/n) hanya bisa membalas senyumannya. Lagi-lagi, perkataan ayah mertuanya membuat beban pikirannya bertambah. Namun, karena saat ini bukanlah saat yang tepat untuk memikirkannya, (Y/n) pun segera membuangnya jauh-jauh.

"Omong-omong, kapan kalian akan memberikan kami seorang cucu yang lucu?"

Daging ayam yang baru saja (Y/n) telan tiba-tiba membuatnya tersedak begitu saja. Dengan panik, Kenma menyodorkan gelasnya pada (Y/n) untuk segera diminum. Gadis itu langsung menenggaknya tanpa berpikir panjang.

Kaa-san tersenyum geli melihat apa yang terjadi di hadapannya. "Jangan terlalu dipikirkan. Kaa-san hanya bertanya."

"Secepatnya, Kaa-san."

Kepala (Y/n) langsung menoleh sepersekian detik kepada Kenma. Tatapan gadis itu seolah-olah bertanya: 'oi, kau serius?'. Namun, Kenma mengabaikannya dan melanjutkan makannya.

Hingga pada akhirnya, acara makan malam itu berakhir dengan pemikiran yang lebih-baik-tidak-ia-pikirkan di dalam kepala (Y/n).

***

Yo minna!

Sehubungan dengan puasa yang sudah selesai, jadi cerita ini akan kembali update! Yeay!🥳🙌🏻✨

Dan, Wina minta maaf yang sebesar-besarnya jika Wina pernah membuat kesalahan pada kalian. Maaf ya minna🥺

Stay safe terus ya!

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top