chapter 8
Pesawat yang kami tumpangi mendarat mulus di kota tujuan. Dua bus pariwisata telah terparkir menunggu kedatangan kami. Semua murid berdesakan pindah ke bus tersebut. Lima belas menit setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, bus meluncur menuju hotel. Tempat penginapan.
"Akhirnya penderitaanku menghilang." Erol bersenandung senang. Dia tidak suka berada di perut pesawat selama tiga jam penerbangan.
"Erol tak biasa naik pesawat, ya?"
"Sama sekali tidak," celetuk Yume menghela napas panjang. "Kau hanya mengatakan penderitaanmu. Bagaimana denganku? Aku yang kerepotan menahan mual."
Erol cengengesan. "Hehehe, maaf deh."
Murid-murid lain saling bercakap-cakap. Ada yang bergunjing, ada yang merencanakan sesuatu sesampai di penginapan, ada juga yang sibuk bermain ponsel. Termasuk aku.
Aku menghiraukan cipika-cipiki sekitar, asyik main catur melawan Northa. Cih, anak itu ternyata jago juga game 'ginian. Tetapi, maaf saja Northa, seumur-umur main catur aku hanya pernah dikalahkan Kapten.
Erol mengintip dari bangku depanku, menyodorkan PSP padaku. "Tobi, mau main? Ayo duel. Kau dari atas pesawat diam-diam mulu," tantangnya.
Aku diam, mimik datar.
"Wah, ide bagus! Aku penasaran siapa yang akan menang. Mau taruhan guys?" Kethra berseru.
"Tentu saja Erol yang menang. Dia kan bisa segalanya. Manusia perfect, hehehe."
"Hei, hei, dukung Tobi juga dong."
Dan seterusnya.
Aku mengangguk tanpa banyak bicara, mengucapkan maaf pada Northa (kami bisa melanjutkan permainan nanti malam), mengambil PSP yang disodorkan oleh Erol.
"Kita main NARUTO SHIPPUDEN, ya. Aku akan pakai karakter Neiji." Erol berkata.
Aku mengangguk lagi, mengaktifkan PSP. Kami berdua pun mulai bermain.
-
Satu jam kemudian.
"Sekali lagi! Aku mohon sekali lagi!" Terdengar suara Erol di langit-langit mobil. Yume membuka mata, sempat tertidur sejenak. Karena dia duduk bersebelahan dengan Erol dan suara Erol cukup keras, dia pun terbangun.
Aku menggeleng. "Ini sudah ronde 50 ..."
Erol memasang wajah memelas yang membuatku merinding, namun katakan tidak pada Yume dkk (mereka malah gemas). "Sekali lagi, please! Aku ingin mengalahkanmu tanpa time over!"
"Eh, memangnya siapa yang menang?"
Yume beringsut menatap layar PSP Erol, melotot. "Lah! Padahal kau yang menang 50 kali! Kenapa masih maksa Tobi main sih?"
"Habisnya aku menang karena waktu habis melulu. Buktinya aku tak bisa mengalahkan Tobi sekali pun. Ini kemenangan yang hampa, hiks!"
Yume manyun. "Jangan tamak ..."
"WIH! 50-0?! Astaga, Erol! Kasihani Tobi dong. Kau ini berdosa sekali."
"Hei, salahku apa?" Erol tidak mengerti. "Lagian ya, Tobi yang sebenarnya jago."
"Merendah untuk meroket."
"Tidak! Aku berkata apa adanya. Tobi hebat dalam mengendalikan alur permainan."
Aku tidak berkomentar. Aku memang tidak jago bermain game, namun Kapten mengajariku beberapa tips supaya tidak menang juga tidak kalah. Ternyata tips ini efektif juga. Aku tidak merasa sakit hati.
Erol mengangkat tangan. "Ayolah, Tobi. Sekali lagi janji. Kau coba ganti karakter deh."
"Baiklah, sekali."
5 4 3 2 1.. LINK START!
"Anak-anak, kita sudah sampai di penginapan. Ibu akan mengabsen kalian sesampai di lobi hotel." Suara Buk Lami memutus suara game. Aku tersentak. Eh? Sudah sampai? Astaga, aku sampai tidak sadar mobil yang kami naiki telah berhenti jalan.
Suasana di dalam mobil menjadi gaduh seketika. Murid-murid lain menjerit histeris, terpekik di tempat, entah karena apa. Bagai ada pemain drama korea mendatangi bus pariwisata. Tetapi anehnya, anak cowok juga ikut terpekik? Aku menutup kuping. Ya ampun! Anak-anak ini pada kenapa sih! Kehabisan obat?
Akhirnya aku menoleh ke samping, terdiam. Lihatlah, lautan samudera biru terbentang sejauh mata memandang. Permukaannya bening oleh terik matahari. Jadi ini yang mereka teriaki? Pantas saja.
"Tunggu, ada yang bilang penginapan kita dekat dengan pantai?" Erol bergumam pelan, masih menatap ke luar jendela, entah bertanya pada siapa.
Teman-teman lain berseru serempak, "PANTAI!!!" Aku menutup telinga saking kerasnya suara mereka. Tanpa ABCD, separuh isi mobil tandas dalam sekejap. Mereka semua langsung meloncat dari mobil, berlarian ke tepi pantai, menghirup udara segar, menyisakanku, Erol, dan Yume. Astaga. Mereka semangat sekali.
Ting! Bos memberiku sebuah alamat. Aku menelan ludah. Lokasi klienku tak jauh dekat dari tempat penginapan study tour. Kesempatan bagus untuk melakukan pemantauan.
"Tobi!" Erol menepuk bahuku. "Nanti kita—"
Kalimatnya terpotong sebab aku terburu-buru mengandeng tas, bergegas turun dari mobil. Dia pasti tidak terima tidak berhasil mengalahkanku
Di luar dugaan, Erol menoleh lemas kepada Yume. Ekspresinya tak terbaca. "Bagaimana ini? Aku tidak bisa akrab dengannya." []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top