chapter 3

Aku menghempaskan tubuh ke kasur. Entah kenapa setiap kali melihat Yume dan Erol, rasanya ingin meledak. Lagian memangnya Yume masih peduli padaku? Aku kan hanya mantan temannya. Tak seperti Erol, idola barunya.

"Sudahlah, Tobi. Bersikaplah seperti biasa. Mereka tidak ada artinya dalam hidupmu. Ayo semangat." Aku bermonolog, menguatkan hati.

Main keluar ah. Bosan di rumah. Lukaku bisa bertambah kalau aku menerima klien baru. Bos baik hati memberiku waktu untuk istirahat yang cukup.

Sepanjang jalan-jalan sore ke pusat kota, tv-tv di gedung perkantoran hanya menampilkan iklan 'Runic Chaser'. Astaga, game ini berada di mana-mana. Apa permainannya sebagus itu sampai seterkenal ini? Ckckck, dasar para otak gamer.

"Cih, lagi-lagi Marmoris memimpin." Sayup-sayup aku mendengar percakapan sekelompok anak muda.

Marmoris? Aku mengulangi dalam hati. Kalau tidak salah artinya permukaan laut yang berpendar. Mereka membicarakan apa sih?

"Yang mengetuai guild itu kan si Clandestine. Pemain Tak Terkalahkan. Wajar kalau anak buahnya juga jago-jago." Temannya menambahkan.

Pertama Marmoris, kedua Clandestine. Mereka mengocehkan apa sih dari tadi. Apa ini permainan bahasa? Clandestine artinya Rahasia.

"Kalau tidak salah Marmoris sedang mencari player EOD (Explosive Ordnance Disposal). Apa kau mau join? Kan bagus jadi anggota Marmoris. Kita bisa terkenal."

"Maaf, Kawan. Job-ku Sniper. Levelku juga masih rendah. Aku harus eksplorasi dulu."

Kepalaku serasa hendak ripuk mendengar percakapan dua remaja tersebut. Aku salah kira, rupanya mereka berbicara bahasa game yang sama sekali tak kupahami.

Seperti yang kubilang sebelumnya, di kelasku hampir seluruh murid mengunduh dan memainkannya termasuk Erol serta kakak kelas. Kata mereka asyik bikin ketagihan. Gabungan FPS dan MMORPG. Setidaknya aku bangga masih juara bertahan tidak mendowloandnya.

Bagiku, game ini tidak menarik sama sekali. Kita hanya disuruh berperang. Apa bagusnya coba? Ah, sudahlah. Selera orang beda-beda.

Tetapi, tadi mereka menyebut EOD. Itu sebutan untuk penjinak bom, kan? Aku ahli mengotak-atik barang layaknya teknisi. Yah, kadang berhasil diperbaiki, kadang malah makin rusak. Itu hanya sekedar hobi.

Marmoris. Entah kenapa kedengaran menarik.

-

"Clandestine sialan! Dia bahkan tidak membiarkanku melawan. Ikh, bikin greget."

Baru juga masuk kelas, aku sudah mendengar umpatan pada 'nama' yang sama kudengar kemarin sore. Oh, jadi itu nickname seorang player di game.

Erol tertawa. "Hahaha, sabar Kethra. Semua pemain Runic Chaser tahu Clandestine adalah player superior. Kalau kita se-room dengannya, kita hanya bisa pasrah menunggu kapan kita terbunuh."

"Siapa sih dia sebenarnya? Jago bener sumpah. Aku yakin dia seorang peretas atau pencandu game online. Cih, aku kesal."

"Tidak hanya Clandestine lho. Anggota Marmoris tak jauh kalah jago dari ketuanya. Ada Mangto, Castle, Northa, dan Dien. Empat member inti."

"Nick mereka aneh-aneh semua. Btw, 'gimana cara bergabung ke Marmoris? Kebetulan Job-ku EOD. Mereka membutuhkan EOD, kan? Hehehe sekalian 'aja."

"Kau hanya perlu menyudutkan Clandestine. Itu syaratnya." Erol menjawab pendek.

"Apa-apaan syaratnya?! Buru-buru menyudutkan, tahu-tahu karakterku sudah mati dua menit begitu simulasinya dimulai."

"Semuanya tergantung strategi bukan potensi. Clandestine bijak dalam memilih anggotanya." Erol cengengesan, mengusap tengkuk, malu-malu. "Aku sendiri ingin masuk ke guild itu... Tapi aku dikalahkan telak oleh Clandestine."

"Hee?!! Erol menantang Clandestine?! Astaga! Kau berani sekali. Berhasil bertahan berapa lama?"

"Entahlah. Mungkin sekitar 10 menit."

Anak kelas spontan berseru. "S-sepuluh menit?! Tidak mungkin! Semua para penantang bakal death pada menit pertama atau kedua, namun kau mampu bertahan sepuluh menit? Erol, ajari aku bagaimana caranya. Kau benar-benar multitalenta!"

"Erol amat mengagumkan. Kali saja besok-besok dia akan jadi penerus Clandestine."

"Wess, tentu aku akan mendukung sepenuh hati."

"Aduh, kalian berlebihan. Buktinya aku tetap kalah. Clandestine terlampau mahir." Erol mengibaskan tangan. Malu luar biasa. Dipuji walau kalah.

"Asal kau tahu, tak ada player yang bertahan selama itu kalau berurusan dengan Clandestine."

Erol terdiam, mengusap peluh yang mengalir. Dia tahu rumor tentang 'Clandestine Nan Agung', namun kalimat barusan, dia baru mendengarnya. Sehebat itukah dia? Erol berani bertaruh, di dunia nyata Clandestine pastilah orang hebat.

Aku berdecak pelan, mengeluarkan ponsel. Anggap saja aku penjilat ludah. Buktinya saat ini aku penasaran soal Clandestine. Sosok yang mengalahkan Erol.

Ingin mengunduh Runic Chaser? Ya/Batalkan.

Aku menekan ikon 'iya'. Kuucapkan selamat tinggal pada juara bertahan tidak main game. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top