chapter 15
Kami berdua antusias menatap foto itu. Foto seorang anak perempuan berparas cantik, berambut sebahu, dan berkulit putih. Namanya Eliza Amore. Mulutnya dibekap, di depannya ada dua pria berjas hitam seperti memaksa Eliza masuk ke dalam mobil. Foto itu terlihat samar karena kemungkinan orang yang mengambil gambar gemetar ketakutan.
"Bagaimana kejadiannya, Kak?" tanya Sanju.
"Eliza biasanya pulang pukul setengah satu. Kakak selalu menunggu kepulangannya di gerbang sekolah setengah jam sebelum bel pulang berbunyi. Tapi tadi siang, Eliza untuk pertama kalinya terlambat keluar. Ketika kakak ingin mencarinya ke dalam sekolah, Anona menghampiri kakak dengan raut wajah panik. Dia memperlihatkan foto itu. Begitulah." Kak Darvan bercerita secara singkat. Wajah tampannya murung.
Deg! Aku termangu, menggelengkan kepala. Tenanglah Tobi. Mungkin orang lain.
"Anona?" Sanju mengulangi.
"Anona Guri adalah mentor sekaligus teman Eliza." Kak Darvan memperjelas.
Oke, rasanya aku mau resign dari dunia. Pertama Northa pemilik dari tempat aku bekerja. Kedua ini? Astaga! Ada berapa plot twist yang akan menimpaku?! Kenapa semuanya jadi serba kebetulan begini?! Aku meremas rambut frustasi.
Drrt! Drrt! Ponselku berdering. Aduh, waktunya berdempet. Liga Guild pasti sudah dimulai. Aku harus bagaimana ini...
"Fufufufu." Seseorang terkekeh. "Masalah simpel begitu kalian tidak tahu?"
Aku menoleh ke suara kekehan itu. Asalnya dari seorang remaja berseragam.
"Tidak apa, tidak apa." Dia meloncat gagah bersama kedua temannya. "Kalian tidak perlu bersedih lagi karena Detektif TVC di sini! Kami hadir menumpas kejahatan!"
Krik, krik, krik.
"Aduh, Taran, aku sudah bilang padamu! Jargon barusan sangat memalukan. Tidak ada yang menyukainya."
"Apa kau punya ide untuk membuat kata jargon baru, Valentine?"
"Mana kutahu. Candy jagoannya."
Aku mengernyit. Siapa mereka ini? Datang-datang membawa parodi.
"Kau tidak tahu, Tobi? Dasar kudet." Sanju geleng-geleng kepala membaca raut wajahku. "Mereka itu dari Uinate, saingannya Madoka. Si Detektif TVC, dipanggil juga Detektif Uinate. Muehehehe! Erol 'gak bakal berkutik nih."
Jadi dalam dunia detektif juga ada persaingan heh. Aku berkacak pinggang. Kalau mereka datang membantu, maka aku bisa kabur dari situasi pelit ini.
Hehehe. Bisa kumanfaatkan nih.
-
Pukul sepuluh malam, dua jam kemudian, akhirnya Liga Guild berakhir.
Aku mengepalkan tangan senang. Walau aku terlambat pada ronde pertama (namun tetap menang oleh Clandestine), aku bisa menyusul di ronde kedua dan ketiga. Marmoris menang telak. Uwu senangnya.
"APA?! Detektif Uinate katamu?!"
Aku tersentak kaget. Astaga, astaga. Terkejut jantung ini, Mak! Aku mendengus masam. Siapa sih yang barusan menyorak?!
Aku menyembulkan kepala, mengernyit. Ada seorang pria misterius berteriak-teriak pada ponselnya. Diakah orangnya? Harus kutegur.
"Ini di luar dugaan, bodoh! Aku tidak mau tahu, susun ulang rencana kita!" Lalu pria itu pergi begitu saja setelah mengumpat.
Apa-apaan itu? Rencana apanya? Reaksi pria tadi tidak bagus ketika mendengar Detektif Uinate. Entah kenapa aku merasa akan terjadi sesuatu...
"Humuh, bukan urusanku." Aku lanjut main.
[Kami pikir kau takkan online, Tob. Tak salah Kapten menyuruh kita menunggu.] -Northa
"Aku sudah berjanji. Dengan segala upaya akan kutepati," kataku bangga.
[Sesibuk itu kau, Tob?] -Mangto
"Ah, yah..." Aku menggaruk kepala. "Aku hanya sedang mengikuti kegiatan kunjungan. Bukan hal penting. Aku bisa menyambilkan."
[Lah, kenapa tidak bilang dari awal.] -Dien
[Hahaha, aku suka tipe seperti ini.] Sebenarnya aku setengah cemas sebab Clandestine tidak bersuara dari tadi, namun syukurlah, akhirnya dia onmic.
[Sudah waktunya ya, Kapten.] -Mangto
[Kau benar, Mangto. Selamat untukmu Tobi. Mulai hari ini kau member inti Marmoris.]
Aku terbelalak melihat namaku berada di biro personal guild. Astaga! Aku lupa nick-ku masih memakai nama asli. Oh, sial. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top