[CHAPTER 3]
"Oki--!"
Kashuu menutup mulut Yamato. "Ingat kata Miyu-chan!!!" bisiknya.
Yamato memberontak melepaskan diri. "Aku tahu!" balasnya juga berbisik.
Kashuu mengikuti Yamato yang berjalan menguntit Okita. "Okita-san tidak boleh melihat kita."
"Iya-iya!" sanggah Yamato tidak terlalu peduli. Di kepalanya hanya ada satu pikiran, dia ingin lebih dekat dengan Okita walau hanya dari belakang.
Mereka berdua mengikuti pria itu menyusuri jalan-jalan kota Edo. Dilihat mereka Okita menyapa beberapa temannya dan bercakap-cakap di pinggir jalan. Tak lama kemudian dia kembali berjalan, kali ini memasuki sebuah rumah makan.
"Okita-kun sedang melakukan jalan-jalan sore." Yamato berkata, matanya tak lepas dari pintu tempat Okita menghilang. Sebuah senyum nostalgia mengembang di wajahnya. "Setelah ini, dia akan ke rumah temannya dan bermain igo di sana sampai waktu makan malam."
Kashuu ikut tersenyum. "Kamu benar-benar hapal kebiasaan Okita-san. Dia membawamu kemana-mana sampai terakhir ya?" Terbesit rasa iri dalam kata-katanya.
"Sampai saat-saat terakhir ...." Yamato tersenyum sedih, bayangan demi bayangan muncul di benaknya. "Aku melihatnya terbaring, terbatuk parah hingga dadanya berbunyi. Aku ada di sana, Kashuu. Aku ada di sana ketika dia menghembuskan napas terakhir--"
Dia kembali mengingat sosok Okita yang tak bergerak. Tangannya terkulai lemah, kaku dan dingin. Ingin dia berteriak, mengguncang tubuh kurus itu agar kembali membuka mata tapi dalam keputusasaannya dia tahu itu adalah hal sia-sia. Selain karena saat itu dia masih berbentuk sebilah pedang, nyawa tuannya tak lagi berdiam dalam raga rapuh itu.
Matanya terasa panas. Yamato mengalihkan pandangannya ke arah tanah, menghitung batu kerikil di sekitarnya, berusaha mengusir bayangan kelam itu. Dia biarkan kalimatnya menggantung sampai dia bisa mengendalikan diri.
"Aku hanya ingin Okita-kun hidup lebih lama," lanjut Yamato mengangkat wajahnya, memandang langit.
"Ya, aku juga," balas Kashuu pedih lalu terdiam sejenak. "Seandainya Okita-san hidup di zaman Miyu-chan, saat obat untuk penyakitnya sudah ditemukan."
Mata Yamato terbelalak mendengar kalimat terakhir Kashuu. "Apa katamu?!" Yamato langsung memegang bahu Kashuu lagi, mengguncang pemuda berutubuh kurus tersebut. "Ada cara untuk menyembuhkan Okita-kun?!"
Kashuu menyadari dia telah salah bicara dan langsung menutup mulut dengan kedua tangannya.
Celaka!
"Jawab, Kashuu!!!" teriak Yamato membuat mereka menjadi pusat perhatian dari orang yang lalu lalang.
"Sst!!!" Kashuu menempelkan jari telunjuk di mulutnya. "A-aku tidak berkata apapun! Kamu pasti salah dengar."
Yamato kehilangan kesabaran. Dia ingin menyelamatkan Okita secepat mungkin. Dia muak dengan Kashuu yang tidak peduli lagi dengan tuan mereka. Pemuda itu tahu sesuatu tapi sama sekali tidak melakukan apa pun untuk Okita. Amarah menggelegak dalam dadanya tapi dia memilih untuk mengabaikan rasa panas itu. Kesembuha Okita lebih penting
"Baik, kalau kamu tidak mau kasih tau, aku akan tanya langsung pada Miyu-san!" Yamato berlari meninggalkan tempat itu.
"Argh! Dasar merepotkan!" seru Kashuu kesal melihat tingkah pemuda dengan rambut ekor kuda tersebut. Dia segera menyusul Yamato yang berlari seperti kesetanan.
Yamato menyusuri jalan yang sudah mereka lalui sementara matanya awas memandangi orang-orang di sekitarnya. Menemukan Miyu di antara kerumunan harusnya cukup mudah. Warna pirang rambutnya tampak menonjol di antara lautan hitam kepala manusia. Benar saja, lima belas menit menyusuri jalan, dia menemukan gadis itu sedang duduk di dekat rumah Okita, di sebuah kedai teh. Miyu tersenyum ketika melihat Yamato berlari mendekatinya.
"Sudah bertemu dengan Okita-san?" tanyanya seraya berdiri.
Yamato tidak mendengar pertanyaan itu. "Miyu-san, apa benar kamu punya obat yang bisa menyembuhkan Okita-kun?!" tanyanya sambil mengguncang bahu gadis itu.
Miyu terkaget-kaget, matanya membulat lalu dia melihat ke arah Kashuu yang tiba sambil terengah-engah, menyadari bahwa pasti Kashuu lah yang telah memberi tahu Yamato.
"Miyu-san!" Yamato memanggil sekali lagi, menuntut pertanyaannya dijawab.
"Ya, aku punya," jawab Miyu pada akhirnya.
"Aku mohon, berikan padaku!" mohon Yamato kembali mengguncang Miyu.
Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak bisa melakukannya."
"Kumohon!" Yamato berlutut, menempelkan keningnya ke tanah berpasir.
"Yamato-san!" Miyu menunduk terkejut, menarik lengan
Yamato dengan lembut agar dia berdiri. "Kita tidak boleh mengubah sejarah atau hal buruk akan--"
Miyu terdiam. Yamato berkeras di posisinya. Kashuu menghampirinya dan memaksanya berdiri tapi terap tidak ada hasil. Dia bertekad tidak akan berdiri sampai Miyu mengabulkan keinginannya. Apa pun akan dia lakukan untuk Okita. Untuk memberikan satu kali lagi kesempatan pada tuannya. Apa pun agar Okita hidup lebih lama.
Miyu menutup mata sambil menghela napas. "Malam ini kita akan menginap di sini. Kalian punya lebih banyak waktu bersama dengan Beliau." Dia tidak mengiyakan ataupun tidak menolak. "Ingat, tugas kita adalah menjaga sejarah. Jangan sampai Okita-san melihat kalian atau dia mengetahui siapa kalian. Aku akan menunggu di penginapan di ujung jalam ini."
Miyu membuka matanya dan membantu Yamato berdiri, kali ini dengan lebih memaksa. Yamato bangkit dengan sedikit harapan di hatinya. Miyu tersenyum simpati.
"Temani Okita-san," pinta Miyu yang segera disambut anggukan penuh semangat Yamato.
"Hah ... merepotkan," desah Kashuu ketika melihat Yamato berlari kembali ke tempat mereka meninggalkan Okita.
Miyu tertawa kecil. "Tolong jaga dia ya, Kashuu-kun."
"Ya," balas pemuda itu dengan malas.
Dia melepas Kashuu yang berlari mengejar Yamato. Dipandangi punggung kedua toudan-nya sampai menghilang baru gadis itu berjalan menuju penginapan yang hanya berjarak lima puluh meter dari sana.
Di salah satu kamarnya, Miyu menunggu sampai matahari menghilang di balik langit untuk mendengar langkah mereka memasuki ruangan di sebelah. Saat itu dia masih membaca beberapa literatur yang berhasil didapatkan di zaman itu. Terdengar suara Kashuu dan Yamato yang beradu pendapat membuat Miyu tertawa kecil. Dia senang mendengar mereka begitu akrab. Ketika bulan makin tinggi, barulah suara-suara itu menghilang digantikan suara dengkuran ringan.
Miyu menutup buku yang dia baca lalu berdiri dan keluar dari ruangan itu. Dia berjalan menuju kamar sebelah dan diintipnya. Dia melihat Kashuu dan Yamato tertidur pulas. Wajah damai mereka membuat Miyu kembali tersenyum penuh kasih. Ditutupnya pintu kertas dengan perlahan agar tidak membangunkan mereka lalu gadis itu berjalan turun keluar dari penginapan, ditelan oleh kabut magis yang tiba-tiba menebal dan menghilang bersama dengan sosoknya.
Wihi! Sepertinya aku akan update terus hingga tamat sebelum aku melanjutkan cerita lainnya.
Sampai jumpa!
Art by Banafria
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top