falling again.

"(Y/n)? Ada apa?"

Mendengar suara Mikey yang tiba-tiba membuat (Y/n) sontak menghapus air matanya dengan tergesa-gesa. Ia pun mengangkat kepalanya dan bersitatap langsung dengan netra hitam milik Mikey.

"Ah, tidak. Tidak apa-apa," sahut (Y/n) cepat.

Nafsu makannya sudah hilang entah ke mana. Yang ada di dalam pikirannya saat ini hanyalah Matsuno Chifuyu seorang. (Y/n) sudah tidak bisa memikirkan hal lainnya lagi. Bahkan, Mikey yang merupakan temannya dan sedang berada bersama dengannya pun tak ia gubris. Maafkan dirinya yang bersikap egois hari ini.

"Mikey."

Panggilan dari (Y/n) itu sontak membuat Mikey menatapnya. "Ya?"

"Sepertinya aku harus pergi sekarang," ujar (Y/n) tiba-tiba yang mengejutkan Mikey.

"Mengapa? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya kebingungan, juga heran dan khawatir.

(Y/n) menggeleng. "Bukan. Hanya saja, ada hal yang harus kuselesaikan. Aku lupa jika hari ini aku memiliki janji temu dengan dosen pembimbingku pukul dua siang nanti," dustanya.

Ya, ia berbohong. Mikey pun tahu akan hal itu.

"Ah, begitu rupanya. Kalau begitu, kita bertemu di lain kali, oke?" Mikey menatap (Y/n) dengan tersenyum. Ia melemparkan senyuman terbaiknya pada temannya itu.

"Terima kasih, Mikey. Sampai jumpa nanti dan maafkan aku."

Seusai berpamitan, (Y/n) pun melangkah pergi. Meninggalkan Mikey dalam diam. Ia tahu, ada suatu masalah yang (Y/n) tidak bisa katakan. Ia pun tahu, (Y/n) sempat menangis. Tetapi, apa boleh buat. Bukan haknya untuk meminta gadis itu bercerita padanya. Lagi pula, siapa dirinya? Ia hanyalah seorang teman yang pergi selama empat tahun tanpa mengabari apapun. Lalu kembali dengan harapan bahwa (Y/n) sudah tak lagi bersama dengan Chifuyu.

Nyatanya, Mikey-lah yang harus membuang perasaannya itu. Membiarkan kedua temannya bahagia. Ya, itulah yang harus ia lakukan.

***

Dengan cepat ibu jari (Y/n) mengetik balasan untuk setiap pesan dari Chifuyu. Ia membacanya, lalu segera membalasnya. Dengan harapan Chifuyu ingin bertemu juga dengannya. Ada banyak hal yang (Y/n) hendak katakan pada lelaki itu, pada kekasihnya.

"Chifuyu-kun..."

Kini (Y/n) hanya bisa menunggu. Menunggu dalam diam. Barangkali Chifuyu akan membalas pesannya dengan cepat setelah sekian lama tak dibalas oleh (Y/n). Semoga saja demikian.

Ponsel di saku mantelnya bergetar tiba-tiba. Yang seketika membangkitkan semangat dan melenyapkan rasa lesu di diri (Y/n). Ia mengeluarkannya, mengecek, lalu membacanya.

Temui aku di taman seperti biasa pada pukul 2 siang.

***

Chifuyu sudah tiba lebih dahulu.

Sejak tadi siang, ia hanya bisa berjalan ke sana-sini tanpa arah dan tujuan. Tetapi, ketika (Y/n) secara tiba-tiba membalas pesannya, seketika Chifuyu memiliki rasa semangat lagi. Seketika ia menemukan tujuannya.

"(Y/n)."

Gadis itu kini berdiri di hadapannya. Wajahnya sudah terlihat ingin menangis. Telinganya pun tampak memerah akibat suhu yang semakin dingin.

"Chifuyu-kun."

"(Y/n)."

Keduanya memanggil di saat yang bersamaan. Untuk seketika mereka merasa canggung dan kikuk. Lalu, Chifuyu pun berinisiatif untuk membiarkan (Y/n) berbicara lebih dahulu. Seperti biasanya.

"Maafkan aku, Chifuyu-kun. Aku benar-benar kekasihmu yang payah," ujar (Y/n) membuka penjelasannya. Kali ini ia menatap Chifuyu dengan benar-benar serius meskipun sebenarnya dirinya ingin menangis.

Chifuyu pun diam, membiarkan (Y/n) untuk melanjutkan perkataannya. Ia hany bergerak menyelipkan anak rambut gadis itu ke belakang telinganya. Yang justru malah membuat (Y/n) semakin ingin menangis.

"Mikey sudah pulang dari Australia seminggu yang lalu. Dan siang ini, aku pergi makan siang bersama dengannya. Maaf karena aku tidak mengabarimu. Aku, aku benar-benar merasa bersalah," tutur (Y/n) dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Gadis itu diam sejenak. Ia menelan saliva-nya. Lalu, ia pun melanjutkan, "Di saat aku bersama dengan Mikey, pikiranku hanya fokus padamu, Chifuyu-kun. Aku tidak bisa memikirkan hal lain. Bahkan seekor kucing yang lewat pun mengingatkanku padamu. Tanpa sadar, aku juga memesan menu makanan yang sama seperti ketika aku pergi denganmu."

Di kala itu juga, tangis (Y/n) pun pecah. Ia menutup kedua matanya dengan tangannya yang tak dibalut dengan sarung tangan. Kedua tangannya itu sudah memerah karena dingin. Membuat Chifuyu menatapnya tak tega.

Tetapi, kini giliran lelaki itu yang bergerak. Ia menarik tubuh (Y/n) mendekat padanya, lalu memeluknya dengan erat. Sama seperti waktu itu.

"Maafkan aku juga, (Y/n). Aku tahu bahwa hubungan kita ini sudah terasa jenuh dan tidak tahu harus seperti apa lagi. Namun, pada akhirnya, aku tetap tidak bisa melupakanmu. Aku sudah memberikan duniaku untukmu," ucap Chifuyu dari balik punggung (Y/n). Lelaki itu pun tengah menahan tangisnya. Ia rindu, ia rindu pada (Y/n).

Sementara (Y/n) sudah tak mampu untuk berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa membiarkan tangisnya pecah sambil merasakan kehangatan yang diberikan oleh Chifuyu. Kedua tangannya bergerak untuk mengeratkan pelukannya. Hidungnya pun sontak menghirup aroma khas milik Chifuyu yang terasa nyaman.

"Aishiteiru, (Y/n)."

Bisikan Chifuyu di telinganya itu membuat dunia seketika berhenti berputar. Untuk sesaat (Y/n) tertegun. Pernyataan cinta dari Chifuyu itu sama seperti ketika pertama kali lelaki itu mengatakannya. Membuat air mata (Y/n) menetes lagi.

Keduanya pun memisahkan diri. Tatapan mereka belum dipatahkan. Kini, wajah Chifuyu mendekat pada (Y/n). Semakin dekat hingga kedua bibir mereka bertemu. Ciuman itu terasa hangat tanpa ada gairah ataupun nafsu. Hanya sebuah ciuman yang menyampaikan perasaan cinta dan juga sayang untuk satu sama lain.

"Aku juga mencintaimu, Chifuyu-kun."

***

Aku juga mau dicium sama cipuy ueueueueue T^T

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top