blue jeans.

Tindakan Chifuyu kemarin terhadap (Y/n) telah menghantuinya selama semalaman. Ia sudah menghubungi gadis itu, namun belum juga direspon hingga keesokkan paginya. Chifuyu pun menyerah, untuk hari ini saja. Maka dari itu, ia memutuskan untuk keluar rumah. Pergi menghirup udara segar. Toh hari ini adalah hari liburnya setelah selama lima hari bekerja di pet shop milik bosnya itu.

Chifuyu hanya berjalan tanpa tujuan. Pergi ke manapun yang terpenting dirinya tidak berdiam diri di rumah. Sebab, ketika ia hanya diam saja, semua pikiran tentang (Y/n) langsung menyerbu isi kepalanya. Membuat lelaki itu berakhir dengan overthinking.

Sekali lagi, tangan Chifuyu bergerak merogoh kantung celana jeans birunya. Ia mengeluarkan ponselnya dari sana. Berharap ada pesan balasan dari (Y/n). Namun, rupanya nihil. Itu hanyalah angan-angannya belaka. Harapannya seketika pupus.

Helaan napas dihembuskan. Asap tipis mengepul ke udara. Musim dingin baru saja dimulai, bersamaan dengan klimaksnya hubungan Chifuyu dan (Y/n). Apakah ini suatu kebetulan? Sepertinya begitu.

Sepatu sneakers putih itu berhenti di depan sebuah restoran. Restoran itu masih sama dengan terakhir kali Chifuyu pergi ke sana bersama (Y/n). Tidak ada yang berubah. Hanya jumlah pengunjung yang sedikit lebih ramai daripada waktu itu.

Lalu, tatapannya mendarat ke arah dua insan yang ia kenali tengah duduk di dalam sana.

***

Bagaimana kalau kita pergi makan siang?

Pesan itu (Y/n) dapatkan ketika ia baru saja selesai mandi. Dengan cepat, dirinya membalas. Sekaligus masih dengan mengabaikan belasan pesan yang dikirimkan oleh Chifuyu sejak semalam. Sejujurnya, (Y/n) pun tidak tega untuk mengabaikan pesan-pesan dari Chifuyu. Tetapi, untuk kali ini ia mengikuti logikanya. Biarkan otaknya yang memimpin.

Boleh. Pukul berapa?

Sent. Itulah balasan yang (Y/n) kirimkan pada Mikey. Ibu jarinya hampir bergerak untuk membuka chat dari Chifuyu. Memberi kabar bahwa dirinya akan pergi makan siang dengan Mikey. Tetapi, ia kembali urung melakukannya.

"Apa pedulinya?" gumam (Y/n) tanpa sadar.

Pukul 12 siang. Apa kau bisa?

Ponsel (Y/n) bergetar lagi ketika ia hendak mengganti pakaiannya dengan pakaian untuk pergi. Gadis itu mengabaikannya. Ia menyelesaikan kegiatannya yang sempat tertunda tersebut terlebih dahulu.

Selesai berganti pakaian, (Y/n) pun mencari mantel yang cocok dengan warna pakaian di baliknya. Setelah itu, barulah ia membalas pesan dari Mikey.

Bisa.

***

Di sinilah dirinya sekarang. Di depan sebuah restoran yang sudah pernah (Y/n) kunjungi, tetapi dengan orang yang berbeda. Restoran itu masih sama. Tidak mungkin ada perubahan yang banyak hanya dalam waktu sekejap.

Di dalam, (Y/n) bisa dengan mudah menemukan Mikey. Sebab surai pirang lelaki itu terlihat paling mencolok di antara yang lain. Ia pun menghampirinya, lalu menyapanya.

"Mikey."

"Hei, (Y/n)."

"Kau sudah menunggu lama?" tanya gadis itu setelah ia menarik kursi di hadapan Mikey, lalu duduk di sana.

Lawan bicaranya itu membetulkan posisi duduknya hingga nyaman untuk berhadapan dengan (Y/n). Mikey pun menjawab, "Tidak. Aku pun baru saja tiba."

Percakapan mereka terhenti oleh kedatangan seorang pelayan yang menanyakan pesanan mereka. Setelah mereka menyebutkan pesanan dan si pelayan selesai menuliskannya, ia pun berlalu. Tanpa sadar, (Y/n) memesan makanan yang sama seperti terakhir kali ia datang ke sana.

"Jadi, bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Mikey tiba-tiba.

"Masih sama seperti biasa. Aku hanya perlu mengurus skripsi saja," jelas (Y/n) singkat.

Percakapan dengan Mikey seharusnya menjadi hal yang ia nantikan. Sebab sudah lebih dari empat tahun mereka berpisah. Tetapi, entah mengapa, (Y/n) seketika merasa tidak tahu soal apa yang harus ia bicarakan. Semoga saja Mikey tidak berpikiran yang sama dengannya.

Makanan mereka pun tiba. Kembali diantarkan oleh pelayan yang sama dengan yang sebelumnya. Seketika (Y/n) baru tersadar dengan apa yang ia pesan. Sepiring fettuccine dengan topping yang sama pula seperti di saat ia pergi makan malam dengan Chifuyu waktu itu.

"Kau masih menyukai pasta, ya?" komentar Mikey setelah ia melihat menu pilihan (Y/n).

(Y/n) hanya bisa tersenyum kikuk. Ini pun di luar dugaannya. Sepertinya mulut dan otaknya tidak bisa bersinkronisasi.

"Apakah tinggal selama empat tahun di Australia sudah membuatmu pandai berbahasa Inggris, Mikey?" celetuk (Y/n) tiba-tiba. Seusai bertanya, ia menyuap makanan ke dalam mulut.

Mikey pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebuah gestur yang menunjukkan bahwa kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang diekspektasikan. "Maa... bisa dikatakan seperti itu," katanya sambil terkekeh.

"Belum ya?" goda (Y/n) dengan cengiran jahilnya.

"Tidak! Tentu saja aku sudah jauh lebih pandai dibandingkan di masa SMA," bantah Mikey dengan mantap.

(Y/n) menaikkan sebelah alisnya. "Oh, benarkah?" Ia masih memasang raut wajah jahilnya.

"(Y/n)!" Mikey mulai merajuk. Sementara itu pelakunya hanya tertawa. Sudah lama (Y/n) tidak mengerjai Mikey seperti sekarang. Ah, mungkin ia juga merindukan momen-momen semacam ini.

"Kurang-kurangilah sikap merajukmu itu. Biasanya 'kan ada Draken yang menjadi tempat rajukanmu. Tetapi sekarang ia sudah sibuk mengurus Emma," ujar (Y/n) dengan nada serius. Namun, wajahnya tetap terlihat masih ingin tertawa.

"'Kan masih ada dirimu," tukas Mikey membantah ucapan (Y/n).

Hanya tawa pelan yang (Y/n) buat. "Bagaimana, ya? Aku sudah bersama dengan Chifuyu-kun juga. Sehingga waktuku bersamamu pasti akan berkurang, Mikey," jelasnya. "Dan juga, hei! Kau 'kan lebih tua dariku!" tambahnya tidak terima.

"Usia tidak membuat seseorang menjadi dewasa, (Y/n)," balas Mikey.

Dalam diam, Mikey menelan pahitnya keadaan. Ia pikir, setelah dirinya kembali dari Australia, Chifuyu dan (Y/n) sudah berpisah. Nyatanya mereka masih tampak baik-baik saja. Namun, apakah hubungan mereka benar-benar dalam kondisi yang baik?

"Yah, itu tidak salah juga." (Y/n) menggaruk pelipisnya pelan.

Setelah, keduanya pun terdiam sambil menikmati makanan masing-masing. Keadaan yang sunyi dan senyap seperti ini membuat (Y/n) teringat dengan Mikey. Bahkan ketika gadis itu melihat seekor kucing di pinggir jalan sekalipun, sontak ia langsung teringat dengan kucing peliharaan Chifuyu bernama Peke J.

Termasuk hari ini.

Semua hal yang (Y/n) lalui dari pagi tadi membuatnya teringat dengan Chifuyu. Bahkan ketika ia baru saja bangun tidur, Chifuyu sudah mengiriminya banyak pesan. Menunggu untuk dibalas. Tetapi, (Y/n) terus saja mengurungkan niatnya untuk membalas pesan-pesan tersebut.

Bahkan kini ketika (Y/n) menoleh ke arah jendela untuk melihat ke luar, ia menemukan sosok Chifuyu yang berdiri di antara banyaknya pejalan kaki. Ah, sial. Ternyata (Y/n) begitu merindukan Chifuyu saat ini. Hingga tanpa ia sadari, air matanya pun ikut terjatuh bersamaan dengan turunnya salju di luar.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top