42 - Daddy Needs Help - Permohonan dari Sang Kekasih

Entah apa yang terjadi beberapa hari terakhir.

Dom berubah.

Jeanny dapat merasakannya.

Gadis itu terduduk di atas tempat tidur luas dan empuk, lengkap dengan bed cover tebal dan nyaman. Namun, Jeanny sama sekali tidak merasa bahagia. Sikap Dom akhir-akhir ini semakin aneh.

Pria itu sedang menghadapi masalah yang Jeanny tidak tahu apa. Setiap kali dirinya bertanya, gadis itu hanya mendapat jawaban singkat yang kemudian berujung pada Dom yang menuntut Jeanny membiarkan dirinya disentuh.

Ciuman, pelukan, bahkan beberapa bagian tubuhnya sudah pernah disentuh Dom, walau dalam kondisi berpakaian. Jeanny masih terus menerus menolak, apalagi dengan sikap Dom yang makin agresif, membuat gadis itu makin merasa bahwa dia belum saatnya dia memberikan Dom seluruh dirinya.

Jeanny berdiri dari tempat tidur. Ruangan besar itu kini menjadi penjaranya. Dom sama sekali tidak mengizinkannya keluar dari sana dengan alasan bahwa Jeanny adalah seorang putri yang tidak perlu melakukan apa pun.

Walau awalnya Jeanny merasa tersanjung, tapi seiring berjalannya waktu, dia merasa bosan. Terbiasa bekerja keras membuat gadis itu jarang memiliki waktu luang, dan dalam waktu singkat semua hal yang ingin dilakukan Jeanny sudah tercapai, menyisakan waktu-waktu kosong dalam kesendirian karena Dom lebih banyak berada di kasino.

Dia merasa tidak berguna.

Dalam kebosanannya, Jeanny memutuskan untuk membuka lemari dan mencari-cari baju yang bisa dia coba. Dom memberikannya banyak baju cantik dan perhiasan. Untuk membunuh waktu, dia memutuskan untuk mencoba satu per satu isi lemarinya. Namun, sebelum Jeanny sempat mengambil baju pertama, dia mendengar suara samar Dom yang terdengar dari balik pintu.

Tanpa berpikir panjang, dia langsung menutup lemari dan segera berjalan menuju pintu. Berharap bisa mengagetkan Dom, Jeanny pelan-pelan membuka pintu dan melihat Dom sedang berada di luar kamarnya, menelpon seseorang.

"Aku perlu bantuan untuk membuat polisi berhenti mengganggu kasinoku," ucap Dom dengan nada penuh kuasa. Wajahnya serius, membuat Jeanny merasa perlu mengurungkan rencananya. Perlahan gadis itu menutup kembali pintunya, tapi karena didorong rasa penasaran, dia membiarkan sebuah celah untuk membuatnya mendengar percakapan Dom.

Dia ingin membantu Dom, tapi pria itu begitu tertutup. Dengan cara ini, dia bisa tahu apa yang dihadapi oleh kekasihnya.

"Barang?" Suara Dom kembali terdengar sebelum disusul dengan sebuah dengkusan. "Tentu saja ada. Yang ini adalah yang terbaik. Aku sendiri yang mencari dan menemukannya. Tersegel tanpa ada orang lain yang pernah memilikinya."

Jeanny bertanya-tanya, barang apa yang dimaksud oleh Dom. Selama ini dia tahu Dom adalah pengusaha kasino tanpa pernah menjual barang dalam bentuk fisik. Otak Jeanny berputar, apakah itu berarti mesin kasino baru?

"Aku akan mengirimkan fotonya. Kau siapkan saja uang untuk dikirim ke rekeningku." Dom kembali berbicara. Jeanny ingin tahu apa yang dikatakan oleh lawan bicara Dom tapi sayang sekali, dia bukan mata-mata profesional.

"Tenang saja. Aku berani menjamin bahwa kau akan sangat puas."

Dom mematikan teleponnya, membuat Jeanny buru-buru menutup rapat pintu sebelum Dom tahu bahwa dia menguping. Benaknya berusaha mengambil kesimpulan tentang apa yang terjadi. Dom mengalami masalah karena kematian Victor. Kasinonya ikut diselidiki oleh polisi dan Dom berusaha mencari cara agar polisi tidak ikut campur. Jeanny menarik napas lega. Jika masalah itu selesai, Dom pasti akan kembali manis seperti dulu.

Tiba-tiba pintu terbuka dan Dom muncul di baliknya, membuat Jeanny yang berjalan menuju tempat tidur terlonjak. Kekasihnya itu memang tidak pernah mengetuk. Kata Dom, dia tidak ingin ada jarak di antara mereka. Jeanny menyetujuinya, lagipula tidak ada hal yang dia sembunyikan dari Dom. Bukankah keterbukaan adalah hal yang wajib dalam hubungan?

"Sweety," panggil Dom manis membuat senyum di wajah Jeanny merekah dan langsung memeluk pria itu. "Maafkan jika aku terlalu sibuk akhir-akhir ini, tapi untuk menebusnya, aku akan mengajakmu berbelanja."

"Belanja?" tanya Jeanny seraya melepaskan pelukannya dari Dom. "Lagi?"

Gadis itu melirik ke arah lemari besar yang memenuhi satu sudut tembok ruangan. Dom tersenyum sambil mengecup kening Jeanny.

"Bagaimana kalau kencan? Kita akan mulai dari memanjakanmu sepanjang hari ini." Pria itu langsung menggandeng tangan Jeanny dan membawanya keluar kamar.

"Tu-tunggu, aku belum ganti baju!"

"Untuk apa? Aku akan membelikanmu baju sekaligus akan ke salon dan tentu saja spa."

Senyum Jeanny melebar dan gadis itu pun menurut. Akhirnya Dom kembali bersikap manis pada dirinya. Gadis itu semakin yakin, bila dia bisa membantu Dom menyelesaikan masalah kasinonya, hubungan mereka akan kembali seperti dulu. Mungkin kesempatan ini akan Jeanny pakai untuk membujuk Dom untuk membiarkannya membantu.

Dom benar-benar memanjakan Jeanny sepanjang hari itu. Hari dimulai dengan perawatan kulit dan spa membuat penat Jeanny selama terkurung di dalam kamar hilang. Kulitnya menjadi halus dan glowing, seperti artis-artis Korea yang dia lihat di internet.

Pemberhentian selanjutnya adalah salon. Rambut Jeanny dirawat dan diberi serum hingga bersinar alami. Tak lupa dengan penataan yang membuat Jeanny tampil anggun dengan rambut mengombak diurai. Yang terakhir adalah outfit. Dom mengajaknya ke toko sepatu, gaun serta perhiasan. Jeanny membiarkan Dom mendadaninya seperti yang pria itu mau. Karena selera Dom begitu tinggi, Jeanny mendapati dirinya terpukau dengan pantulannya di cermin.

Sebelumnya, Dom memang pernah mengajaknya tapi tidak pernah semenyeluruh ini. Gaun berwarna hitam dengan kristal swarovski menggantung cantik di tubuhnya yang semampai. Punggung dan bagian dadanya agak terbuka tapi Jeanny tidak keberatan. Sesekali dia perlu mengapresiasi kulit halus hasil perawatan spa yang sudah dibayar mahal oleh Dom.

"Bagaimana, Dom?" tanya Jeanny seraya memutar badannya di depan pria itu.

"Sempurna." Dom membalas dengan senyum lebar. Dia bahkan memotret Jeanny sebelum menggandeng tangan gadis itu dan berjalan keluar dari butik. Dom membawa tas yang berisi baju lama Jeanny.

"Setelah ini apa yang akan kita lakukan?" tanya Jeanny ketika Dom menuntunnya masuk ke dalam mobil.

"Tentu saja kita makan mala–" Tiba-tiba ponsel Dom berbunyi. Dia memandang nama yang tertera di ponsel sebelum menutup pintu mobil, membuat Jeanny tidak bisa mendengar percakapan pria itu. Ketika dia hendak membuka kaca jendela, Dom memberikan tanda agar dia berhenti.

"Kabar buruk, Jeanny," ucap Dom ketika dia akhirnya masuk ke dalam mobil dan menyimpan ponsel di saku jasnya. "Polisi memintaku hadir untuk pemeriksaan."

Jeanny memandang wajah Dom yang terlihat kalut. Dia menyentuh tangan Dom untuk memberikannya ketenangan. "Aku bisa kembali menggunakan taksi."

Dom menggeleng. "Tidak, aku justru membutuhkanmu untuk menemani tamu malam ini, setidaknya sampai aku datang. Apa kau bisa membantuku, Jeanny?"

"Tamu?"

"Ya. Dia adalah orang yang bisa membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Sebenarnya aku menjanjikan kita makan malam bersama, tapi polisi keparat ini menggangguku." Dom menunjukkan wajah kesal yang jarang sekali terlihat. Dia menoleh dan memandang ke arah Jeanny dengan tatapan tidak berdaya membuat gadis itu kehilangan kata-kata.

Pria seperti Dom yang selalu tampak berkuasa dan tak terkalahkan, menunjukkan sisi rapuhnya kepada Jeanny, sebagai bukti bahwa dirinya dipercaya. Ini pertama kalinya Dom meminta tolong dan Jeanny tidak ingin mengecewakan Dom.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Jeanny penuh tekad. Dia ingin membantu Dom dengan segenap apa yang dia punya.

Dom tersenyum tipis, menunjukkan kelegaan. "Kau hanya perlu menemaninya makan malam sampai aku datang, Sweetheart. Itu saja. Apakah kau bisa?" tanya Dom seraya menggenggam tangan Jeanny dan mengecupnya.

Sederhana. Jeanny bisa melakukannya, membuat gadis itu mengangguk tanpa ragu.

"Aku akan mengantarmu ke restoran di hotel. Sebut namaku, aku sudah mereservasi," lanjut Dom sambil menyalakan mesin. "Kau hanya perlu menunggu dan tolong menemaninya hingga aku datang."

Jeanny kembali mengangguk. "Jangan khawatirkan aku. Selesaikan masalahmu dengan polisi."

Dom kembali melebarkan senyumnya sambil mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum melajukan mobil ke jalanan. Sesampainya di hotel, Jeanny segera menuju restoran dan menunggu.

Tempat itu indah dan mewah dengan langit-langit tinggi tempat chandelier mahal tergantung. Meja-mejanya kebanyakan kosong sementara ada pemain piano yang mengisi suasana dengan dentingan merdu.

Jeanny duduk di kursi yang dekat dengan jendela dan menunggu. Menjelang jam tujuh malam, lima belas menit sejak Jeanny datang, seorang pria setengah baya berperut buncit dan rambut setengah botak datang. Dia tersenyum ketika melihat Jeanny dan berjalan ke arahnya.

Namun, jantung Jeanny merasa diremas ketika tatapan mereka bertemu. Sesuatu dalam dirinya berkata bahwa dia bukan pria baik-baik. Pandangan penuh nafsu yang sering Jeanny terima saat dia bekerja sebagai Cigarrete Girl ada di mata gelap pria yang menjadi tamunya. Bahkan ketika pria itu tiba di meja Jeanny dan menyalaminya, Jeanny memergokinya sedang menatap Jeanny lekat hingga gadis itu risih.

Gadis itu tetap menyunggingkan senyum ramah, walau ingin rasanya dia kabur dari sana.

Demi Dom.

Ucapan bagai mantra itu terus berulang di dalam benak walau berkali-kali pria itu mencuri kesempatan untuk menyentuh kulitnya dengan sengaja. Alarm dalam diri Jeanny berbunyi nyaring, sesuatu mendesak dirinya untuk segera pergi tapi Dom membutuhkannya untuk mengulur waktu.

Dalam hati, Jeanny berteriak.

Kapan Dom akan datang dan menyelamatkannya?

Question's Time:

💋 Kira-kira kapan kira-kira Dom datang?

💋 Kalau kalian ketemu pria hidung belang seperti itu, apa yang akan kalian lakukan?

💋 Apa Jeanny bisa kabur?

Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!

Holy Kiss,

💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top