37 - Daddy's Confession - Pernyataan Cinta Penuh Gairah

Jantung Jeanny tak pernah bisa normal sejak Dom berusaha menciumnya kemarin. Rasanya dia begitu bodoh telah menolak hal sehebat itu. Namun, peringatan Margareth selalu terngiang di kepala. Apalagi Dom adalah pria jantan yang begitu lembut. Rasanya, menyia-nyiakan kesempatan baik.

"Ya?" jawab Jeanny sambil mengangkat panggilan ponsel. Itu dering yang ke sepuluh sejak Jeanny membalas pesan Dom bahwa dia sedang menjenguk ibunya di SWS.

"Sweety, mengapa kau tidak mengangkat telepon?" Suara dominan Dom bertanya dari seberang.

"Aku sedang menjenguk ibu. Pesanku tidak masuk?" tanya Jeanny sambil berjalan menuju stasiun kereta bawah tanah.

"Masuk, Sweety, tapi aku ingin mendengar suaramu."

Jeanny tidak bisa menahan senyum yang mengembang.

Beginikah rasanya disayang oleh seseorang?

"Aku akan segera ke kantor–"

"Tidak perlu. Tunggu aku di SWS. Aku akan menjemputmu dan kita akan makan malam bersama."

"Eh?" Jeanny hanya bisa kaget ketika Dom memutus sambungan. Mata gadis itu mengerjap sebelum menurut perintah Dom. Dia melangkahkan kaki kembali ke SWS, menunggu.

Tidak sampai lima belas menit, Dom sudah datang dengan mobil. Dia memberi kode agar Jeanny masuk yang langsung dituruti. Namun, dugaan akan dibawa ke restoran sirna ketika Dom menyetirkan mobilnya ke salah satu butik terkenal dan memilihkan sebuah gaun putih tanpa lengan yang memeluk tubuh Jeanny dengan ketat. Setelahnya, Jeanny dibawa ke salon untuk didandani sebelum mereka ke salah satu restoran termahal.

Dom dengan manis membukakan pintu untuk Jeanny dan membawa gadis itu menaiki lift. Segalanya sudah disiapkan oleh pria itu. Mulai dari makanan yang dipesan, wine yang akan dibuka, termasuk lagu yang sudah dipesan oleh Dom. Jeanny benar-benar dimanjakan oleh pria itu.

Jeanny merasa dirinya sedang di atas awan. Perlakuan Dom padanya semakin manis dan membuatnya meleleh. Seperti saat ini, di mana dia sedang menikmati pemandangan kota dari restoran mahal, dengan lampu gantung kristal di tengah ruangan dan penyanyi jazz cantik sedang memamerkan suaranya yang merdu diiringi piano dan saksofon. Makanan mewah terhidang di hadapannya sementara seorang pria tampan sedang duduk di depan Jeanny sambil memandang penuh cinta.

Hidupnya terasa sempurna, seperti film-film romansa yang kerap dia tonton ketika ditraktir teman. Hal yang selama ini tampak mustahil terjadi padanya, benar-benar menjadi nyata. Jeanny hanya bisa tersenyum dengan hati penuh kebahagiaan.

"Apa yang membuatmu tersenyum seperti itu, Sweety?" tanya Dom seraya mengelap mulutnya dengan serbet. Sebuah senyum geli yang ditahan tampak di wajahnya yang maskulin.

Jeanny tertawa kecil. "Aku hanya tidak menyangka kalau aku bisa berada di sini, denganmu Dom." Dia pelan-pelan mengikuti Dom mengelap mulutnya tapi dengan hati-hati agar lipstik yang menempel di bibirnya tidak ikut terhapus.

"Kau akan menerima banyak hal yang lebih indah lagi, Jeanny Sweetheart." Dom mengambil jemari Jeanny dan mengecupnya pelan membuat jantung Jeanny kehilangan satu detaknya. Napas Dom yang hangat membuat Jeanny meremang. Bibir pria itu yang seksi membuat Jeanny ingin mengecupnya.

"Dom ...."

Pria itu hanya tersenyum sebelum mengeluarkan sebuah cincin emas dengan sebutir berlian mungil yang cantik dari sakunya. Tanpa banyak berbicara, dia menyelipkan cincin itu di jari manis Jeanny sebelum mengecup benda itu.

"Aku memintamu menjadi kekasihku, Jeanny," ucap Dom seraya menatap Jeanny tajam dengan pandangan posesif.

"Dom!" seru Jeanny terkejut seraya menutup mulut dengan tangannya yang lain. "Aku ...."

"Untuk kali ini, aku tidak menerima penolakan." Dom menautkan jari-jarinya di sela-sela jari Jeanny, membuat wajah Jeanny memerah, merasakan kulit mereka bersentuhan dengan intim.

Jeanny mengangguk sementara dia berusaha mengendalikan dirinya. Detak jantungnya tidak terkendali dan walaupun dia memakai gaun tanpa lengan, dia merasa panas.

"A-aku senang, Dom ...," ucap Jeanny ketika dia mendapatkan suaranya, memandang malu-malu ke arah pria matang itu.

Malam ini tidak mungkin bisa lebih sempurna lagi. Seluruh keinginan Jeanny terkabul. Tidak ada alasan baginya untuk menolak Dom setelah segala hal yang dia lakukan untuk Jeanny. Sifatnya yang manis dan bersedia melakukan apa pun untuk Jeanny, membuat Jeanny merasa Dom berhak untuk dipersilakan masuk lebih dalam ke ruang hatinya.

Hari itu ditutup dengan sempurna ketika Dom mengantarkan Jeanny ke flatnya. Dia kembali membukakan pintu mobil dan membantu Jeanny keluar dari mobil. Dengan begitu gentleman, Dom mengantarkan Jeanny hingga ke depan pintu sebelum mencondongkan tubuhnya untuk mencium Jeanny.

"Ah!" Dengan refleks Jeanny menahan bibir Dom yang ranum itu dengan tangannya.

Mata Dom menunjukkan tanda tanya membuat Jeanny panik mencari alasan.

"Ma-maaf, aku belum siap. Apakah kau bersedia menunggu? Mungkin setelah Mom memberikan restunya?" tanyanya takut-takut, merasa akan mengecewakan Dom yang telah begitu baik padanya.

Namun, tidak sesuai dengan dugaannya, Dom justru menarik diri sambil tersenyum maklum. Dia mengambil tangan Jeanny dan kembali mengecupnya.

"Apa pun untukmu, Sweetheart. Istirahatlah, besok adalah pagi pertama kau menjadi kekasihku."

Jeanny menahan napas dan mengangguk. "Terima kasih, Dom, untuk malam ini," ucap Jeanny sebelum membuka pintu dan masuk. Dia menutup pintu perlahan dan malu-malu, berusaha selama mungkin agar dia dapat melihat wajah Dom lebih lama.

Malam itu, Jeanny berbaring dengan hati penuh bunga dan bermimpi Dom melamarnya.

Hari-hari berikutnya diwarnai dengan kesibukan Jeanny yang disela Dom setiap waktu. Telepon, pesan beruntun bahkan Dom melarang Jeanny keluar dari kantor tanpa dirinya. Bagi seseorang yang terbiasa mandiri, Jeanny merasa tidak nyaman tapi di sisi lain, dia menikmati kehadiran Dom yang begitu lekat dengan dirinya.

Jeanny bertanya-tanya, apakah ini rasanya dimiliki oleh seseorang?

Gadis itu berusaha menerima perlakuan istimewa Dom yang kadang berlebihan apalagi jika ada pria lain, tidak peduli apakah itu hanya pegawai restoran atau sekadar orang lewat. Dom tidak akan terima jika Jeanny bersikap ramah dan tersenyum pada mereka.

"Sweety, senyummu yang cantik hanya untukku," bisik Dom mesra sambil memasangkan sabuk pengaman kepada Jeanny. "Biar matamu yang indah itu hanya memandangku."

Dengan wajah memerah menahan malu dan debaran, Jeanny mengangguk. Dia harus lebih hati-hati dalam bersikap, terutama jika saat ini dia sudah memiliki pasangan. Dom adalah pencemburu, karena mencintainya dengan begitu sangat. Permintaan pria itu terasa begitu sederhana dibandingkan segala yang telah diberikan Dom padanya.

Menyadari bahwa Jeanny memahami, Dom melebarkan senyum dan mengantar gadis itu kembali ke apartemen sederhananya. Dia membukakan pintu mobil dan mengantarkan Jeanny hingga ke depan pintu. Alih-alih mencoba mengecup bibir Jeanny, Dom mencium pipi halus gadis itu membuat Jeanny kembali tersenyum manis.

Sempurna.

"Good night, Dear. Aku akan mengirimkan pesan sebelum kau terlelap."

Jeanny mengangguk sekali lagi sebelum menutup pintu. Tepat pada saat itu, ponsel Dom berbunyi. Dia berjalan agak jauh dari pintu apartemen Jeanny sebelum mengangkatnya.

"Aku tahu, barangnya sudah siap. Akan bisa diantar sebentar lagi."

Dom diam mendengarkan suara di ujung sambungan sambil masuk ke dalam mobilnya. "Barang yang terbaik perlu persiapan yang matang, itu yang membedakan antara diriku dengan orang lain. Tenang saja, siapkan bayarannya dan kirim melalui rekening lepas pantai."

Suara itu menjawab sementara Dom mulai menyalakan mesin.

"Aku akan mengabarimu lagi."

Dom mematikan sambungan teleponnya. Dia mengirimkan pesan pada Jeanny mengucapkan selamat malam sebelum membuka pesan lain yang baru masuk. Pesan singkat itu hanya bertuliskan, "Tikus telah terpojok."

Pria itu menyunggingkan senyum miring penuh hinaan sebelum memasukkan gigi ke dalam sedan mewahnya dan bergabung dengan keramaian kota di malam hari.

Question's Time:

💋 Siapa nih yang dimaksud Tikus sama Dom?

💋 Bukan pertanyaan sih, drop emoticon kalian yang menggambarkan perasaan kalian di chapter ini hehe~

Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!

Holy Kiss,

💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top