21 - Daddy's Care - Kehangatan Dekapan Pria Matang
Dom, seorang pria kaya dan matang yang menguasai kasino terbesar, tertarik pada Jeanny yang lugu dan polos. Satu-satunya tujuan Jeanny adalah menghindar dari para lelaki hidung belang dan mencari uang untuk perawatan ibunya. Namun ketika Dom terus menerus memberikan perhatian pada Jeanny, bisakah Jeanny tetap bertahan pada prinsipnya atau luluh pada pria berpengalaman tersebut?
Jeanny masih dapat merasakan bibir Dom pada punggung tangannya. Rasa hangat menjalar hingga ke hatinya yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Perlakuan Dom malam itu begitu manis, seperti gulali berwarna merah muda yang pernah dia makan sewaktu kecil. Kencan di taman bermain, perlakuan Dom yang begitu lembut, bagaimana pria itu mendekapnya dalam pelukan, mengangkat tubuhnya hingga tak perlu menjejak lantai. Jeanny merasa dirinya diperlakukan bak putri di cerita-cerita dongeng.
Gadis itu dengan cepat berganti pakaian menjadi piyama dan mengompres kakinya yang terkilir. Sepertinya tidak parah. Mungkin karena Jeanny tidak perlu memaksa diri untuk menggunakan otot kaki yang cidera. Semua berkat Dom.
Pikiran Jeanny kembali melayang ke pria itu membuatnya menahan gemas dengan memeluk bantal kepala, membenamkan wajahnya pada keempukan benda berwarna putih itu.
Ah, seandainya saja dia memeluk Dom seperti dia memeluk bantal ....
Jeanny segera menepis pikiran yang mulai berkelana. Semakin hari, pesan ibunya semakin samar. Peringatan untuk tidak mempercayai laki-laki terdengar begitu bodoh ketika Jeanny diperlakukan dengan begitu baik oleh pria matang seperti Dom. Wajah Jeanny kembali terasa panas.
Mengapa seluruh alur pikirannya mengarah ke atasannya?
Gadis itu tidak bisa menahan kibasan sayap kupu-kupu yang memenuhi perutnya hingga dadanya terasa hangat. Dia tidak sabar untuk bertemu dengan Dom esok hari. Untuk pertama kalinya, Jeanny berharap dia bisa segera masuk kantor.
Sambil terkikik geli, menertawakan dirinya yang seperti dimabuk cinta, Jeanny berusaha memejamkan mata. Seandainya saja malam ini dia bisa bermimpi pria itu.
"Bersenang-senang dengan mainan barumu, Tuan Petrov?" sapa seorang pria paruh baya, begitu Dom melewati pintu utama kaca kediamannya. "Aku harap kau tak keberatan aku datang di awal janji. Aku hanya takut terjebak macet akhir pekan," sambungnya seraya mengepulkan asap cerutu hingga membubung.
"Victor," geram Dom seraya melepaskan coat yang membungkus tubuh kukuhnya. Dia memang meminta sekuriti membiarkan pria itu menunggu di ruang tamu, tapi tetap saja, disambut oleh Victor setelah dia berkencan membuat suasana hatinya memburuk dengan cepat.
"Apa kau membawa laporan keuangan yang kuminta?" tanya Dom tanpa basa basi. Dia segera duduk di depan pria setengah baya itu.
"Tentu saja," balas Victor sambil terkekeh. Dia menyerahkan tumpukan kertas kepada Dom. Di zaman yang serba digital, pengurus SWS itu malah memilih cara manual.
Dom menerima tumpukan kertas itu dengan malas. Seharusnya Victor bisa mengirimkannya lewat surel, daripada memaksa bertemu dan menyerahkan laporan itu seperti ini. Dom mengecek satu per satu lembaran di tangannya sementara Victor terus mengoceh.
"Seperti yang kuceritakan lewat telepon. SWS mengalami kerugian karena donaturnya terus berkurang sementara penghuni yang membutuhkan perawatan semakin banyak. Ditambah dengan meningkatnya biaya obat dan dokter, membuat rumah perawatan mengalami defisit. Aku sudah berusaha mencari donatur tapi sepertinya masih kurang." Victor terdiam sesaat sambil menggosok-gosokkan kedua tangannya di depan dada. "Karena itu, aku berharap Tuan Petrov bisa menambah jumlah donasi setiap bulannya. Apalagi, ada 'dia' sedang dirawat di SWS."
Dom tidak langsung menjawab. Dia mendengarkan laporan Victor dan mengkrosceknya dengan dokumen di tangan. Sekilas, yang dikatakan Victor ada benarnya. Dom dapat melihat bagaimana pemasukannya terus menurun sementara kebutuhan meningkat. Dia memang belum membandingkan dengan margin inflasi tahun lalu, tapi melalui perkiraannya, tidak jauh berbeda dengan laju inflasi yang dia tahu.
"Aku mengangkatmu menjadi direktur SWS untuk mengurus tempat itu." Dom melemparkan tumpukan kertas itu ke atas meja tamu sambil menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa dan menumpukan kakinya ke atas kaki lain. Gesturnya tampak begitu berkuasa dan mengintimidasi. "Aku tidak peduli, kau bisa melakukan penggalangan dana atau apa lah untuk menarik donatur. Mengemislah, kau dibayar untuk itu. Aku tidak mau menerima omong kosong lagi tentang kurangnya dana apalagi sampai menaikkan biaya perawatan yang harus dibayar."
Victor menghela napas, berusaha tetap tenang di bawah aura Dom yang membuat nyalinya ciut. Dia menyunggingkan senyum. "B-baik, Tuan Petrov. Aku akan sebisa mungkin melakukan penggalangan dana demi kepentingan Nyonya Valentine."
Dom hanya menaikkan sudut bibirnya ketika Victor memilih memainkan kartu yang dia anggap bisa memanipulasi dirinya.
"Ya, demi Nyonya Valentine yang dirawat di sana." Dom mengubah posisinya dari bersandar menjadi tegak. "Jadi bagaimana kabar Nyonya Valentine, Victor?"
"Cukup baik. Dia akan terus mendapatkan pengobatan jika rumah perawatan terus mendapatkan dana."
"Bagus. Jika demikian, lakukan tugasmu sebagai direktur." Dom tetap tidak tergoyahkan. "Jika tidak ada masalah lagi, segera lakukan tugasmu."
Pria itu berdiri, menunggu Victor segera bangkit dari tempat duduk. Direktur SWS itu menyadari bahwa dia tidak memiliki lagi amunisi untuk bernegosiasi dan menurut. Dom menunggu sampai Victor enyah dari pandangannya sebelum memasuki kamar.
"Menjadi PA?" seru Jeanny kaget ketika dia mendengar suara Dom dari ujung telepon.
Pria itu menelpon ketika Jeanny hendak bersiap untuk bekerja, memberinya izin untuk tidak masuk karena kakinya masih dalam masa pemulihan. Walau Jeanny sebenarnya enggan, dia tidak mungkin membantah Dom, apalagi Dom melakukan itu karena khawatir pada dirinya.
"Ya," jawab Dom dengan nada tegas. "Aku akan membiayai short course agar kau bisa memahami job desknya. Dengan demikian, kau bisa mendapat gaji lebih."
Jeanny tercekat. Dia teringat sepucuk surat yang dia terima dari rumah perawatan ibunya. Kondisinya saat ini memang sedang terpuruk. Dia membutuh kan uang dalam jumlah lebih banyak dan Dom memberinya jalan keluar.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya, berpikir. "Baiklah."
"Bagus." Jeanny dapat membayangkan senyum Dom merekah, membuat dadanya terasa hangat. Betapa inginnya Jeanny melihat senyum Dom. "Hari ini beristirahatlah, aku akan mengatur segala sesuatunya dan akan memberitahumu lanjutannya."
Sambungan terputus, membuat Jeanny merasa kehilangan. Dia masih ingin mendengarkan suara Dom lebih banyak.
FOKUS JEANNY!
Gadis itu menampar dirinya secara mental untuk membuat dirinya kembali mendarat ke kenyataan. Bahkan jika hari ini dirinya mendapat kesempatan libur, Jeanny tidak berminat untuk bersantai. Kakinya sudah dia bebat kencang dan hanya nyeri sedikit. Gadis itu memutuskan untuk ke perpustakaan dan menyelesaikan makalah tugas dari sekolahnya.
Tidak terbayang kalau dia ikut pelatihan menjadi PA, waktunya akan semakin terbatas. Entah bagaimana Jeanny bisa menyeimbangkan diri dengan begitu banyak pekerjaan.
Tak butuh waktu lama hingga Jeanny tiba di perpustakaan umum dan mulai mencari buku yang dia perlu. Perpustakaan tetap menjadi tempat favorit Jeanny, selain karena koleksinya lengkap, perpustakaan juga tempat di mana dia bisa mendapat wi-fi cepat untuk mencari bahan.
Namun, kali ini, Jeanny membutuhkan bahan dari buku fisik. Maka, gadis itu melewati deretan komputer dan menuju rak buku yang dia cari.
Ah, bukunya berada di luar jangkauannya. Jeanny terpaksa menarik tangga dari rak sebelah sebelum menaikinya, tapi tiba-tiba, saat menaiki anak tangga ketiga, pergelangan kakinya terasa sakit dan keseimbangannya hilang.
Celaka!
Jeanny menutup mata, mempersiapkan diri untuk merasa sakit, tapi rasa sakit itu tak kunjung datang, bahkan ketika Jeanny merasa dirinya telah menabrak sesuatu yang ... empuk dan hangat ....
"Kau tidak apa-apa?" Sebuah suara bariton menyapanya.
Jeanny membuka mata. Dia menahan napas ketika menyadari siapa yang ada di hadapannya.
Question's Time:
💋 Siapa yang menahan jatuhnya Jeanny? Ayo tebak~
💋 Kira-kira apa yang dilakukan Victor buat menggalang dana?
💋 Gimana kalau kamu yang digendong sama Dom?
Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!
Holy Kiss,
💋
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top