18 - Daddy's secret - Fakta Mendebarkan Pria Posesif

Jeanny mengatupkan bibir dan menggigit lidahnya. Tidak semestinya pertanyaan itu keluar dari lisannya. Namun, rasa ingin tahu begitu membuncah. Ia menunggu jawaban dengan jantung berdebar-debar, khawatir Dom akan tersinggung.

Mata emas Dom membulat menatap Jeanny. Namun, tidak ada tanda-tanda kegelisahan dan ekspresi di wajahnya tetap sama seperti saat Jeanny datang tadi. Jika ia memang marah, tentu ia sangat pandai menyembunyikan emosi. 

"Mengapa kau menanyakan hal itu? Apa kau mendengar desas-desus di luaran tentang aku?" Dom balik bertanya.

Seketika perasaan tidak enak menikam Jeanny. Buru-buru ia menjelaskan, "Eh, tidak, bukan seperti itu maksudku. Hanya saja ...." Jeanny berhenti sejenak untuk menghela napas. "Saat menolongku tempo hari kau membawa pistol, bahkan dua kali menembakkan pelurunya ke arah penjahat itu. Dan sekarang media memberitakan kematiannya," tambahnya dengan suara bergetar.

Dom menyeruput kopi panas yang disiapkan oleh Jeanny.

"Jean, kaulihat orang itu masih hidup saat kita kabur, kan," kata Dom santai.

Jeanny menggali lagi ingatan akan kejadian malam itu. Dom benar, orang itu masih bergerak ketika mereka cepat-cepat berlari ke mobil. Gadis itu pun mengangguk yakin.

Ibu jari dan telunjuk kiri pria itu mengelus janggutnya sambil memandang tajam ke arah Jeanny.  

"Kau tahu, beberapa hewan yang tampak tidak berbahaya pun punya senjata di tubuhnya untuk bertahan hidup. Sengat pada lebah, tanduk pada kerbau, cakar pada kucing. Sama sepertiku. Aku membawa pistol hanya untuk melindungi diri. Sebab kita tak pernah tahu kejahatan apa yang mungkin menimpa kita."

Jeanny mengangguk-angguk. Ia mengerti, pria seperti Domivick Petrov pasti punya alasan membawa pistol. Konon persaingan bisnis bisa menghalalkan segala cara, termasuk melenyapkan nyawa. Namun, jika ia ingat lagi kejadiannya Dom menembak pria penguntit itu bukan di area vital. Pemilik Bourbon le Miracle itu hanya menyarangkan timah panas ke punggung dan tangan si penjahat. 

Dom bangkit dari kursi kerja berlapis kulit, lalu memegang dagu Jeanny hingga tatapan mereka bertemu.

"Do I scare you?" tanya Dom dengan suara rendah yang seksi.

Entah sudah berapa kali Dom menanyakan pertanyaan itu. Namun, kali ini Jeanny langsung menjawab dengan gelengan mantap.

"I'm so sorry. Seharusnya aku berterima kasih kepadamu, bukan malah menaruh curiga. Jika kau tak datang tepat waktu, mungkin aku ...." Jeanny tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia menutup wajah dengan telapak tangan.

"Sshh. Sudah, tak perlu diingat-ingat lagi." Dom mengelus-elus punggung Jeanny yang terbalut gaun berbahan satin untuk menenangkannya. "Satu hal yang harus kau ingat, aku tidak pernah melakukan hal yang sia-sia," kata Dom dengan tegas.

Lagi-lagi gelenyar halus mengalir di tubuh Jeanny akibat sentuhan ringan Domivick. Gadis itu beringsut menjauh untuk menjaga akal sehatnya tetap bekerja dengan benar. 

"Hanya saja, jenazah mengenaskan pria itu di saluran pembuangan air yang kulihat di portal berita terus terbayang," ujar Jeanny.

"Media terkadang memang suka berlebihan mengeksploitasi berita. Semakin viral, semakin terus disiarkan."

Pemilik gurita bisnis hiburan Las Vegas itu menarik lembut lengan Jeanny agar mengikutinya. "Daripada pikiranmu tersita oleh berita murahan itu, lebih baik ikut aku!"

"Kita akan ke mana? Pukul empat sore nanti kau ada online meeting dengan arsitek CLD," ucap Jeanny mengingatkan jadwal kerja bosnya sambil berlari kecil agar langkahnya tidak tertinggal.

"Tenang saja, kita tidak akan lama!" jawab Dom santai.

Jeanny duduk di dalam mobil mewah sembari memerhatikan jalan. Ia penasaran ke mana sebenarnya tujuan mereka. Sesekali gadis muda itu melirik Dom yang berkonsentrasi menyetir. Sungguh pria yang menarik, di satu sisi begitu dominan, tidak dapat ditentang, tetapi di lain sisi juga sangat manis penuh kejutan. Begitu Jeanny memalingkan pandangannya lagi ke jalan, ia merasa tidak asing dengan jalur yang mereka lewati, bahkan ia sangat menghafalnya. 

Dom membelokkan mobil pada bangunan dengan pagar berwarna cokelat. Tampak penjaga keamanan gedung yang biasanya bermalas-malasan di pos, berdiri hormat menyambut mereka. 

Mata gadis delapan belas tahun itu membeliak ke arah pria di balik kemudi ketika akhirnya mobil itu berhenti di tempat parkir khusus. Setahu Jeanny area itu diperuntukkan bagi direksi, orang-orang penting SWS.

"Ka-kau ...?" Jeanny menunjuk Dom dan plang tanda parkir khusus bergantian.

"Kenapa? Tenang saja, tidak akan ada yang berani menderek mobilku. Kalau kau mengkhawatirkan tentang itu," ujar Dom tersenyum miring.

Jeanny tertawa pelan menanggapi humor bosnya. Namun, gadis itu langsung terdiam ketika Dom tiba-tiba mendekat dan melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya. Jantungnya kembali bertalu-talu dan tulang-tulangnya seolah meleleh. Aroma musk yang maskulin menyebar dengan cepat ke seluruh indera Jeanny, membuatnya begitu mendamba pelukan pria itu.

Untungnya Dom tidak berlama-lama, pria itu segera turun dari mobil, lalu memutar, membukakan pintu bagian penumpang untuk Jeanny.

"Ayo!" 

Jeanny meraih tangan Domivick yang terulur kepadanya. Mereka berjalan bersisian dengan lengan Dom melingkar erat di pinggang ramping gadis itu.

Dom mengajak Jeanny ke bagian gedung administrasi. Gedung ini satu-satunya tempat di SWS yang paling tidak disukai gadis itu. Sebab, setiap kali memasuki gedung administrasi, Jeanny pasti harus berurusan dengan masalah biaya. Namun, bersama Dom, langkah gadis itu terasa ringan. Setiap orang yang berpapasan dengan mereka - Dom, tepatnya - seakan sengaja memberi jalan dan menyunggingkan senyum ramah. Bahkan beberapa pegawai tampak menyapa pria di sisi Jeanny dengan penuh hormat.

"Omong-omong, mengapa kita ke sini? Dan sepertinya kau cukup terkenal di sini," ungkap Jeanny penasaran.

"Nanti kau juga tahu," jawabnya misterius.

Sejak di area parkir gadis itu telah menduga, Domivick Petrov memiliki andil penting di yayasan tempat ibunya dirawat ini. Namun, pria itu memilih diam.

Mulut Jeanny menganga ketika mereka tiba di depan salah satu ruangan besar di lantai teratas gedung. Di depan pintunya terdapat papan bertuliskan Foundation's Council. Terlebih ketika pria itu dengan santai membuka pintu dan mengajaknya masuk.

Berbeda dengan kantor Domivick Petrov di Bourbon le Miracle. Ruangan ini tampak sederhana, tapi elegan. Sama seperti eksterior bangunannya, bagian interior kantor ini juga didominasi oleh warna cokelat. Sebuah papan berisi struktur organisasi SWS terletak di ujung ruangan dekat jendela besar yang menghadap taman shelter. Di tengah-tengah ruangan terdapat meja panjang dengan kursi-kursi untuk meeting. Sebuah maket bangunan SWS diletakkan di atas meja tersebut.

Jeanny menghampiri papan struktur dan membacanya.

"Ja-jadi kau salah satu dewan pendiri SWS?" tanya Jeanny tergagap. "Astaga, Dom, aku benar-benar tidak menyangka. Selama ini aku hanya tahu Tuan Victor Kromm sebagai petinggi di sini."

"Haruskah kuumbar semua di depan media?" Dom menggeleng pasti. "Tidak, Jeanny. Biar media hanya tahu tentang aku sebagai raja dunia hiburan Las Vegas. Aku lebih senang berada di balik layar untuk proyek-proyek sosial."

Gadis belia itu tersenyum lebar. Matanya menatap Domivick Petrov dengan kekaguman yang bertambah. Bagaimana mungkin ia sempat berpikiran buruk tentang pria ini? 

"Kau benar-benar dermawan," pujinya tulus. "Omong-omong, apa kau tahu jika jumlah donasi yang masuk di SWS mengalami penurunan? Minggu lalu aku baru mendapat email yang berisi kenaikan biaya perawatan." 

Jeanny tiba-tiba teringat pada surel yang membuatnya segera menerima pekerjaan personal assistant.

Alis Dom terangkat mendengar pertanyaan Jeanny barusan. Namun, tidak ada perubahan di raut wajahnya, ia tetap terlihat tenang.

"Benarkah? Akan kutanyakan nanti dengan manajemen. Bila itu benar, maka kami harus mencari terobosan baru untuk menjaring donatur lebih banyak lagi," katanya diplomatis.

Dom tampak mencatat sesuatu di ponselnya. Lantas menghampiri Jeanny yang sedang berdiri memandang taman dari jendela.

"Bukankah ibumu dirawat di sini? Apa kau mau menemuinya?" tanya Dom sambil berbisik di telinga Jeanny.

Suara rendah Dom yang seksi bergetar di telinga Jeanny hingga membuat seluruh indera peraba gadis itu meremang. 

"Bolehkah?" tanya Jeanny antusias. Ia sebelumnya tak berani meminta karena masih berada dalam jam kerja.

Dom tersenyum lalu mengangguk.

"Apa kau mau ikut?" tanya gadis itu penuh harap. "Namun, jika kau sibuk tidak apa-apa. Aku akan kembali secepatnya."

"Baiklah, Manis, dengan senang hati."

Hati Jeanny begitu bahagia saat Dom menemaninya menemui wanita yang sangat ia sayangi. 

Bangunan ruang perawatan terletak di belakang. Terdiri atas kamar-kamar seperti di rumah sakit. Ada yang satu kamar hanya ditempati satu orang, ada pula yang terdiri dari beberapa kasur layaknya asrama.

Jeanny memilihkan kamar sendiri untuk Margareth. Biarpun ia harus membayar biaya lebih mahal, tetapi demi kenyamanan ibunya apapun akan ia lakukan.

Gadis itu berjalan dengan riang, senyuman manis tak lepas dari wajah ovalnya yang cantik. Di depan kamar Margareth, Jeanny menoleh pada Dom yang sejak tadi menggandeng tangannya. 

Dari balik pintu Jeanny mendengar suara tawa terkekeh khas ibunya jika sedang senang. Juga suara pria yang sepertinya sedang membacakan buku.

Pikiran Jeanny hanya tertuju pada satu orang. Michael Johansson, hanya pria itu yang mampu membuat Margareth tertawa. Namun, Jeanny belum bisa mempercayai pengacara muda itu. 

Senyum di bibir gadis belia itu memudar. Cepat-cepat ia membuka pintu, berharap keakraban ibunya dan Mike terputus oleh kedatangannya bersama Dom. Ia yakin pesona Domivick Petrov juga bisa meluluhkan hati Margareth.

Question time

💋 Pernah dapat surprise dari gebetan? Share dong 😉

💋 Gimana reaksi Margareth ketemu sama Dom? Apa ia bakalan ngerestuin Dom sama Jeanny?

💋 Dom ketemu Mike, kira-kira apa yang akan terjadi? 

💋 Kalau di antara Dom dan Axel, Jeanny berasa degdegan mulu, bagaimana di antara Dom sama Mike?

Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!

Kiss muah,

💋

[11/11/20]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top