13 - Dangerous Daddy - Tembakan Panas Tengah Malam
Sejak pertemuan personal terakhirnya—hingga kedua bibir itu hampir saling menyentuh, Jeanny belum memberi kabar, sepatah kata pun. Remasan pada setir kemudi kian menguat sampai buku-buku jari Dom memutih. Sial, pria itu menjadi penasaran rasa dari bibir merekah Jeanny.
Pemilik netra emas itu memberi toleransi selama dua kali dua puluh empat jam. Namun, sekarang sudah sekitar tujuh jam lagi, hari ketiga akan menyapa. Diperparah, Jeanny tampak menghindar darinya ketika jam makan siang, pergantian sif, atau secara kebetulan berpapasan di room poker membawa nampan koktail.
Di dalam kuda jingkrak merah menyalanya, Dom berdecak menatap layar ponselnya. Meski kaca jendela mobil terkatup rapat, para pekerja wanita berusaha keras menyunggingkan senyum seduktif demi menjala atensi Big boss Bourbon le Miracle mereka.
Namun, mata Dom hanya tertuju pada sosok Jeanny seorang. Kali ini tak ada senyum ramah yang selalu ia tebar kepada karyawannya. Suasana hatinya tengah berkecamuk.
Kerutan di dahinya makin kentara karena terus menunggu balasan Jeanny dari jejaring aplikasi pesan daring yang tidak kunjung muncul. Bahkan fitur centang ganda sebagai tanda telah dibuka pun tak memberikan warna terang. Beberapa kali jemari panjangnya mengetuk-nyalakan layar telepon genggam berlogo buah apel itu, hanya untuk memastikan pop-up pesan obrolan yang masuk.
Pria itu sekali lagi menoleh sekeliling, bahkan dari pintu akses karyawannya yang sekelas buruh keluar-masuk, batang hidung Jeanny tak tampak juga. Dom mendebas sambil melirik arloji kulit buaya Vacheron Constantin keluaran masterpiece terbarunya. Dua puluh menit lagi matahari benar-benar lenyap di balik cakrawala jajaran tebing batu di kawasan Red Rock Canyon.
"Are you hiding from me, huh?" Dom menyugar diselingi decak kesal kedua kalinya. Ia yakin Jeanny tidak mendapat sif malam hari ini.
Seorang wanita keluar dari pintu ruang lorong para pekerja untuk menghirup udara panas Las Vegas. Sesaat rambut cokelat madunya mengingatkan pada gadis yang ia tunggu. Sayang, wanita itu bukan yang ia nanti. Bagaimana bisa, Dom berhalusinasi itu Jeanny? Lagi pula, cigarette girl yang bermata biru menawan seperti boneka porselen di kasinonya hanya Jeanny.
Hanya gadis bermata langit musim panas yang dinanti.
Membayangkan angin hangat petang menyibak helaian lembut Jeanny, yang bahkan tidak ia duga akan selembut rambut para pesolek selebritas—penjaja kehidupan pribadi. Siapa sangka, dan bagaimana bisa Dom melewatkan sosok Jeanny yang ternyata sudah beberapa minggu berlalu-lalang di kasinonya. Bagaimana bisa seorang Dom—lelaki paling berkuasa di dunia hiburan kasino Nevada—mata awasnya melewatkan pesona gadis belia begitu saja. Malahan, tinggal beberapa sentuhan poles kuas kosmetik akan sejajar dengan diva industri hiburan. Namun, pria itu menggeleng.
Jeanny tidak boleh dimiliki oleh publik. Tak seorang pun boleh menyadari pesonanya yang disembunyikan.
"Ke mana saja kau selama ini, Jeanny Valentine ...."
Dom menyalakan kontak mobilnya begitu dua jam berlalu. Ia menduga gadis itu telah pulang lebih awal, tanpa sepengetahuannya. Mungkinkah gadis itu sengaja mencuri waktu untuk membolos? Tapi kenapa? Apakah karena kejadian koktail tumpah tempo hari dengan tamu pasutri negara tropis Asia Tenggara membuat Jeanny malu menampakkan diri?
Mengenyahkan prasangka, pria itu memutar kemudi untuk segera keluar dari area jalanan Bourbon le Miracle. Selintas ide muncul di benaknya. Dom mengambil rute Freeway Traffic barat sisi belakang kasinonya untuk ke utara menuju apartemen Jeanny. Dom menerka ke mana lagi jika bukan di sana dan ia tahu koleksi relasi gadis itu sangat terbatas. Serta, Jeanny tampak seperti remaja dewasa kutu buku yang lebih memilih berdiam diri di kamar ketimbang membuang sepuluh dolar untuk hang out, meski hanya membeli kentang goreng dan roti daging di luar jam makan utama.
Tiba-tiba di persimpangan jalan keluar Las Vegas Freeway menuju arah timur Jalanan West Charleston Boulevard ke utara—kawasan Distrik Art, Dom membelalakkan matanya.
Ia menjumpai sosok Jeanny tengah berjalan kaki di trotoar, seorang diri. Tak biasanya gadis itu memilih rute yang belum pernah Dom ketahui selain menggunakan layanan deuce. Seharusnya gadis itu menggunakan rute Jalan Las Vegas Boulevard, cukup lurus ke utara dari sisi seberang muka Bourbon le Miracle. Praktis.
Tunggu! Jeanny beberapa kali menoleh ke belakang. Arah pandangnya jelalatan. Gadis itu tampak tak tenang.
Mata elang Dom terpaku pada sebuah mobil lawas yang merayap lima meter di belakang Jeanny. Padahal jalanan Charleston Boulevard sisi barat ini cukup lengang dan tidak ada kendaraan lain yang menghalangi jalan mobil sedan tahun dua ribuan itu.
Dom berinisiatif menurunkan laju hingga di bawah 40km/jam. Mengambil jarak sepuluh meter mengingat kuda jingkraknya yang sangat mencolok membelah aspal. Di samping itu, Dom mencoba menghubungi ponsel Jeanny. Namun, tidak kunjung direspons. Bersamaan dengan membuntuti, baik Jeanny maupun mobil asing itu, insting Dom menyala. Bukan sebuah kebetulan sesuatu hal buruk akan menimpa orang dekatnya.
Dia mengetahui Jeanny hingga permasalahan gangguan mental ibunya, tetapi gadis lugu itu tidak tahu apa pun tentangnya.
Seorang pria bertopi hitam dengan kerah tinggi tiba-tiba melongok dari jendela mobil. Ia meneriaki Jeanny. Namun, gadis itu justru berlari menyusuri gang yang diapit gedung-gedung perkantoran yang telah tutup. Mobil penguntit itu pun tak bisa mengakses jalan. Terpaksa pria asing bermantel serba hitam bergegas keluar.
Sebuah detus pistol sontak meluncur. Terdengar suara teriakan menyerupai seorang perempuan.
Dom tak tinggal diam, tangannya merogoh dasbor untuk mengambil Beretta Pietro 92A1, memeriksa isi magazine sejenak. Lantas ia selinapkan di balik mantel formal kerjanya kemudian turun dari kuda jingkraknya lalu segera menyusul.
"Apa masalahmu!? Kenapa kau mengikutiku dari tadi siang!?"
Terdengar teriakan Jeanny, suaranya menggema membelah kesenyapan malam. Namun, Dom tidak serta-merta menunjukkan eksistensi. Ia masih mengamati situasi. Sosok pria bermantel panjang dan hitam itu tinggi menjulang. Seperti algojo yang diperintahkan untuk eksekusi seorang majikan.
Selintas di mantik Dom muncul dua frasa, pembunuh bayaran?
Benar saja, Jeanny terjebak. Dari seberang cukup terlihat walau lampu penerangan jalan membelakangi area gang sempit pilihannya. Gadis itu beringsut di pojok rongsokan sampah kota.
Dom langsung menyeberang begitu arus jalan raya cukup sepi. Kemudian ia menempel di tembok muka bangunan. Tangannya hendak merogoh gagang pistolnya.
Orang asing itu tiba-tiba mengucapkan beberapa patah kata yang tidak Jeanny mengerti. "Semoga bosmu menyukai hadiah tengkorakmu, Sayang. Ini tidak akan lama jika kau mau kooperatif."
Sebuah moncong senjata api mengacung di muka Jeanny. Sementara gadis itu membelalakkan mata, suaranya terkunci dalam ketakutan yang membuat tubuhnya membeku. Namun, sejurus Dom menerjang penguntit itu, menghantam tengkuk dan memiting lengan, sekali lalu menendang pistol hingga terlempar jauh dari jangkauan.
Sebisa mungkin Dom berusaha untuk tidak membuang timah panasnya sia-sia.
"Fvck!" Penguntit pria itu mendelik beringas kepada Dom.
Sedangkan, si pemilik Bourbon le Miracle menyiapkan kuda-kuda bilamana hendak berbalik menyergapnya. Kendati demikian, pria berkerah hitam tinggi itu justru mengambil belati dari kantong sabuk belakangnya, lantas ia berlari menerjang Jeanny.
Sontak gadis itu menjerit ketika ujung bilah berkilau membiaskan cahaya lampu jalanan siap menikam kepalanya.
Question's Time:
💋 OMG! Jeanny bakal diapain itu!?
💋 Siapa sih penguntit rese itu, berani-beraninya mengganggu gadis-nya Raja Kasino Las Vegas!? (eh)
💋 Pernahkah kalian berada di posisi mirip Jeanny? Apa solusinya agar selamat? Jangan sampai ya, selalu waspada ke mana pun kamu pergi, baik siang apalagi malam.
Tekan ⭐ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!
Cute Kiss,
💋
[2/11/2020]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top