11 - Crossover Daddy - BDSM couple and Dominant male
Jeanny mengambil tisu yang selalu diselipkan di kotak produknya.
"I-I'm so sorry, Madam," ucap Jeanny terbata. "Saya tidak sengaja. Biar saya bantu membersihkannya."
Wanita dengan rambut panjang hitam yang tergerai itu menepis tangan Jeanny.
"Kau pikir permintaan maafmu bisa menghilangkan noda di bajuku? Apa kau tahu harga baju ini? Bahkan gajimu sebulan tidak akan bisa membelinya!" sahut sang wanita dengan kesal. Suaranya meninggi, hingga membuat orang-orang menoleh ingin tahu.
"Mana manajermu? Aku harus bicara! Karyawan tidak becus sepertimu tak seharusnya dipertahankan." Wanita bertubuh seksi itu terus mengotot, membuat Jeanny merasa terpojok.
Jeanny terdiam lemas. Dia tidak tahu harus berkata apa selain maaf. Jika manajernya datang, ia pasti akan diberi surat peringatan bahkan mungkin akan dipecat.
"Tolong, Madam, maafkan saya. Jangan perpanjang masalah ini, saya akan melakukan apa saja untuk menebus kesalahan saya," mohon Jeanny sambil memegang tangan wanita itu dan berlutut.
Wanita itu menarik tangannya, dengan jijik ia mengelap tangan yang disentuh Jeanny itu ke bajunya.
Seorang pria kulit putih berbadan tegap, datang tergopoh-gopoh melerai keduanya.
"What happened, Beib?" tanya pria itu sambil merangkul mesra si wanita dan menenangkannya. Tangan kukuhnya membelai lembut lengan atas wanita itu. "Apa kau tidak malu jadi bahan tontonan orang-orang di kasino ini?" bisiknya.
"Lihatlah, baju baruku ketumpahan cocktail gara-gara dia," rajuk wanita itu seraya menunjuk Jeanny yang masih duduk berlutut.
Jeanny tidak mengerti apa yang diucapkannya, pastilah ia memakai bahasa ibunya.
"Sshh, cukup, Regina! Tidak usah jadi kampungan, kita bisa beli baju baru lagi," bujuk lelaki gagah berambut pirang itu.
Mendengar kegaduhan di kasino, Dom yang sedang berkeliling menyapa para tamu istimewanya, segera mendatangi pusat keributan. Netra emasnya yang tajam segera menangkap sosok Jeanny sedang duduk berlutut di antara pasangan turis yang kini menjadi sumber perhatian.
Dom menghampiri Jeanny dan membimbingnya berdiri. "Bangunlah!"
Gadis belia itu menurut. Lututnya terasa goyah, hingga tanpa sadar ia bertopang pada lengan kukuh Dom.
"My apology, Madam. I'm Domivick Petrov, owner and CEO Bourbon le Miracle." Suara bariton Domivick menghentikan rengekan wanita yang bernama Regina.
Pria dan wanita yang berpelukan itu menoleh. Pria berambut pirang itu menjabat tangan Domivick yang terulur.
"I'm Armand Smith. My pleasure to meet you here, Sir," jawab lelaki kulit putih itu dengan aksen Inggris. "Maafkan istri saya atas kejadian tidak mengenakkan barusan."
"Bagaimana kalau kita bicara di kantor saya?" ajak Domivick dengan ramah. "Saya yakin semua ini hanya salah paham saja."
Regina mendengkus. Namun, Armand menyambutnya dengan senyuman.
"Alberto!" Domivick memanggil salah seorang pengawalnya yang memakai tuksedo. "Tolong antarkan Tuan dan Nyonya Smith ke ruangan saya."
Pria bernama Alberto itu dengan sopan membimbing pasangan suami istri itu berjalan ke kantor Dom.
Dom segera memanggil manajernya, kemudian menyuruhnya untuk mengondisikan kembali suasana di kasino agar tetap kondusif.
Setelah itu, pria dengan daya tarik alami itu menenangkan Jeanny yang masih shock dengan insiden barusan. Sejak tadi gadis belia itu hanya menunduk, berlindung di balik tubuh tegap bosnya. Jeanny merasa malu, para tamu berbisik-bisik membicarakannya. Ditambah lagi rekan-rekan kerjanya yang memandang dengan sinis.
"Ayo, mereka sudah menunggu kita." ajak Dom.
Jeanny mengangkat wajahnya, menatap Dom dengan ragu. "A-apa aku perlu ikut?"
"Tentu saja, kau yang tahu persis bagaimana kejadiannya," jawab Dom sambil menepuk lembut bahu Jeanny. "Don't be afraid, I'm with you."
Jeanny lagi-lagi menurut. Ia percaya segalanya akan baik-baik saja, apalagi ada Dom yang akan membelanya.
Jeanny dan Regina menceritakan insiden di kasino dengan versinya masing-masing.
Regina terus menatap Jeanny dengan tajam, tak ada senyuman yang tersungging di bibir ranumnya. Tampak jelas jika kekesalannya belum hilang.
"Begini saja, sebagai permintaan maaf atas kelalaian karyawan saya, saya akan mengganti dress yang baru untuk Anda, Nyonya. Biar nanti saya panggil pelayan dari butik terbaik di Las Vegas untuk melayani selera fashion Anda. Ditambah dengan voucher menginap di suit termewah hotel Bourbon le Miracle selama tiga hari. Saya juga akan pastikan Anda dapat pelayanan dan fasilitas nomor satu selama Anda menginap. Bagaimana?" tawar Domivick. Pria itu menggunakan pesonanya untuk membuat wanita bernama Regina itu tak lagi memperpanjang masalah dengan Jeanny.
Jeanny menelan ludah mendengar tawaran ganti rugi yang berlebihan dari Dom atas sebuah kesalahan yang bahkan tidak ia sengaja. Namun, ia hanya diam memerhatikan bos dan kedua tamunya.
Mata Regina berbinar mendengar tawaran Dom. Senyuman lebar melengkung di wajahnya. Baru saja ia akan bicara, tetapi Armand lebih dulu memotongnya.
"Thank you for your generous offer, Sir. Kami amat tersanjung, tetapi sejujurnya ini malam terakhir kami di Las Vegas. Besok kami akan terbang ke New York."
Regina menggamit lengan suaminya. Pipinya menggembung sedikit. Jelas wanita seksi itu tidak setuju dengan penolakan Armand.
"Beib, kalau kita menambah tiga hari di Las Vegas, jadwal liburan kita jadi berantakan, lantas nantinya akan merambat juga dengan jadwal kerjaku. Aku janji, di NY nanti kamu boleh belanja apa aja yang kamu suka. Bebas, semua aku yang bayar. Okay?" bujuk Armand.
Demi mendengar kalimat shopping sesuka hati, Regina langsung memamerkan senyum manisnya lagi. Tak apa melewatkan fasilitas suit mewah, asal bisa belanja barang-barang branded incarannya.
"Well, sejujurnya saya kecewa karena Anda menolak penawaran ini. Kami tidak ingin ada kesan buruk yang tertinggal dalam pengalaman Anda di Bourbon le Miracle. Untuk itu kami akan menggratiskan malam Anda di kasino ini, juga soal baju istri Anda akan kami cuci dengan pelayanan super kilat," ujar Dom bernegosiasi.
Kali ini Armand mengangguk antusias. Senyum simpul merekah di wajah pasangan suami istri itu. Usai berjabat tangan, mereka pun kembali ke kasino dengan diantar oleh salah satu pengawal Dom.
Jeanny kini dapat bernapas lega. Ia masih memiliki pekerjaan ini, masalahnya pun dibereskan dengan baik oleh Dom. Ia sungguh berutang budi pada pria itu.
"Aku ..., kurasa juga harus kembali bekerja," kata Jeanny pamit.
"Kau terlihat sangat pucat dan lelah. Akan kuantar kau pulang," balas Dom dengan nada tegas.
"Tapi ...." Baru saja Jeanny hendak melayangkan protes, Dom langsung menyelanya.
"Tidak ada kata tapi! Kau harus istirahat. Percuma bekerja dengan kondisi mentalmu yang masih down, apalagi tubuhmu terlihat lemah saat ini. Aku nanti yang akan memberitahu manajermu," kata Domivick dengan suara rendah yang tak terbantahkan.
Dom menarik lembut tangan Jeanny, membimbingnya keluar dari kantor megahnya. Namun, baru sampai di depan lift, seorang pegawai menghampiri Dom.
"Maaf, Tuan Petrov, Anda sudah ditunggu meeting direksi," katanya tergopoh-gopoh.
Dom menepuk dahi, bagaimana ia bisa lupa hal sepenting ini. Pria itu menatap Jeanny dan pegawainya bergantian, seakan sedang menimbang-nimbang apakah ia harus mengantar gadis itu dulu atau langsung menuju ruang meeting.
Pria dalam balutan jas mahal itu menoleh kepada pegawainya, "Katakan, aku masih ada urusan." Dom melihat arlojinya. "Aku akan bergabung tiga puluh menit lagi."
"Yes, Sir," ucap pegawai berbaju tuksedo itu seraya beranjak pergi.
Jeanny yang sejak tadi mendengar percakapan atasannya merasa tak enak hati. Dom sudah begitu baik membantunya, menyelesaikan masalahnya dengan pengunjung kasino. Jeanny tak mungkin membuat pria itu mengabaikan pekerjaan pentingnya demi mengantarnya.
"Dom, kau tak perlu menunda rapat untuk mengantarku. Aku akan pulang sendiri," kata Jeanny dengan mantap.
"Aku sudah berkata akan mengantarmu," ujar Dom bersikeras.
"Tidak apa, Dom. Aku akan merasa sangat bersalah jika kau terlambat rapat karena aku. Lagi pula, aku sudah merasa lebih baik. Please," pinta Jeanny.
Rahang Dom mengeras, tetapi akhirnya ia tersenyum.
"Baiklah. Kabari aku jika kau sudah sampai!" perintahnya.
"Tentu."
Ketika Jeanny masuk ke dalam lift, Dom menunggu hingga pintu lift menutup. Gadis belia itu tersenyum manis menatap penuh puja kepada pria di hadapannya. Begitu pintu lift menutup dan bergerak turun, Jeanny memejamkan mata lalu bersandar pada dinding lift. Hatinya berbunga-bunga. Hilang sudah rasa sakit akibat tamparan dan caci maki yang ia dapatkan hari ini. Perlakuan Dom yang begitu manis menerbangkan Jeanny hingga ke awan.
Dengan langkah ringan Jeanny masuk ke kamarnya. Saat itulah dia mendapat notifikasi datangnya surel baru dari SWS. Ada firasat buruk menerjangnya.
Dear Miss Valentine,
Sehubungan dengan berkurangnya jumlah donatur dan kenaikan harga obat dan barang untuk terapi lainnya, dengan berat hati kami menyampaikan kalau mulai bulan ini, ada kenaikan biaya perawatan sebesar 25%.
Mengenai detail rincian pembiayaan ada di dalam sematan.
Hormat kami,
Managemen SWS
------
Artinya dia harus membayar dalam tiga hari ke depan. Kepala Jeanny langsung berdenyut-denyut.
Question's Time:
💋 Ada yang inget siapa Regina dan Armand? Ngacuung!
Makasih banyaaak.... Artinya kamu bener2 pembaca setia kami. Peloooks. Semoga suka ya sama kemunculan dia dan Armand!
Buat yang belum baca, cus mampir ke Julid Project!
💋 Mau nggak kalau habis Lips Project, kami buat cerita tentang pasangan BDSM satu itu? (ups)
💋 Kamu lebih suka cerita BDSM couple apa Psikopath couple? Atau ada yang lain?
💋 Lebih suka Dom apa Axel? Nah lho!
Tekan ⭐️ kalau kamu suka part ini! Jangan lupa bagikan ke teman-temanmu biar makin seru cerita ini!
With Hot Kiss
💋
[30/10/2020]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top