Chapter 9 - Just Three of Us

Author's POV

"Jarang sekali kau bangun pagi tanpa dibangunkan olehku."

Ucapan (Y/n) itu membuat Hinata mengalihkan pandangannya dari sebuah pigura yang sempat menarik perhatiannya. Pada pigura itu, terpasang sebuah foto. Di foto itu, (Y/n) tampak sedang tersenyum sambil memamerkan giginya. Di belakangnya, orang tua gadis itu berdiri sambil memegang bahu (Y/n).

"Apa yang sedang kau perhatikan sejak tadi?" tanya (Y/n) mulai penasaran.

"Foto ini."

"Apa?"

"Ini," tunjuk Hinata.

"Oh."

"Di foto itu, kau terlihat berbeda dengan kau yang sekarang," komentar Hinata sambil berjalan menuju dapur.

"Ah, benarkah? Ya, mungkin kau benar. Aku tak pernah bisa tersenyum seperti itu lagi," ucapnya seraya menata mangkuk di atas meja makan.

"Mengapa?" Hinata menghampirinya.

"Karena tidak ada hal yang bisa membuatku tersenyum lebar seperti itu sekarang."

Hinata terdiam. Ia menyadari suatu hal. Gadis yang duduk di hadapannya itu berbeda seratus delapan puluh derajat dengan (Y/n) yang merupakan teman masa kecilnya dulu. Banyak kejadian yang bisa mengubah sifat seseorang. Dan sepertinya, teman masa kecilnya itu juga mengalami hal itu.

"Ini. Makanlah."

Hinata mulai memakan nasi dengan lauk pauk yang telah dimasak (Y/n). Sifat gadis itu memang ketus dan selalu to the point. Namun, percayalah, ia adalah seseorang yang perhatian. Bahkan bagi Hinata. Meskipun Hinata hanyalah orang asing, (Y/n) mengizinkannya tinggal di rumahnya. Anggap saja gadis itu bersimpati padanya. Namun, meskipun demikian, Hinata sudah merasa senang.

"Kini kau yang melamun."

"Eh, aku tidak sadar."

"Karena kau melamun. Maka, kau tak sadar," balas (Y/n) sebelum menyuap nasi ke dalam mulutnya.

"(Y/n), apakah kau merasa kesepian selama ini?" tanya Hinata di sela-sela makan mereka.

"Ya," sahut (Y/n) tanpa pikir panjang. Toh ia memang kesepian. Namun, ia bisa mengatasinya selama ini. Jadi, itu bukanlah suatu masalah.

"Kau menjawabnya dengan cepat ya." Hinata seketika tercengang.

"Karena memang itulah kenyataannya."

"Omong-omong, kau tidak pernah bercerita tentang dirimu sendiri. Aku ingin mendengarnya jika kau tak keberatan," ujar Hinata sambil menopang dagunya. Makanan di hadapannya telah bersih tak bersisa.

"Tentang aku? Apa yang bisa kuceritakan?"

"Jangan bertanya balik padaku, (Y/n). Tetapi, kau bebas bercerita apa saja. Aku akan mendengarkannya dengan senang hati." Hinata tersenyum lebar.

"Aku adalah anak tunggal. Orang tuaku telah meninggal lima tahun yang lalu. Sebuah kecelakaan merenggut nyawa mereka. Semenjak saat itu, aku pun diurus oleh bibi dan pamanku. Mereka adalah orang yang baik. Namun, dua tahun yang lalu, aku pun memutuskan kembali ke rumah orang tuaku, yaitu rumah ini. Aku pikir, aku bisa mengingat mereka jika aku tinggal di sini. Aku juga tak ingin terus menyusahkan bibi dan pamanku."

Hinata mendengarkan cerita gadis itu dengan saksama. Sebisa mungkin ia tak melewatkan satu kata pun yang keluar dari bibir gadis itu.

"Apakah bibi dan pamanmu tahu aku tinggal di sini?" Hinata bertanya lagi.

"Tidak. Aku tidak mengatakannya pada mereka. Ini cukup menjadi rahasia kita berdua saja," tutur (Y/n) setelah menelan nasi di dalam mulutnya.

"Rahasia, ya." Hinata tersenyum kecil.

"Sepertinya itu sudah cukup menjelaskan bagaimana diriku, kan?" ucapnya seraya bangkit berdiri dan membawa peralatan bekas makan mereka.

"Itu sudah cukup. Aku senang kau mau bercerita padaku, (Y/n)." Ia tersenyum lebar. Menunjukkan betapa senangnya dirinya saat ini.

"Syukurlah. Karena jika kau bertanya lebih jauh, aku tak tahu harus menceritakan apa lagi."

"Karena kau adalah salah satu penggemarku, lagu apa yang paling kau suka?" Hinata mendekat dan menatap (Y/n) penasaran.

(Y/n) berpikir sejenak. Semua lagu yang diciptakan oleh Hinata terasa enak didengar. Namun, ada satu lagu yang selalu ia ingat dan takkan pernah ia lupakan.

"Seven Days With You. Lagu itulah yang paling aku suka," jawab (Y/n) jujur.

"Bagaimana jika aku menyanyikannya sekarang?" tawar Hinata. (Y/n) langsung menyetujuinya tanpa berpikir dua kali.

"Dengarkan baik-baik ya. Karena kau tak perlu membayarnya." Hinata terkekeh.

"Pasti."

Lelaki itu mulai bernyanyi. Suaranya yang indah memasuki indra pendengaran (Y/n). Gadis itu menikmatinya. Ia bahkan ikut bernyanyi di bagian reffrain lagu.

"Suaramu bagus, (Y/n)! Bagaimana jika aku mengajakmu duet nanti?" Hinata menaik-turunkan kedua alisnya.

"Lebih baik jangan," tolak (Y/n) langsung.

"Ah, kau tidak seru! Padahal aku sedang serius lho." Hinata cemberut.

"Maaf."

Mereka melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi. Setelah selesai mencuci piring dan teman-temannya, (Y/n) menoleh pada Hinata.

"Hari ini aku akan pergi sebentar. Stok makanan di rumah sudah hampir habis. Jadi aku berniat untuk membelinya," ujarnya. "Kau tak kuizinkan untuk ikut," lanjutnya.

"Mengapa?" Hinata mengikuti langkah (Y/n) menuju ruang tengah.

"Kau itu seorang penyanyi yang terkenal. Bahkan, meskipun penampilanmu telah berubah, masih saja ada orang yang mengenalimu. Contohnya adalah penjaga kasir waktu itu. Jadi, mulai sekarang aku melarangmu," tutur (Y/n) tanpa ingin dibantah.

"Hanya kali ini saja, (Y/n)! Untuk terakhir kalinya!" pintanya memohon.

(Y/n) menghela napas. Hinata terus memohon sambil memasang wajah memelas. Sayangnya, (Y/n) sama sekali tak kebal dengan wajah-wajah seperti itu. Apa lagi, wajah ini merupakan wajah milik Hinata si penyanyi terkenal yang notabene adalah penyanyi favoritnya.

"Ya sudahlah. Hanya kali ini saja ya."

***

"Jangan pergi ke mana-mana seorang diri. Tetap ikuti aku," titah (Y/n) ketika mereka tiba di sebuah supermarket.

Hinata mengangguk paham. Ia sudah tak ingin berkeliaran ke mana-mana lagi. Sudah cukup kali itu saja.

Mereka berjalan ke arah rak berisi berbagai macam cemilan. Hinata memasukkan beberapa cemilan yang ia suka ke dalam troli. Kemudian, lelaki itu mendorong troli itu menuju kasir.

"(Y/n)?"

(Y/n) pun menoleh ke belakang.

"Ternyata aku tidak salah lihat. Aku khawatir salah melihatmu." Nishinoya menghela napas lega.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Noya-san?" Hinata bersuara membuat Nishinoya mengalihkan perhatiannya pada lelaki itu.

"Tentu saja berbelanja, Shouyo." Ia mengangkat barang belanjaannya di tangannya.

"Kalian saling kenal?" (Y/n) menatap mereka berdua dengan heran. Sementara itu, Hinata dan Nishinoya saling menatap satu sama lain.

***

Mereka pun berakhir di sini. Di sebuah taman yang cukup sepi tak jauh dari supermarket tadi. Mereka bertiga duduk di bawah sebuah pohon yang menghalangi radiasi dari sinar matahari.

"Saat-saat seperti ini adalah momen yang langka ya," celetuk Hinata sambil menatap (Y/n) dan Nishinoya yang duduk di hadapannya.

"Ya. Kau benar, Noya-san," sahut Hinata setuju.

"Momen langka?" (Y/n) kebingungan sendiri.

Hinata dan Nishinoya saling tatap. Mereka bingung bagaimana cara untuk menjelaskannya pada (Y/n). Sampai detik ini, (Y/n) masih belum tahu mengenai kebenaran tentang mereka bertiga.

"Abaikan saja, (Y/n). Aku hanya asal bicara," cetus Nishinoya.

"Oh, begitu," sahut (Y/n) meskipun ia sendiri masih merasa tak yakin. Namun, karena ia tak ambil pusing, jadi ia pun hanya diam saja.

Melihat mereka bertiga duduk sini, (Y/n) seketika merasa familiar dengan kejadian ini. "Entah mengapa, aku merasa pernah melakukan hal yang sama dengan saat ini."

"Maksudmu, duduk bertiga di bawah pohon sakura?" tebak Hinata.

(Y/n) mengangguk. Yang seketika membuat secercah harapan muncul di dalam diri Hinata dan Nishinoya.

"Mengapa kau bisa merasa seperti itu?" Nishinoya bertanya setelah diam selama beberapa saat.

"Entahlah. Aku tidak tahu." Ia mengedikkan bahunya.

"Itu tak penting. Yang penting, aku senang kita bertiga berkumpul di sini." Hinata memejamkan matanya sambil tersenyum.

Nishinoya mengangguk setuju. (Y/n) pun mengakuinya meskipun ia sendiri tak paham mengapa ia merasa demikian.

Namun, mereka sudah cukup bahagia. Duduk bertiga di bawah sebuah pohon sakura. Membicarakan hal-hal yang selama ini belum pernah mereka bicarakan. Hanya mereka bertiga. Ya, hanya mereka bertiga saja.

***

Yo minna!

Spoiler dikit, cerita ini bentar lagi tamat ehe💃✨

Terima kasih untuk kalian yang telah baca dan juga vomment di cerita ini. Makasih bangett🥺💖❤

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top