Chapter 4 - Your Voice
Author's POV
Berita tentang hilangnya Hinata semakin meluas. Semua saluran televisi menayangkan berita yang sama. Sang pembawa berita hanya terus mengatakan kata-kata yang serupa. Pasalnya, hilangnya Hinata membuat dirinya seolah-olah tak pernah ada sebelumnya. Padahal saat ini Hinata sedang duduk di depan televisi sambil memakan es krim dan menonton dirinya sendiri di layar kaca itu.
"Apa kau tak merasa aneh melihat dirimu sendiri di layar televisi?" (Y/n) berkomentar ketika ia melihat Hinata tengah duduk santai.
"Awalnya aku merasa aneh. Namun, karena semakin lama semakin sering, aku pun menjadi terbiasa," jawabnya jujur.
(Y/n) mengangguk-angguk paham. Lalu, ia menghampiri Hinata dan duduk di sampingnya.
"Shouyo, aku punya permintaan untukmu."
Hinata menoleh, menatap (Y/n) dengan penuh tanda tanya. "Apa itu?"
"Aku ingin mendengar suaramu. Langsung, di sini," pinta (Y/n) serius.
Hinata mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tak menyangka sama sekali jika (Y/n) akan berkata demikian.
"A-Apa kau tak bisa memasang ekspresi yang lebih baik?" tanya Hinata ngeri ketika ia melihat wajah gadis itu. Tatapannya tajam dan aura yang dikeluarkannya sangat menyeramkan bagi Hinata.
"Wajahku memang seperti ini dari dulu," balas (Y/n). "Ayo, cepatlah! Aku ingin mendengar suaramu langsung!"
Hinata tersenyum lebar. Lalu, ia terkekeh. "Baiklah, dengarkan baik-baik karena nyanyianku kali ini gratis dan hanya untukmu."
Ia mulai bernyanyi sambil memejamkan matanya. Suaranya yang merdu menyapa telinga (Y/n). Membuat gadis itu seketika merasa bersyukur Hinata memilih untuk tinggal di rumahnya.
Ketika selesai menyanyikan bagian reffrain lagunya, (Y/n) tampak sedang sesenggukan. Hinata langsung panik melihat gadis itu menangis.
"A-Aku tak percaya bisa mendengar suaramu langsung, Shouyo," ucapnya di sela-sela tangisnya.
"Dan dengan gratis," tambah Hinata yang membuat (Y/n) mendengus.
Setelah tangis (Y/n) menghilang, Hinata kembali menatap ke televisi. (Y/n) yang duduk di sampingnya juga menatap ke arah yang sama. Seketika mereka tiba-tiba terdiam.
"(Y/n)-san, bagaimana jika kita pergi ke luar hari ini?" usul Hinata. Ia mulai tak betah hanya duduk diam di sofa.
"Oi, aku tak ingin dikejar-kejar oleh para fans-mu. Risikonya terlalu besar, Shouyo," tukas (Y/n) langsung.
"Tapi kan warna rambutku sudah menjadi hitam. Lagi pula, kemungkinan mereka mengenalku sangat kecil," bujuk Hinata.
Ditariknya napas panjang oleh gadis itu. "Aku tidak akan tanggung jawab jika kau dikenali oleh mereka."
***
Di sinilah mereka sekarang. Di depan sebuah supermarket yang menjadi tujuan mereka saat ini. (Y/n) bilang, ia ingin berbelanja kebutuhannya sehari-hari. Dan, kali ini ia harus berbelanja lebih banyak karena bertambah satu orang di rumahnya, yaitu Hinata. Karena Hinata tak membawa pakaian, maka lelaki itu mengenakan pakaian (Y/n) yang paling besar miliknya untuk sementara.
"Oi, Ayato! Jangan pergi terlalu jauh!" seru (Y/n) ke arah Hinata yang sudah menghilang entah ke mana.
Ya, karena sangat tidak mungkin apabila (Y/n) memanggil Hinata dengan nama aslinya, maka gadis itu memutuskan untuk membuat nama palsu. Nama yang pertama kali terlintas di dalam kepalanya menjadi panggilan baru untuk Hinata.
Hinata yang lupa jika nama barunya sekarang adalah Ayato, ia hanya berjalan menjauh dari (Y/n). Meninggalkan gadis itu di tengah keramaian.
(Y/n) berdecak kesal. "Mengapa dia tak bisa diam sebentar saja?!" kesalnya.
Karena (Y/n) tak ingin Hinata semakin menjauh, gadis itu sontak mengejarnya. Mengabaikan para pengunjung lain yang terkejut ketika melihat ia berlari di tengah keramaian.
Ia langsung mencengkeram tangan Hinata sesampainya gadis itu di dekatnya. Hinata pun menoleh dan ia terkejut ketika melihat (Y/n) berdiri di sampingnya dengan tangannya yang digenggam.
"(Y/n)-san! Akhirnya aku menemukanmu!" serunya antusias.
"Aku yang seharusnya berkata seperti itu, Ayato."
"Ayato? Siapa dia?" Hinata memiringkan kepalanya sebagai tanda ia merasa bingung.
(Y/n) menarik napas panjang lalu ia hembuskan. "Itu adalah namamu selama kita berada di luar. Aku tidak mau berisiko dengan memanggil nama aslimu di sini," jelas (Y/n).
Hinata hanya ber-oh ria. Ia melanjutkan perjalanan sambil masih tetap menggenggam tangan (Y/n).
"Mengapa kau masih menggenggam tanganku?" Ia mengernyit heran.
Hinata menoleh dengan bingung. "Bukankah kau tidak ingin aku kabur lagi maka dari itu kau menggenggam tanganku?"
"Kau sengaja ya?" (Y/n) memicingkan matanya ke arah Hinata.
"I-Iya!" sahut Hinata membuat (Y/n) membulatkan matanya.
"Ya sudah. Ayo cepat ke kasir. Aku tidak ingin berlama-lama di sini." (Y/n) menarik tangan Hinata ke arah kasir. Ia segera mengantri di sana dengan Hinata berdiri di sampingnya.
"Totalnya jadi tiga ribu yen," ujar sang penjaga kasir.
(Y/n) berniat mengeluarkan uang dari saku hoodie-nya. Namun, tangannya langsung dicegah oleh Hinata. Lelaki itu lebih dulu memberikan uang kepada si penjaga kasir.
"Ini."
"Wajahmu mirip dengan penyanyi yang menghilang itu," komentar si penjaga kasir seraya memasukkan uang Hinata ke dalam tempatnya.
"Hinata Shouyo? Ah, banyak yang berkata demikian," sergah (Y/n) dengan cepat sebelum si penjaga kasir berkata lebih banyak.
"Ah, begitu ya. Maaf sudah berkata seenaknya." Ia membungkuk. "Silakan datang kembali."
(Y/n) segera menarik tangan Hinata pergi dari sana. Hampir saja. Hampir saja penyamaran Hinata terbongkar oleh penjaga kasir supermarket tadi.
"Maaf aku sudah merepotkanmu," ujar Hinata menyesal saat mereka di dalam perjalanan pulang.
"Tidak apa-apa. Itu sudah menjadi konsekuensinya bagiku."
Hinata melirik (Y/n) yang berjalan di sampingnya. Ia menjadi merasa bersalah pada gadis itu. Padahal tujuannya bukanlah untuk membuat (Y/n) menjadi kesulitan seperti ini.
"Jangan menatapku dengan tatapan menyedihkan seperti itu. Aku membencinya," celetuk (Y/n) tiba-tiba. Ia masih menatap lurus ke depan.
"Gomen, (Y/n)-san." Hinata menunduk.
Hinata mendongak, lalu ia menoleh pada (Y/n) dengan bersemangat.
"(Y/n)-san, ayo kita lomba berlari! Yang kalah, harus menuruti ucapan yang menang. Aku duluan ya!" Hinata berlari lebih dulu meninggalkan (Y/n) yang melongo di tepi jalan.
"OI, SHOUYO!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top