Chapter 1 - You Found Me
Author's POV
(Y/n) menatap dua lembar tiket di tangannya. Tiket itu masih baru. Kondisinya masih bagus dan tidak terkoyak ataupun lecek. Tiket itu merupakan hadiah giveaway yang secara beruntung (Y/n) dapatkan.
Namun, (Y/n) tak punya siapapun untuk ia ajak pergi ke konser dengan kedua tiket itu.
Karena tak tahu harus mengajak siapa, (Y/n) kembali memasukkan kedua tiket itu ke dalam saku hoodie-nya. Lalu, gadis itu berniat untuk berjalan pulang.
"(F/n)-san!"
Mendengar seseorang memanggil namanya, (Y/n) pun menoleh ke sumber suara. Seseorang dengan pakaian serba hitam disertai sebuah topi, kacamata hitam, dan masker terlihat sedang melambaikan tangan ke arahnya.
Melihat pakaian dan wujud orang itu yang mencurigakan, (Y/n) berlalu dari sana. Mengabaikan panggilan orang itu. Namun, ternyata orang itu tak menyerah begitu saja. Ia mengejar (Y/n) dan menahan tangannya.
"(F/n)-san! Dengarkan aku dulu!" serunya memohon.
"Mengapa aku harus mendengarkan orang mencurigakan sepertimu?" tukas (Y/n) ketus.
Ia menghela napas lalu berkata, "Kau mempunyai dua tiket konser bukan? Bagaimana jika kita pergi bersama?"
(Y/n) mengernyit heran. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam isi kepalanya.
"Bagaimana kau tahu namaku dan aku memiliki dua tiket konser?" Mata (Y/n) memicing curiga.
"A-Aku melihatmu mendapatkan dua tiket itu melalui giveaway tiga hari yang lalu dan namamu tertera di sana," jawabnya.
"Giveaway itu dari siapa?" tanya (Y/n) lagi. Matanya masih menatap curiga.
"D-Dari agensi yang menaungi penyanyi itu! Ya, dari agensi itu!" Ia berusaha meyakinkan (Y/n).
"Apa nama agensinya?" tanya (Y/n) lagi sambil menatap acuh.
"Karasuno Entertainment," jawabnya pelan.
"Kau pikir, aku akan percaya denganmu jika kau menjawab semua pertanyaanku dengan benar?" (Y/n) menatapnya tak minat. "Lagi pula, memangnya siapa yang tak mengetahui giveaway yang diadakan besar-besaran itu?"
Orang itu menghela napas lelah. Gadis di hadapannya itu terlalu waspada. Padahal ia sudah bersusah payah untuk muncul di sini dan mendekati gadis itu. Yah, ini salahnya juga. Siapa orang yang mau menerima ajakan orang asing yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka? Hanya orang bodoh yang melakukannya.
"Kumohon, ajak aku ke konser itu! T-Tenang saja. Aku orang baik!" Ia menyatukan kedua telapak tangannya.
"Tidak ada orang baik yang mengatakan dirinya sendiri adalah orang baik," ujar (Y/n) datar.
"T-Tapi, kau tidak punya siapa-siapa untuk diajak menonton konser itu, bukan?" cicitnya.
(Y/n) mencengkeram pakaian lelaki itu. "Dari mana kau tahu?" Nadanya terdengar dingin.
"I-Itu—"
"Ah, sudahlah! Aku malas berdebat lebih lama lagi." Ia melepaskan cengkeramannya dari pakaian lelaki itu.
(Y/n) menoleh dan menatapnya tajam. Ia tidak tahu bagaimana tatapan lelaki itu dari balik kacamata hitamnya. "Apa jaminannya jika kau orang yang baik?" Ia menekankan ucapannya pada kata 'baik'.
" N-Namaku," sahutnya pelan.
"Namamu?" (Y/n) mendengus. "Memangnya jika aku mengetahui namamu, aku bisa tahu jika kau adalah orang baik dan tidak akan berbuat apa-apa? Jangan bercanda!"
Ia terlihat putus asa. Kepalanya menunduk ke bawah. Tatapannya tertuju pada sepatu Nike-nya.
(Y/n) menghela napas. Ia mulai ragu akan pendapatnya tadi. Sepertinya orang di hadapannya ini bukanlah orang jahat seperti yang ia pikirkan. Menurutnya, lelaki di hadapannya itu tidak menyiapkan argumen yang sebaik mungkin agar (Y/n) bisa percaya padanya.
"Benar katamu. Aku tidak punya siapapun untuk diajak ke konser ini. Karena itu, aku akan mengajakmu," ujar (Y/n) akhirnya. Membuat tatapan lelaki itu berbinar-binar di balik kacamata hitamnya.
"Benarkah?"
"Ya."
"Aku akan memberitahu namaku setelah konser itu selesai nanti!" ujarnya riang.
"Cepat jalan sekarang. Konsernya akan dimulai sebentar lagi."
(Y/n) berjalan lebih dulu. Lalu disusul oleh lelaki dengan pakaian serba hitam itu kecuali sepatu yang dikenakannya.
***
Di sinilah mereka sekarang. Bersatu dengan lautan manusia yang sibuk berjingkrak-jingkrak menikmati musik yang mengalun dari seorang penyanyi di atas panggung depan mereka.
"Ternyata inilah mengapa dia memiliki banyak penggemar," ujar lelaki itu.
"Kau bicara apa?!" teriak (Y/n) sambil berusaha mengalahkan suara teriakan para fans di sekitar mereka.
"Tidak! Bukan apa-apa!" Ia menjawab dengan seruan juga agar (Y/n) dapat mendengarnya.
(Y/n) kembali menatap ke depan. Menikmati musik dan suara dari penyanyi bermarga Kageyama itu.
Sebenarnya, pesona yang dipancarkan oleh Kageyama dari atas panggung sudah cukup membuat para fans—khususnya wanita—menjerit histeris. Ditambah suaranya yang merdu menyapa telinga siapapun yang mendengarnya pasti sudah cukup membuat mereka menjadi fans Kageyama saat itu juga.
"Ternyata ini menyenangkan!" seru lelaki itu bersemangat.
"Memangnya kau tak pernah menonton konser?!" tanya (Y/n) heran seraya berteriak agar suaranya terdengar.
"Tidak pernah! Ini pertama kalinya untukku!" sahutnya membuat (Y/n) geleng-geleng kepala.
Ya, meskipun ini adalah kedua kalinya (Y/n) menonton sebuah konser, namun pada yang pertama kalinya ia tidak sesemangat lelaki di sampingnya itu. Ah, mungkin itu karena ia menonton konser untuk pertama kalinya seorang diri. Tanpa ditemani oleh siapapun.
Mendadak, sebuah senyum tipis terukir di wajahnya.
***
"Jadi, siapa namamu?"
Kini (Y/n) dan lelaki dengan pakaian mencurigakan itu tengah berada di parkiran gedung tempat konser itu diadakan. Suasana di sana sangat sepi. Hanya ada mereka berdua di sana.
"Kau benar-benar ingin tahu ya?" Ia menaik-turunkan alisnya bermaksud menggoda (Y/n).
"Cepatlah! Jangan banyak bertingkah!" protes gadis itu kesal.
Lelaki itu diam sejenak. Ia melihat gadis di hadapannya itu membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Namun, sepertinya ia urungkan karena mulutnya telah menutup kembali.
"Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya lelaki itu karena melihat mulut (Y/n) terbuka dan tertutup seperti seekor ikan yang kehabisan pasokan oksigen.
"Entah mengapa, aku merasa pernah melihatmu. Bahkan aku merasa mengenalmu," ucap (Y/n). Lalu, ia mengibaskan tangannya. "Ah, itu tidak mungkin. Aku yakin ini hanya perasaanku saja."
Lelaki itu mendengarkan perkataan (Y/n) dengan saksama. Secercah harapan seketika muncul di dalam dirinya. Namun, ketika (Y/n) mulai bertindak seperti biasa, ia merasa harapan itu memang tak ada.
"Cepat beritahu namamu! Aku ingin pulang!" titahnya.
Lelaki itu akhirnya melepas topi, kacamata, dan masker yang ia kenakan sejak tadi. Hingga pada saat manik cokelatnya bertatapan dengan manik (e/c) milik (Y/n), gadis itu tersadar.
"Hinata?"
***
Yo minna!
Terima kasih sudah baca juga vomment di cerita ini🥺💖✨
Stay safe terus ya!!( ̄∇ ̄)/
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top