Part 9 - Auction

"Re...Kau sungguh tega padaku." Daniel menatap Rayhan dengan tampang memelasnya. "Kau membuatku merasa bersalah karena memberikan kado pada Angela."

Daniel membuka jasnya dan melemparkannya sembarangan. Ia menuju bar di ruang VVIP mereka dan memesan minuman pada bartender di sana.

"Kau sudah sering menyakiti hati para wanita lebih dari itu, Niel. Berhentilah membuatku merasa bagaikan kriminal padahal kau lebih parah dariku."

"Salah besar, Re." Daniel tertawa. "Tidak pernah ada wanita yang sakit hati karena diriku. Mereka sudah tahu aku tidak pernah serius dalam menjalin hubungan dan mereka bisa menerimanya. Mereka semua bahkan menyukaiku."

Rayhan tahu perkataan Daniel benar. Semua gadis di klub ini tidak ada yang tidak mengenal Daniel. Beberapa dari mereka bahkan pernah mengaku rela tidur dengan Daniel meski tanpa mendapatkan bayaran. Tapi Daniel tidak pernah melakukannya. Daniel memang menghabiskan uangnya di klub, tapi ia tidur hanya dengan gadis yang diinginkannya. dan biasanya gadis itu artis yang berada di managemennya atau terkadang gadis one night stand yang dilihatnya menarik.

"Kenapa begitu sepi? Kemana yang lain?" Daniel bertanya lagi.

"Apa maksudmu yang lain? Biasanya kita memang hanya bertiga. Budi sudah sibuk dengan kekasih barunya si pencinta ular itu dan...kau tahulah Sean." Rayhan mengedikkan bahu menjawabnya.

"Ah, jadi tinggal kita berdua yang tidak laku ya?" Daniel menampakkan tampang lesu yang dibuat-buat. "Biasanya ruangan ini penuh dengan gadis-gadis yang periang itu. Kemana mereka?"

"Aku berani bertaruh sebentar lagi mereka akan datang tanpa dipanggil setelah melihatmu masuk tadi." gerutu Rayhan. Daniel hanya tertawa mendengarnya sambil mengambil tempat di sofanya.

"Kenapa kau tidak datang ke ulang tahun adikmu, Re? Sungguh, aku tidak menyangka kau bisa sekejam itu pada seseorang. Kau tidak melihat tatapan matanya yang sedih memandangku tadi."

"Aku tidak akan menjawabmu, Niel." Rayhan memalingkan wajah dan memainkan ponselnya. Ayahnya mengirimkan pesan padanya beberapa kali dan ia belum membacanya. Tapi ia sudah bisa menebak isi pesan itu. Pasti terkait dengan ketidakhadiran dirinya di pesta putri angkat kesayangan ayahnya itu.

Ia memang sengaja tidak hadir di pesta itu.

Ia memang sengaja menyakiti Angela.

Ia membaca laporan pengeluaran prive perusahaannya siang tadi. Entah kenapa ia begitu kesal mengetahui berapa uang yang dihabiskan ayahnya untuk pesta ulang tahun Angela. Dan juga hadiah untuk putri angkatnya itu tidak tanggung-tanggung. Permohonan SIM dan sebuah mobil sport mahal keluaran terbaru dari sebuah merk ternama Italy. Ayahnya pasti sudah gila!

Meski pengeluaran itu temasuk kecil jika dibanding keuntungan perusahaan ayahnya tapi ia tetap merasa kesal. Sebenarnya apa yang ayahnya janjikan pada ibu Angela sebelum kematian wanita itu?

Rayhan hanyut dalam kekesalannya hingga tidak menyadari keriuhan saat para wanita memasuki ruangan seperti prediksinya setelah Daniel tiba. Beberapa dari mereka duduk di sampingnya dan mencoba berbicara padanya. Ia menjawab dengan malas sehingga mereka akhirnya tidak mempedulikannya lagi dan mulai mencari perhatian Daniel.

"Tapi kau sebenarnya rugi tidak menghadiri pesta adikmu, Re. Kau tidak bisa melihat betapa spektakuler penampilannya malam ini. Jika saja aku tidak memegang teguh niatku untuk tidak menikah seumur hidup, aku pasti sudah melamarnya." Daniel tertawa.

Rayhan tidak menampik jika adik tirinya itu memiliki bentuk tubuh yang sempurna, padahal ia baru berumur tujuh belas tahun. Ia penasaran apakah tubuh Angela itu akan berkembang lagi setelahnya.

Sial...kenapa ia jadi memikirkannya dengan cara semacam itu lagi...Semua ini gara-gara Daniel.

"Re!! Sejak tadi kau hanya diam saja. Kau sungguh tidak berguna di sini. Aku berbicara dan kau hanya menjawab sekedarnya. Ada apa denganmu? Jangan katakan kau merasa bersalah pada Angela." Daniel menggodanya.

"Apa kau bercanda, Niel? Aku? Merasa bersalah pada anak wanita jalang itu?" Rayhan tertawa.

"Hati-hati menyebut kata itu, Re." Daniel tiba-tiba menatapnya tajam. "There's a thin line between love and hate."

Rayhan menatap Daniel dengan ngeri. "Kau hanya membuatku mual. Hentikan itu, Daniel!"

Daniel tertawa. "Baiklah! Aku terlalu berlebihan dan kau mungkin hanya kurang hiburan, Re. Girls!! Rayu dia." perintah Daniel pada wanita-wanita penghibur yang sejak tadi mengobrol dengannya. "Dan yang berhasil membuatnya gembira akan mendapat tips dariku. Tiga kali lipat."

"Shit!! Aku sedang tidak ingin dihibur, Niel!!" Rayhan berdiri ingin mengelak, tapi para wanita tadi sudah menariknya lagi dan ia jatuh terjerembab ke sofa. Daniel tertawa semakin keras melihatnya.

Ponsel Rayhan berbunyi saat para wanita itu tengah mengacak-acak rambut dan tubuhnya dengan riuh. Mereka seketika mematung bersamaan saat Rayhan menyuruh mereka diam karena harus menerima telepon.

Ternyata panggilan dari ayahnya. Rayhan terpaksa mengangkatnya. "Aku akan kesana, Pa." Rayhan langsung mengucapkannya dengan pasrah sebelum ayahnya mulai berbicara.

"Tidak perlu! Acaranya sudah selesai, Re." ayahnya membentaknya. "Papa begitu kecewa padamu. Kau sudah 27 tahun, Re! Dewasalah! Kupikir kau bisa mengalah pada adikmu..."

"Ia bukan adikku, Pa! Dan aku tidak akan pernah mengakuinya sebagai adikku!!" Rayhan balas membentak karena frustasi tepat pada saat pintu dibuka dan Angela ada di sana. Memegang kado darinya. Dan bersama teman sekolahnya yang terakhir mengaku sebagai pacarnya.

Daniel yang melihatnya juga menaikkan alisnya karena terkejut. Sedikit...Sebenarnya ia yang coba-coba memancing Angela kemari.

Rayhan merasa tak percaya akan apa yang dilihatnya.

Ia mengingat berapa gelas yang sudah ia minum.

Angela? Ada di depannya?

Astaga!! Ini klub malam. Dan Angela ada di sini? Di klub malam?

Penampilan Angela juga membuatnya membeku lebih lama daripada seharusnya. Rambut Angela dibiarkan terurai dan dijepit ke samping dengan gaya klasik. Angela juga memakai pakaian berwarna merah. Warna penggoda, senada dengan bibirnya yang juga menggoda. Dan pakaian itu begitu minim sehingga menampilkan belahan dada serta hampir seluruh bagian kaki Angela. Darah Rayhan bergejolak hanya dengan menatapnya.

Apa ayahnya sudah gila membiarkan anak kesayangannya berkeliaran dengan pakaian semacam ini?!

"Re!! Re!!..." Rayhan tersadar setelah ayahnya berulang-ulang memanggil dirinya. Dan ia juga tersadar Angela menatapnya dengan syok. Ia berada dalam posisi setengah tertidur dan dikelilingi gadis-gadis....

Rayhan sontak menatap Daniel dengan tatapan membunuh. Daniel meringis melihatnya. Tidak ada satupun wanita penghibur yang bergelayut pada Daniel sehingga membuat pemandangan itu mengesankan bahwa ia setannya dan Daniel malaikat suci. Bagus sekali!

"Ini hadiahmu, Kak!" Angela berteriak kesal sambil melemparkan kotak hadiahnya pada Rayhan. Rayhan terkejut dan kembali memusatkan perhatian pada Angela.

Rayhan lupa bahwa ia masih terhubung dengan ayahnya dan ayahnya mendengar teriakan Angela. "Tunggu, Re. Itu suara Angela bukan? Bagaimana Angela bisa ada bersamamu?"

Rayhan tidak tahu harus menjawab apa pada ayahnya. Semua kejadian ini terlalu mendadak.

"Aku tidak memerlukannya. Aku lebih suka kau menepati janjimu untuk datang, tapi itu sudah tidak penting sekarang" Angela menunduk kecewa dan mengigit bibirnya.

"Selamat bersenang-senang, Kak." Ia berbalik keluar ruangan diikuti temannya.

"Re, sedang di mana sebenarnya dirimu sekarang?!" ayahnya membentak lagi. Rayhan kebingungan dengan situasi yang dihadapinya.

"Aku...akan mengantar Angela pulang." Rayhan cepat-cepat memutus ponselnya sebelum ayahnya mengetahui di mana dirinya berada. Ternyata ayahnya tidak tahu Angela menghilang dari pesta dan jika tahu dimana Angela berada, ayahnya pasti akan membunuhnya.

Ia segera beranjak mengejar Angela dan temannya itu. Mestinya mereka belum terlalu jauh. Ia melihat kedua anak itu di lorong dan langsung meneriakinya. "Angela!!"

Angela dan temannya menoleh. Mereka berdua menatapnya dengan tatapan yang tidak menyenangkan.

"Pulang bersamaku!" Rayhan menggamit lengan Angela.

Angela menghempaskan lengannya sehingga pegangan Rayhan terlepas. "Terimakasih Kakak. Tapi aku pulang bersama Justin." Angela berbalik. "Ayo Tin.." Mereka meninggalkannya kembali.

Rayhan ternganga tak percaya atas penolakan Angela.

Rayhan menyusulnya kembali dan membalik Angela dengan kasar. "Brengsek!! Papa sudah tahu kau bersamaku, Angela. Sekarang pulang bersamaku sebelum Papa tahu dimana dirimu berada."

"Oh?" Angela menaikkan sebelah alisnya. "Kakak takut?" Angela mundur dan tersenyum dengan gerakan menggoda. Rayhan terhipnotis melihatnya dan tanpa sadar ia mematung.

Tiba-tiba Angela menarik tangan Justin dan mengajaknya berlari. "Lari, Tin!!" Ia berteriak.

Rayhan tersadar dan mengejar mereka. Sial!! Angela tidak membiarkannya mudah ternyata.

***

"Ayo kesini, Njel." Justin mengambil kendali dan ganti menarik tangan Angela menuju panggung yang dijaga oleh sederetan boyguardnya. Ia tersenyum pada para bodyguard yang berbadan besar tersebut dan menyelinap membawa Angela ke balik sebuah pita pembatas yang ada di samping panggung, tempat beberapa gadis cantik berkumpul.

"Kakak lo nggak bakal bisa masuk kesini, Njel." Justin berhenti dan tersenyum pada Angela.

Angela menoleh dan menemukan kakaknya ingin masuk namun dihalangi oleh para penjaga berbadan besar dan berotot tersebut. Angela tertawa dan menjulurkan lidahnya. Kakaknya terlihat semakin kesal.

Tadinya ia merasa sangat sedih saat mengetahui apa yang dilakukan kakaknya hingga tidak menghadiri ulang tahunnya. Ia merasa sakit...amat sakit.

Air matanya hampir mengalir tadi, tapi ia masih bisa menahannya dan menguatkan diri. Sekarang ia malah tidak bersedih sama sekali dan merasa lucu.

"Lo ingin sedikit main-main?" Justin bertanya dengan nakal.

"Maksud lo?" Angela menoleh pada Justin dengan penasaran.

"Jadilah gadis lelangan malam ini." Justin mengangkat Angela ke atas panggung.

"Tunggu dulu. Apa maksud lo, Tin?!" Angela berbalik dan mencengkeram kerah pakaian Justin.

"Lo bakal dilelang, Njel. Lo rencana mempersulit kakak lo kan? Lelang aja diri lo. Ntar gue yang beli kalo kakak lo nggak beli. Gue yang punya ini klub jadi tenang aja." Justin menjawab santai.

"Yang bener aja, Tin!! Lo nggak menjerumuskan gue kan?"

"Percaya ama gue. Lo bakal ngasilin banyak duit buat gue malam ini, Njel." Justin tertawa

Angela baru akan membantah lagi tapi MC panggung tiba-tiba menggamit lengannya dan membawanya ke tengah panggung. Cahaya lampu menyorotnya hingga silau dan ia terkejut hingga menaikkan kedua tangan keatas kepala untuk menghalanginya.

Beberapa orang di klub mulai gaduh memandangnya. Angela yang baru saja bisa menyesuaikan penglihatannya, menatap pemandangan di depannya dengan ngeri.

"Nama dan umur?" MC itu bertanya. Angela menoleh saat itu juga karena terkejut.

"Angela. 17 tahun." ia menjawab dengan gugup dan pria-pria yang menonton di depannya bersorak dengan nada vulgar. Angela mulai agak khawatir meski Justin adalah sahabatnya.

"Baik, siapa yang menawar pertama untuk Angela kita?" MC mulai bertanya kembali pada orang-orang.

"Lima juta." terdengar sebuah suara dan Angela menoleh melihatnya. Seorang kakek tua gendut yang memiliki sedikit sisa-sisa rambut di kepalanya tengah mengangkat tangannya dan tersenyum lebar.

Angela merasa akan pingsan.

***
Find me :

IG @dian_oline_maulina
Fb olin linlinlin

Semoga gak kepo. Besok sambung lagi kalo bisa 2 part ya. Thanks.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top