Part 5-Dia...hanya Angela
Pagi itu Angela keluar kamar dengan tergesa-gesa.
Ia baru saja berpakaian seragam sekolahnya tetapi belum menyisir rambutnya yang berantakan. Memiliki rambut panjang dan bergelombang memang menyusahkan.
Ia sengaja memanjangkan rambutnya karena saat kecil ia pernah mendengar percakapan antara kakaknya dengan Kak Daniel tentang kriteria gadis idaman mereka. Kakaknya menyebutkan beberapa kriteria dan berambut panjang salah satunya.
Maka dari itu, meski Angela harus bersusah payah menyisir rambutnya setiap saat apalagi jika sedang kusut, ia tetap mempertahankan rambut panjang sepinggangnya itu.
"Kak Re!!" Angela memanggil kakaknya setelah sekilas melihat sosoknya yang sedang berjalan menuju pintu depan.
Kakaknya tidak menjawab sepatah katapun dan tetap berjalan keluar. Mungkin ia tidak mendengarnya.
Angela cepat-cepat menuruni tangga disertai kewaspadaan agar tidak terjatuh lagi seperti beberapa waktu lalu. Saat mencapai pintu depan, kakaknya itu sudah memasuki mobilnya dan mau tak mau Angela melompat-lompat mengacungkan kedua tangannya keatas sambil berteriak agar kakaknya mendengarnya.
"KAK!! AKU CINTA PADAMU!!"
Kakaknya menoleh sebentar padanya sebelum kaca mobilnya yang dilapisi lapisan film gelap naik menutupinya sehingga Angela tidak bisa melihatnya lagi.
Angela masih di posenya semula minus melompat-lompat saat mobil kakaknya keluar dari pekarangan rumah. Ia menghela napas dan menurunkan lengannya dengan lesu. Beberapa pembantu yang sedang bekerja di pekarangan menontonnya dan Angela mendadak tersadar akan apa yang dilakukannya tadi.
Ia merasa malu...sedikit....Beberapa urat malunya kan sudah putus sejak ia menyukai kakaknya.
"Elo emang nggak punya malu lagi, Njel. Kayaknya lo perlu periksa ke dokter saraf kalo lo sempet. Sudah jelas-jelas itu artinya lo ditolak mentah-mentah ama Kakak lo." Justin menggeleng-geleng dengan raut prihatin setelah mendengarkan cerita Angela.
"Bisa nggak lo ngehibur gue sedikit kalo gue cerita sama elo, Tin?" Angela mendesis karena kesal akibat keterusterangan temannya itu. "Gue cerita ama elo bukannya bikin lega malah bikin gue makin gondok!"
Angela juga sebenarnya merasa agak bodoh. Buat apa dirinya curhat pada Justin, coba? Justin seorang lelaki. Seorang lelaki tidak akan mengerti perasaan seorang wanita.
Tapi mau bagaimana lagi? Angela tidak mungkin curhat kepada yang satunya lagi... Vaya maksudnya. Pasti Vaya hanya memutar bola matanya seperti biasa.
"Terus gue mesti gimana, coba? Kalo gue nyuru lo nerusin sama aja ibaratnya gue nyuru elo nyemplung ke jurang. Udah gue bilang sejak kemarin-kemarin jugaan lupain kakak lo, pacaran ama gue! Kan beres." Justin tersenyum kembali.
Angela semakin kesal dengan gurauan Justin yang selalu mengatakan ingin menjadi pacarnya. Kalau Justin bisa bergurau, maka dirinya pun bisa. Angela tahu bahwa Justin adalah makhluk mesum. Ia sering memergoki Justin berciuman dengan Mikaila di tempat-tempat sepi saat ia sedang mencari Justin.
"Oke, Tin, gue mau jadi pacar lo tapi syaratnya gak pake ciuman, gak pake peluk-pelukan, cipika cipiki. Pokoknya gak ada kontak fisik kecuali pegangan tangan aja. Gimana?" Angela memandang Justin dengan tatapan menantang. Angela begitu yakin Justin tidak mungkin menerima tawarannya. Mana mungkin Justin sudi menjalani hidup ala biksu?
"Deal, kalau gitu." Justin berdiri dari mejanya yang membuat Angela tersentak menengadah.
"Mau ngapain lo?"
"Ke sebelah, mutusin Mikaila." Justin berlalu keluar ruangan kelas.
Angela melongo melihat kepergian Justin. Ia masih tetap mematung dalam posisinya selama lima detik sebelum menoleh pada Vaya. "Dia gak serius kan, Vay?"
Vaya memutar bola matanya. "Mana gue tau." jawabnya acuh tak acuh.
Tuh, kan?!
________________
Seharian ini Rayhan memikirkan pengakuan Angela padanya.
Dan ia merasa kesal karena memikirkannya.
Ia seharusnya tidak terpengaruh oleh apapun yang dilakukan oleh gadis itu, tapi kenapa niatnya tidak sejalan dengan pikirannya. Rayhan tidak mengerti apa sebenarnya yang dirasakannya pada Angela. Semuanya bercampur aduk. Tapi yang jelas ia membenci Angela dan perasaannya tidak berubah hingga saat ini.
Memangnya Angela pikir siapa dirinya sehingga begitu yakin bahwa Rayhan akan menikahinya? Apa ia tidak sadar dari mana dirinya berasal? Angela tidak sederajat dengannya dan ia adalah anak dari wanita jalang ayahnya!
Astaga! Rayhan kembali kesal memikirkan pikirannya yang begitu sempit. Dalam hidupnya ia belum pernah membeda-bedakan orang, tapi entah mengapa hal itu tidak berlaku terhadap Angela. Mungkin karena ia terlanjur membenci gadis itu sejak awal.
Tapi Angela bukan anak hasil dari perselingkuhan ayahnya dengan wanita jalang itu. Rayhan yakin. Saat mengetahui bahwa ayahnya berselingkuh, Rayhan diam-diam menyelidiki tentang ibu Angela.
Ayahnya dan Ibu Angela bertemu karena kebetulan ayahnya memiliki bisnis yang bergerak di bidang properti, dan Ibu Angela adalah seorang marketing developer. Sepertinya ayahnya begitu tergila-gila padanya sehingga memutuskan untuk menceraikan ibu kandung Rayhan.
Semenjak bercerai, ibunya kini tinggal di Tangerang, di salah satu rumah yang diberikan padanya sebagai kompensasi perceraian. Ayahnya memang tetap memenuhi segala yang diminta oleh ibunya, tapi Rayhan sungguh tidak bisa menerima kenyataan itu.
Ia begitu bahagia memiliki kedua orangtuanya dulu, memiliki sebuah keluarga yang harmonis. Dan Ibu Angela dalam sekejap memusnahkannya.
Sekarang anak wanita jalang itu mengaku mencintainya.
Rayhan ingin tertawa setiap mengingatnya. Selain pemikiran bahwa Angela sangat tidak pantas untuknya, siapa yang bisa mempercayai pengakuan cinta dari seorang anak ingusan berusia enam belas tahun? Angela bahkan tidak mungkin mengerti apa itu cinta tapi sudah berani berkoar-koar dengan begitu yakin.
Sebenarnya terbesit juga dalam benaknya untuk memanfaatkan perasaan Angela padanya. Ia bermaksud merusak gadis itu. Meski Angela masih berusia enam belas tahun, tapi ia memiliki tubuh seperti seorang wanita dewasa. Jika Rayhan mau melupakan umur Angela, gadis itu pasti sudah ditidurinya semalam. Tidak sulit melakukannya. Angela sudah membuatnya bernafsu hanya dengan menatapnya.
Tapi ia teringat pada ayahnya dan segera membuang jauh-jauh rencana brengseknya itu. Bukan lebih berat pada ayahnya...memang ayahnya pasti akan sedih, tapi lebih tepatnya ia tidak ingin Angela mengadu pada ayahnya dan akhirnya ia harus menikahi Angela karena terpaksa. Ia bertemu Angela belum genap seminggu dan tidak tahu pasti bagaimana karakter gadis itu. Rayhan tidak sudi menikahi gadis yang tidak jelas statusnya tersebut.
Sial!! Ia harus segera mencari seseorang atau sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari Angela!
Ayahnya masih mengabarkan akan pulang beberapa hari lagi dan ia tidak tahu apakah dirinya akan sanggup bertahan selama itu. Gadis itu semakin menggebu-gebu mendekatinya meski Rayhan sudah menolaknya dengan kejam.
Dalam kebingungannya, ponselnya berbunyi.
Rayhan menatapnya dan ternyata itu adalah telepon dari Tania. Tania belum mengubah nomor ponselnya yand dulu dan kontaknya masih tersimpan di kartu Rayhan.
"Tania?" Rayhan menjawab panggilannya.
Tania menyapanya dengan basa basi seperti biasa di awal dan Rayhan menanggapi dengan sopan.
"Rayhan...aku...sebenarnya aku menghubungimu karena ada sesuatu yang terjadi menyangkut diriku...aku perlu bantuanmu." suara Tania terdengar ragu-ragu.
"Bantuan?" Rayhan yang mendengarnya agak terheran-heran.
Tidak terdengar jawaban dari Tania sejenak sehingga Rayhan sempat mengira Tania memutuskan teleponnya.
"Tania..."
"Sulit untuk kujelaskan lewat telepon, Rayhan. Bisakah kita bertemu? Mungkin nanti sore?"
Rayhan memikirkan apakah ia ada janji sore ini dan seingatnya tidak ada.
"Baiklah. Dimana?"
Rayhan mengiyakan setelah Tania menyebutkan nama sebuah restoran dan jam temu mereka.
Ia menutup telepon dan tidak percaya pada keberuntungannya.
Tania adalah seseorang yang tepat yang bisa mengalihkan pikirannya dari Angela.
_________________
Angela sedang makan malam sendirian sore itu ketika interkom di dapurnya berbunyi. Cepat-cepat Angela beranjak dari meja makan dan menerimanya.
Ternyata securitynya mengabarkan bahwa seorang remaja laki-laki yang mengaku teman sekolahnya ingin menemuinya.
Dan Angela menggertakkan gigi saat mengetahui bahwa remaja laki-laki yang dimaksud itu adalah Justin.
Buat apa si anak mesum itu datang ke rumahnya sesore ini? Hampir malam pula! Tapi ia tidak tega mengusir Justin dan menyuruh security untuk mempersilahkannya masuk. Rencananya ia akan secepatnya melayani maksud dan keperluan Justin lalu menyuruhnya pergi.
Tidak berselang berapa menit, bel pintu rumahnya berbunyi. Angela meminum segelas air dan melangkah ke pintu depan untuk menyambut Justin.
Salah seorang pembantu yang akan membuka pintu mengurungkan niatnya karena Angela memberikan kode padanya bahwa ia yang akan membuka pintu.
Justin terus menerus menekan bel pintu rumahnya sepanjang langkah Angela ke pintu. Dasar kurang kerjaan!
"Apa-apaan lo, Tin? Bel rumah gue bisa soak gara-gara lo." Angela membuka pintu dengan kasar.
Di depannya berdiri Justin yang tampak begitu tampan. Ia memakai pakaian casual yang mendukung penampilannya yang slengekan namun mewah.
"Gue ngapel pacar baru gue." Justin tersenyum. Angela mencibir dengan jijik. "Ini bunga buat elo, say." Justin menyodorkannya setangkai bunga kembang sepatu.
Mata kucing Angela membesar melihatnya. "Ini bunga di halaman rumah gue, Tin! Apa-apaan sih lo sok romantis, kampret!" Angela melempar bunga tersebut ke dada Justin dan Justin hanya tertawa.
"Iya kan biar kayak di film film gitu, Njel." Justin melangkah dengan santai melewati Angela. "Gue boleh masuk kan?"
"Perlu nanya lagi ya?" Angela bersidekap menatap Justin yang sudah mengambil tempat di sofa ruang tamu. Justin tertawa kembali tanpa rasa bersalah.
"Tin, sini duduk ama gue di meja makan aja. Gue belom selesai makan gara-gara elo dateng. Lo udah makan belom?" Angela melangkah menuju meja makannya.
"Berarti gue ganggu lo makan ya?" Justin mengikutinya.
"Banget!!" Angela duduk kembali dan Justin ikut duduk di sampingnya.
"Gue baru aja mau ngajak lo makan keluar. Tapi gapapa deh, ngelihat menu makan malam lo gue ikut numpang makan disini aja ya. Lumayan ngirit duit kencan hari ini." Justin membalik piring yang sudah disediakan di meja dan mulai mengisi piringnya tanpa malu-malu. "Omong-omong lo makan sendiri, Njel?"
"Papi gue lagi medical check up. Baru dateng tiga hari lagi kayaknya kalo nggak berhalangan."
"Terus..Kakak pujaan lo?"
Angela menghentikan makannya dan menatap Justin dengan kesal.
Justin mulai tertawa melihat ekspresi Angela. "Iya. Iya...gue nggak jadi nanya deh." Justin mengangkat kedua tangannya menyerah.
"Omong-omong kita pacaran nggak romantis amat, Njel." lanjut Justin.
Angela hampir tersedak mendengarnya.
"Tin! Lo jangan bercanda melulu masalah pacar-pacar gitu deh." protesnya.
"Lha, elo sendiri tadi yang bilang mau jadi pacar gue meski syaratnya jujur berat banget buat gue. Gue ikhlas nerima syarat lo, Njel." Justin tersenyum sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
Angela mengerang mendengarnya. Sebenarnya yang bercanda bukan Justin, tapi dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak menantang Justin tadi dan akhirnya sahabatnya itu salah paham.
Sekarang ia harus menjelaskannya pada Justin bahwa dirinya tidak ingin berpacaran dengan lelaki itu. Ia hanya mencintai kakaknya! Kakaknya!
"Tin..."
Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, Angela mendengar pintu depan terbuka dan terdengar langkah-langkah yang memasuki ruangan. Angela dan Justin serempak menoleh.
Ternyata kakaknya datang.
Bersama seorang wanita yang amat cantik dan bening seperti model iklan lotion.
Angela terpana menatapnya sekaligus cemas. Wanita itu berbeda...tidak seperti wanita yang bersama kakaknya kemarin. Angela dapat merasakannya dan ia merasa...cemburu.
Angela menoleh pada Justin dan Justin ternyata sudah memandangnya dengan prihatin.
Entah sejak kapan Justin memandangnya, jika sejak tadi berarti ia bisa saja membaca perubahan mimik wajah Angela.
Tatapan Justin hanya membuat Angela merasa semakin sedih. Sedih dan malu tepatnya. Ternyata ia masih memiliki sisa rasa malu.
Kenapa semua ini harus terjadi di depan Justin yang mengetahui tentang perasaannya pada Kak Rayhan? Angela serasa ingin menggali lubang dan mengubur dirinya.
Wanita cantik itu juga menatap Angela dan Justin dengan penuh keingintahuan.
"Anggota keluargamu?" wanita itu menoleh pada Rayhan.
Rayhan menatap kedua insan yang ada di meja makan itu dengan kesal.
Ia tadi bertemu Tania dan mantannya itu meminta bantuannya untuk menyembunyikannya sejenak karena terjadi masalah padanya. Rayhan sebenarnya akan menolaknya, tetapi Tania menangis dan menceritakan permasalahannya pada dirinya dan Rayhan akhirnya setuju.
Dan saat pulang ke rumah bersama Tania, ia menemukan Angela tidak sendirian.
Padahal ia masih ingat dengan jelas Angela mengatakan mencintai dirinya dan sekarang ia menemukan gadis itu bersama laki-laki. Berduaan. Di saat rumahnya kosong.
Pantas saja ayahnya menyuruhnya untuk menjaga Angela. Ternyata seperti inilah kelakuan gadis itu. Benar-benar murahan seperti ibunya!
"Dia..." Rayhan baru saja ingin mengucapkan adikku.
Tapi ia ragu sejenak.
"Dia...hanya Angela." akhirnya ia mengucapkannya.
Rayhan melihat ekspresi Angela yang berubah muram saat mendengarnya. Ia merasa puas sudah berhasil menyakiti Angela.
"Angela?" Tania mengerutkan kening. Ia sedikit kebingungan tapi ia menoleh kembali dan tersenyum pada Angela...lalu pada anak laki-laki di sebelah Angela. "Dan yang satunya?"
Justin yang mendengarnya langsung berdiri dengan sigap. "Justin Allardo. Teman sekolah Angela." Justin memperkenalkan diri dengan mantap.
Angela mendongak mencermati tingkah Justin dengan agak lesu.
Tiba-tiba Justin menggamit lengannya yang membuat Angela otomatis berdiri dengan terkejut. Angela baru saja ingin memprotes tapi belum sempat ia membuka mulutnya...
"Sekaligus pacarnya. Kami baru jadian hari ini.
***
Find me :
IG @dian_oline_maulina
Matchamallow_gallery
Fb fanpage Matchamallow
Fb olin linlinlin
Semoga nggak ngebosenin....
Kalau suka tolong jangan lupa VOTE dong!! Kalau author lihat votenya banyak hari ini artinya kalian menantikan lanjutannya dan author janji bakal langsung update besok sore tanpa ragu-ragu.
Dan jangan lupa komen yang banyakkkkk ya haha. Mau lanjut, next, anjir ato dobel post komen juga author terima...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top