Part 34 - Mourning Day

Angela mengurung dirinya di kamar siang itu.

Upacara penguburan ayahnya sudah dilaksanakan kemarin dan Angela sudah menjalaninya tanpa linangan airmata sesuai yang ia janjikan. Sepanjang halaman hingga pagar depan rumah berderet ratusan karangan bunga yang mungkin dikirimkan oleh kenalan serta rekan bisnis ayahnya. Vaya dan Justin sempat datang kemarin dan menemaninya sepanjang acara doa serta penguburan.

Sampai hari ini masih banyak tamu yang berdatangan terutama dari kalangan keluarga ayahnya yang tinggal cukup jauh. Angela sudah bangun sejak pagi tadi dan membantu tante Rahma untuk menyambut mereka. Tante Rahma mengenalkan mereka pada Angela satu persatu, karena Angela belum pernah bertemu mereka sebelumnya. Setelah mengetahui bahwa namanya adalah Angela, mereka mulai tidak mengacuhkannya. Beberapa dari mereka bahkan tidak segan memerintah Angela. Ada yang memintanya mengambilkan minuman dan makanan yang sebenarnya sudah tersaji di meja, ada juga yang menyuruhnya menyetel AC supaya lebih dingin, mengantarkan anak-anak ke toilet dan sebagainya. Padahal ada banyak pengurus rumah tangga yang berlalu lalang di sana.

Tante Rahma terlalu sibuk dengan banyak pertanyaan mereka sehingga tidak melihat keadaan Angela. Angela yang berjiwa keras sebenarnya ingin melawan, tapi ia bersabar dan tidak memicu keributan hanya untuk menghormati ayahnya yang telah meninggal.

Tampaknya seluruh keluarga sudah mengetahui statusnya sebagai anak pungut sejak dulu dan perlakuan mereka sekarang semakin membuat Angela dengan jelas menyadarinya.

Tapi itu tidak begitu penting. Ia tidak akan bertemu mereka semua lagi. Tidak lama lagi ia akan pergi dari rumah ini dan tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Sudah tidak ada lagi alasan baginya untuk tinggal meski di rumah ini ia melewatkan sebagian besar masa kecil dan hidupnya. Satu-satunya pengikat antara dirinya dan rumah ini adalah ayahnya. Dan sekarang ayahnya telah tiada.

"Angela, bisakah kau menggeser koper-koper yang menghalangi pintu itu? Entah siapa yang menaruh koper-koper itu di sana sehingga menumpuk!" gerutu salah seorang wanita cantik berumur sekitar lima puluh tahunan yang berdandan terlalu berlebihan hanya untuk menghadiri acara berkabung. Angela sempat tidak percaya orang-orang seperti mereka masih berkerabat dengan ayah angkatnya yang kaya raya namun sederhana dan rendah hati.

Ia mulai memindahkan koper-koper itu ke samping kusen pintu dan akan memanggil pengurus rumah untuk lanjut memindahkannya setelah ia menggeser sedikit.

Seseorang menghentikan kegiatannya saat baru saja memindahkan koper kedua dengan susah payah. Ternyata kakaknya. Ia menarik lepas tangan Angela dari pegangan koper lalu memandang wanita tadi.

"Nanti akan ada pelayan yang akan memindahkan koper itu, tante. Kalian semua tidak perlu repot dan sok ikut campur mengurusi semua hal yang terjadi di rumah ini. Lagipula Angela belum sarapan tadi pagi, jadi ini waktunya ia makan."

Rayhan menarik Angela meninggalkan wanita tadi yang terganga akibat ucapan pedas Rayhan. Angela terpaksa mengikutinya. Sesampai di meja makan, Rayhan menarik kursi di sebelah kursi ibunya untuk Angela lalu meninggalkannya di sana. Saat makan pun tidak ada yang mengajaknya berbincang-bincang kecuali tante Rahma, hingga Angela merasa terkucilkan dan akhirnya mohon diri untuk beristirahat sebentar di kamarnya.

Dunia berubah drastis tanpa ayahnya...Angela harus bisa menerima perubahan itu.

"Angela, kau masih tidur?" suara pintu yang diketuk membuat lamunan Angela buyar.

"Tidak dikunci, tante. Masuklah." sahut Angela.

"Angela..." tante Rahma membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali sebelum menghampiri Angela yang sedang duduk di tepi tempat tidur. "Kau masih lelah? Tante ingin minta tolong padamu untuk turun ke bawah sebentar karena notaris serta pengacara Ryan ingin kau menghadiri pembacaan wasiatnya."

"Wasiat?" Angela mengerutkan kening. "Apa aku perlu menghadirinya, tante? Kupikir itu tidak perlu. Aku hanyalah orang luar di sini." ujar Angela.

"Tentu saja perlu. Sudah kukatakan kalau kau anak yang penting bagi Ryan. Pasti ada sesuatu yang akan disampaikannya padamu. Apa Angela tidak ingin tahu pesan-pesan dari Papa yang dibuat untuk Angela?"

Angela menatapnya sejenak sebelum akhirnya mengangguk-angguk.

Mereka turun bersama dan memasuki ruang kerja ayahnya. Tempat yang sama di mana banyak terdapat kenangan yang terjadi selama ia hidup di rumah itu. Angela masih ingat ia mengaku mencintai kakaknya pada ayah mereka di sana. Dan di sana pula ia menangis saat mereka harus berpisah empat tahun lalu. Ingatan itu kembali membuat pelupuk matanya berair sehingga Angela menarik napas dalam-dalam dan berusaha mengalihkan pikiran.

Ternyata di sana sudah banyak berkumpul kerabat-kerabat dari keluarga ayahnya. Angela merasa mereka semua memandangnya dengan tatapan remeh dan mencela. Semua kursi dan sofa sudah penuh tanpa seorang pun yang berinisiatif untuk memberikan tempat. Terpaksa Angela berdiri di dekat pintu bersama tante Rahma.

"Ma, duduklah di sini bersama Angela." Rayhan beranjak dari kursi bersama Daniel juga yang sejak tadi duduk di sebelahnya. Angela mengerjap-ngerjap kebingungan tapi tante Rahma menariknya sehingga Angela mau tak mau pasrah menerima.

Salah satu dari dua orang yang berdiri di depan mereka mulai berdeham. Tampaknya mereka berdua adalah kuasa hukum yang berhubungan dengan ayahnya seperti yang disebutkan tante Rahma tadi.

"Jika tidak keberatan, kami akan memulai pembacaan surat wasiat terbaru dari Tuan Ryan Pramoedya."

Semua anggota keluarga bergumam pelan dan mengangguk-angguk sehingga pria itu meneruskan

"Wasiat terbaru dan terakhir yang dibuat oleh Tuan Ryan Pramoedya seluruhnya legal, benar, tanpa paksaan, tekanan atau pengaruh siapapun dalam proses pembuatannya. Jika ada keraguan dalam hal tersebut kami bisa mempertanggungjawabkannya ke pengadilan untuk pembuktian keabsahan..."

Notaris itu mulai membacakan pembukaan surat wasiat dan segala hal-hal tidak penting lembar demi lembar dan akhirnya sampai pada lembaran inti.

"Kepada mantan istriku, Rahma Dewi Farzana. Aku memberikannya rumah yang selama ini ditempatinya di Tangerang beserta isi dan fasilitasnya, tunjangan sebesar dua kali lipat jumlah yang biasa didapatkannya semasa aku masih hidup, jaminan kesehatan dan beberapa investasi yang dilampirkan terpisah di dalam wasiat ini."

Rahma hanya mengangguk-angguk sambil terisak. "Aku tidak menduga ia akan mengingatku bahkan memberikanku lebih banyak dari yang seharusnya." gumamnya yang hanya bisa didengar oleh Angela.

Angela hanya merespon dengan menepuk-nepuk tangan tante Rahma.

"Kepada putriku, Angela Pramoedya. Kuwariskan salah satu rumahku yang ada di Jakarta, tunjangan setiap bulan dan investasi serta semua harta yang pernah aku berikan padanya sebagai hadiah termasuk mobil dan barang lainnya. Keterangan terlampir terpisah."

Itu semua juga terlampau banyak bagi Angela. Sesungguhnya ia tidak memerlukan semua itu, tapi Angela begitu terharu mengetahui bahwa ternyata ayahnya telah mempersiapkan segala hal.

"Kepada putraku, Rayhan Pramoedya. Aku mewariskan seluruh sisa properti selain yang telah kuberikan kepada dua orang yang kusebutkan di atas, sejumlah investasi dan juga hak atas semua rekeningku di sejumlah bank baik di dalam maupun luar negeri. Keterangan terlampir terpisah."

Notaris itu mengambil map lain dan membukanya. "Dan Tuan Pramoedya membuat wasiat terpisah untuk kepemilikan perusahaannya."

Ia mulai membacakannya keras-keras kembali.

"Aku, Ryan Pramoedya, dalam keadaan sadar dan sungguh-sungguh membagi kepemilikan saham atas perusahaan terbesarku, XOT corporation dengan komposisi sebagai berikut : 70% kepemilikan saham atas nama Rayhan Pramoedya dan 30% atas nama Angela Pramoedya...."

Notaris itu menjeda ucapannya karena suasana di seluruh ruangan menjadi gaduh akibat banyaknya gumaman ketidak setujuan. Angela yang tercengang menoleh pada Rayhan yang hanya terdiam dan sepertinya tidak keberatan.

"Dengan pertimbangan bahwa sesungguhnya Angela Pramoedya adalah anak kandungku yang sah dari pernikahan keduaku dengan Caroline Thalita. Dokumen pernikahan dan tes DNA terlampir sebagai bukti keabsahan."

Semua orang yang ada di ruangan itu terkesiap berbarengan lalu dilanjutkan dengan keributan yang semakin ramai dibanding sebelumnya.

Angela...tidak bisa mendengar apapun...

Ia tidak bisa mendengar betapa ramainya ruangan tersebut dengan kata-kata hujatan dan ketidakpercayaan dari beberapa kerabat yang tidak bisa menerima hasil keputusan tersebut.

Tubuhnya limbung, semuanya terasa gelap bagi Angela. Ia hampir saja pingsan tapi ia menguatkan dirinya dengan mencoba menggerakkan jari-jari kaki agar tetap sadar.

Ia memang pernah berkata seandainya ia adalah anak kandung ayahnya...

Dan ternyata sekarang ia mendapati kenyataan bahwa ia adalah anak kandung ayahnya...

Angela tidak akan percaya seandainya notaris itu tidak menyebut tentang tes DNA. Pantas saja selama ini ia merasa dekat dengan orang yang disangkanya ayah angkat tersebut.

Ternyata dia adalah ayah kandungnya...

Angela hampir tidak bisa merasakannya karena begitu bahagia, namun setetes air mata mulai turun bergulir di pipinya.

Ia merasa bahagia karena selama ini telah mendapat kesempatan untuk mengukir kenangan yang indah bersama ayah kandungnya sendiri. Ayah kandungnya ternyata adalah pria yang benar-benar Angela impikan selama ini sebagai sosok ayah baginya.

Namun sedetik kemudian ia menyadari sesuatu dan gemetar karenanya.

Dia adalah anak kandung Ryan Pramoedya...Dan itu berarti Rayhan memiliki hubungan darah dengannya. Ya, Tuhan! Ia telah tidur dengan kakaknya sendiri! Meskipun mereka berbeda ibu tapi mereka berasal dari ayah yang sama.

Angela merasa mual menyadari kenyataan itu. Ia ingin melihat Rayhan untuk mengetahui bagaimana reaksi kakaknya itu tapi Angela tidak sanggup. Ia tetap duduk di sana dengan tubuh menggigil sambil menatap lantai dengan pandangan kosong.

"Itu bukan berita buruk, Angela." seseorang menggenggam tangannya sehingga Angela menoleh. Tante Rahma tersenyum.

Itu memang bukan berita buruk seandainya saja aku tidak tidur dengan anakmu!

Angela berteriak dalam hati. Wajahnya yang panik dan pucat pasti terlihat jelas.

Tapi sejak tadi Angela baru tersadar bahwa tante Rahma tidak ikut terkejut mendengar ucapan sang notaris dan hanya bersikap biasa saja. Tidak seperti orang-orang lainnya di ruangan tersebut yang bertingkah seolah baru saja mendapatkan berita tentang hari kiamat.

Oh, Tuhan! Ibunda Rayhan mengetahui segalanya sejak lama tapi tidak menceritakan kebenaran itu pada putranya sendiri!

Angela tidak tahu harus bereaksi apa padanya.

***

Jangan lupa vote komen kalau ingin besok diupdate.

Bagi yang sudah menebak dengan benar siapa Angela, selamat ya...Aku sempat membaca beberapa komen dan ada beberapa yang benar. Yang ngerasa, komen di sini yah. Dapat hadiah piring cantik, hehe.

Maaf, aku tidak begitu mengerti dan tidak sempat mempelajari masalah tata cara hukum di Indonesia jadi terima saja cerita ini apa adanya. Ini hanya fiksi. OK? Aku hanya sempat menonton beberapa film tentang warisan sebagai referensi dan salah satunya film klasik Magnolia yang diperankan Tom Cruise.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top